Jumat, 10 April 2020

Sinopsis The Boat (2018)




Okay, ini aku memang telat nonton The Boat (2018), yang ternyata keren juga ya. Aduh, kenapa baru sekarang aku bisa menyelesaikan streamingan film ini--padahal rilisnya udah dari 2 tahun yang lalu. Itu pun yang di UK. Sedangkan yang di Malta baru rilis 2019. Tapi tetap saja aku antusias menontonnya. Sebab genre begini memang sudah jadi kesukaanku sejak lama. Mystery bercampur thriller, dengan sedikit bumbu horror. Siapa yang ga penasaran coba? Sambil setengah memaksa Pak Suami buat ikutan menonton juga padahal biasanya dia males karena udah underestimate duluan terhadap film-film yang aku rekomendasikan. Dipikirnya film-filmku tuh ga okay. Sedangkan film-film dia selalu yang jadi juaranya, seringnya jadi blockbuster. Dia kan sukanya lebih ke action ya, sedangkan aku suka yang tegang-tegang #Bhuwh #bagaimana bisa kompak coba, wakakak.

Sinopsis The Boat (2018)

Sinopsis The Boat (2018), sumber gambar : imdb


Tapi pas tau ternyata film ini menyuguhkan kesan misteri yang cukup mendalam, maka done juga akhirnya kami menyelesaikannya (apalagi setelah dipertegas dengan melihat trailernya terlebih dulu). Begh....semakin penasaran saja. Dari awal, tengah-tengah sampai akhir rasanya kayaknya ada 'sesuatu' yang menyihir kami buat mantengin terus supaya ga ketinggalan bagian pentingnya. Daaaaan.....ternyata begitu nyampe akhir, 'pecah' banget sih menurut w. Seketika itu pula gw langsung tercengang. Ga cuma gw sih sebenernya yang tercengang, sebab Pak Su juga aslinya ikut tercengang saking ga nyangka endingnya bakal begitu, cuma klo dia mah ga ditunjukin aja karena biasalah gengsi kalau harus mengakui bahwa pilihan filmku itu bagus. Kenapa dengan entengnya bisa aku katakan bagus? Karena dengan film yang settingnya di situ-situ tok, jumlah pemain segitu, serta dialog yang super minimalis (karena yah...aslinya emang tokohnya cuma 1 itu saja sih, dan dia lebih ke ngomong ama dirinya sendiri saat terjebak dalam situasi yang sangat stressfull)--dan itu ternyata sepanjang film kami kayak dipaksa suruh nebak endingnya bakal gimana. Semacam sesuatu yang kami pikir endingnya bakal begini, e ternyata kenyataannya bakal begitu. Memang begini begitunya teh maksudnya aya naon eta teh?

Ketimbang kebanyakan ngemeng doang, yuk lah baca yang sudah aku sarikan jalan ceritanya. Tapi sebelumnya monmaap nih ye kalau misalkan review film di blog ini memang pakenya formula suka-suka. Jadi kalau terkesan amatiran dan ga kayak pengamat apalagi kritikus film, juga spoiler yang bertebaran dimana-mana, ya tulung dimaklumin saja ya, huehehe...

Judul Film : The Boat
Negara : Malta, Uk
Sutradara: Winston Azzopardi
Produser : Joe Azzopardi, Winston Azzopardi, Roy Boulter
Skenario : Joe Azzopardi, Winston Azzopardi
Cast : Joe Azzopardi
Genre: Mystery, Thriller
Tanggal Rilis : 22 September 2018 (UK), 22 Februari 2019 (Malta)
Durasi : 1 jam 29 menit

Seorang pelaut digambarkan sedang keluar dari sebuah kota yang berlatar belakang  serba cokelat yang terletak di tepi pantai. Ia berjalan menuju kapalnya yang kecil dan berlayar melewati sebuah celah yang memisahkan antara area pantai dengan laut lepas. Setelah sukses melewatinya, ternyata ia malah dihadang oleh pemandangan yang berkabut. Kabutnya sendiri lumayan tebal ya sehingga ia harus meraba-raba ada apa sebenarnya yang di depan sana. Tidak tahunya ada kapal yang ukurannya lebih besar dari kapalnya dan berjalan tanpa awak dengan layar yang tidak terkembang.

Dengan rasa penasaran yang cukup tinggi, pelaut itu kemudian memastikan apakah ada seseorang di kapal itu atau tidak. Dipanggil-panggilnya lah penghuni kapal tersebut dengan suara setengah berteriak. Sayang, tak ada seorangpun yang menyahut. Ia pun tergerak hatinya untuk memeriksa lebih dalam karena merasakan ada sedikit keanehan. Dalam hatinya timbul pertanyaan : "Kok kapal layar yang notabene lebih mewah dari kapalnya ini bisa jalan sendiri ya ?". Jadi, tanpa ba bi bu lagi, langsung saja ia masuk ke dalam kapal dan memastikan apakah ada orang di sana atau tidak. Namun sebelum benar-benar masuk, ia juga mengantisipasi keadaan dengan cara menambatkan perahu kecilnya di bagian pagar pembatas yang ada di pinggir kapal. 

Ternyata, setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, kapal yang bernama Aeolus itu memang tidak berpenghuni sama sekali. Seluruh ruangannya kosong. Baik itu bagian dapur, kamar, ruang kendali, sampai dengan toilet. Blas tidak ada seorang pun di sana padahal sebenarnya segala macam peralatan yang ada masih terbilang lengkap. Di dapur saja masih terlihat ada sisa makanan dan minuman. Sementara di kamar, baik baju-baju, selimut, atau barang lainnya semua terlihat masih lengkap. Lantas mengapa kapal tersebut bisa jalan sendiri? Ia mencoba menghubungi radio pemancar yang terhubung ke area dermaga dan mengabarkan bahwa sekarang posisinya tengah berada di lautan, dengan kapal tak berpenghuni, namun tanpa navigasi. Padahal sebelumnya, ia sudah menerka-nerka lewat peta yang ia temukan di atas dek kira-kira posisinya sekarang ada dimana, tapi ternyata tidak ada hasilnya. Karena yang tampak di sekelilingnya hanyalah lautan biru yang penuh misteri. 

Karena tidak mendapatkan jawaban sedikitpun dari radio pemancar yang ia calling beberapa kali, akhirnya ia kembali ke atas dan mengatur posisi layar supaya dapat terkembang kembali dan kapal tidak oleng terbawa angin. Ia juga mengecek segala macam peralatan yang ada, termasuk mesin yang ternyata keadaannya masih sangat prima.  Lagi-lagi ia merasa aneh dengan itu semua. Apalagi ketambahan dengan kapal kecil yang ia tambatkan di pinggiran pagar tadi sudah hilang entah kemana. 

Di tengah rasa gundah gulana yang mulai menyelimutinya, tiba-tiba ia ingin buang air kecil. Segera ia memposisikan diri dengan berdiri menghadap ke lautan untuk menuntaskan hajatnya. Sialnya, ternyata ia terbentur oleh layar kapal yang tahu-tahu sudah bergerak ke arahnya. Akhirnya, keseimbangannya pun oleng. Hampir saja ia terjatuh andaikata tidak berpegangan pada pagar pembatas yang ada di pinggiran dek.

Karena kesal acara kencingnya nyaris membuat celaka, akhirnya ia balik lagi ke dalam dan menuju toilet. Namun, ternyata hari itu memang menjadi hari sialnya. Baru saja mencoba untuk berkonsentrasi menahan kencing di toilet yang sempit, ehhh...tiba-tiba pintunya malah terkunci sendiri. Siapa yang menguncinya ya? Apalagi setelah membuka lemari cabinet tempat untuk meletakkan toiletteries ternyata terdapat jejak darah. Darah siapa coba? Masa iya ada seseorang yang mencoba bermain-main dengannya?

Namun di tengah kekalutannya itu, untung saja masih ada 1 jendela kecil yang menghubungkan toilet dengan bagian luar kapal. Segera ia mencoba melongok ke sana, walaupun dengan susah payah dan malah mendapati sesuatu yang cukup menakutkan karena tiba-tiba saha ada kapal besar yang melaju kencang tepat di depan kapalnya. Merasa panik, akhirnya ia mencoba memberi sinyal supaya kapal besar tersebut berhenti, sebab kalau tidak akan terjadi tabrakan. Namun semua itu ternyata berakhir sia-sia sebab suaranya tidak kedengaran sampai luar. Paling yang bisa ia lakukan hanyalah merogoh benda apa saja yang sekiranya masih bisa diambil lewat jendela kecil itu tadi walaupun harus dengan susah payah. Entah itu hampir tercekik lehernya pada saat mengatur layar kapal supaya terkatup lagi, nyaris dehidrasi, air laut yang akhirnya masuk karena dasar kapal bocor sebagai akibat dari gesekan antar kapal yang menyebabkan ia hampir  saja tenggelam, juga paling klimaksnya adalah terjebak di tengah hujan badai. Lalu bagaimana survivenya pelaut yang sungguh malang dan berada di waktu dan kondisi yang tidak tepat ini ? Silakan lanjutannya tonton sendiri karena aslinya seru banget bahkan sampai bagian endingnya pun sukses bikin nganga. 

Joe Azzorpadi, pemeran utama The Boat (2018), sumber gambar : newsbook(dot)com

The Boat (2018), Terjebak di dalam kapal tak berpenghuni di tengah lautan lepas. Sumber gambar : imdb


Review The Boat (2018) 

  • Super tegang ! Jika kamu suka dengan film yang beneran memacu adrenalin walaupun dengan cerita yang sangat sederhana--tapi (sekali lagi) ga ecek-ecek, ya ini lah contoh suksesnya. Film The Boat (2018), termasuk film yang nyaris sederhana dari segi penceritaan, tapi entah kenapa aku malah menikmatinya. Walaupun yah di beberapa bagian ada juga yang bikin gemas karena kok harusnya begini, malah jadinya begitu. Misalnya, uda dapat tongkat waktu susah-susah ngerogoh pake tangan doang lewat jendela kecil pas terjebak di dalam toilet kapalnya, eh lha kok itu tongkat ga digunakan buat mencongkel pintunya. Haha, seenggaknya biarpun susah kan harusnya udah dicoba buat mencongkel. Eh masa malah buat ngerogoh tali yang bakal digunakan buat mengatupkan layarnya lagi biar kapalnya bisa berubah haluan. Nah, bagian ini nih yang sebenernya bikin Pak Suami yang secara naluriah andai terjebak dalam kondisi demikian ya bakal berusaha memanfaatkan segala alat yang didapat terlebih dahulu, apalagi kalau didapatnya dengan bersusah payah. Terus doi iseng tanya sama aku : "Kalau seandainya kamu yang terjebak kayak gitu, apa yang kamu lakukan Mbul?" Mungkin yang ada dalam benakku cuma pasrah aja saking stressnya.
  • Akting pemainnya bisa dibilang cukup lumayan. Doi disetting sebagai karakter pelaut yang ketika terjebak dalam sikon yang demikian menyebalkan sekaligus membuat emosi jiwa itu, nyatanya masih diberikan satu perwatakan yang pantang menyerah, mampu bertahan dalam kondisi terburuk sekalipun, dan menguasai teknik-teknik dasar seorang pelaut. Ini penting karena kan memang profil yang diangkat adalah pelaut...jadi detail gambaran kemampuannya otomatis juga masuk ke dalam hitungan sebuah penilaian.
  • #Spoiler alert. Minim dialog, pemain utama satu orang thok, dan ending yang bikin mlongo saking aku ga nyangka aja. Haha...tapi serius, teknik yang begini ini yang bikin aku sangat terkesan, especialy setelah film berakhir. Yah, bisa dibilang, film ini beneran membekas karena hal itu. Ga nyesel beneran deh membuang 1 jam 29 menitku untuk berstress-stress ria dengan segala alur permainannya, haha..