Minggu, 26 Juni 2022

Keliling Kota Solo Sore-Sore....



Oleh : Nita
Solo how are you today? Hehehe....

Solo sore itu lumayan mendung. Sekitar pukul 14.30 WIB, becak yang kami tumpangi mengantarkan hawa kantuk sesekali karena angin kecil menerobos celah-celah becak dan membelai pipi. Kudongakkan wajahku ke arah langit. Sudah hampir hujan, tapi belum. Hanya ada desau-desau angin kering yang menerbangkan dedaunan dari arah pepohonan yang ada di kanan kiri jalan. 




Di sekeliling kami, Kota Solo masih sibuk dengan lalu lintas para pengendara sepeda motor. Juga beberapa buah truck dan kendaraan roda empat yang melintas. Sesekali kendaraan-kendaraan tersebut harus berhenti di perempatan bangjo karena memang Solo terkenal dengan bangjonya di tiap beberapa ratus meter sekali. Lalu kendaraan-kendaraan tersebut akhirnya jalan lagi mengikuti kelokan-kelokan jalan yang pinggirannya adalah beraneka ragam toko, mulai dari toko Mas, bunga segar, juga alat tulis. Begitu pula dengan becak yang kami tumpangi untuk berkeliling Solo sore itu.

Bapak yang menggowes becak terus berceloteh panjang lebar. Rambutnya putih semua dipenuhi dengan uban. "Yo ngoten niki Nduk, Mas, nganter tamu keliling Solo. Biasanya rute andalan Keraton Kasunanan njuk Kampung Batik Laweyan." tukasnya yang saat kami melintasi Ndalem Kayonan berpintu biru langsung bercerita lagi tentang Keraton dan para priyayi yang tinggal di dalamnya

Meski demikian badannya masih tetap bergas, bagus dan waras. Ya demi sesuap nasi sehari-hari untuk menafkahi anak istri. Berbeda dengan kakangnya yang sudah jauh lebih sepuh darinya. Kakangnya kelihatan ngos-ngosan sekali saat menggowes becak. Beliau berprofesi sama sebagai penarik becak. Tapi usianya sudah jauh lebih sepuh padahal yang dibawa kala itu adalah Paman kami yang badannya agak berisi. Ya harusnya memang sudah kami sebut sebagai Mbah Kakung sih, hehehe. Beruntung Bapak Becak kami membawa penumpangnya berbody kecil-kecil kayak kami ☺.










Sebelas dua belas dengan sedulurnya Jogja, Kota Solo memang selalu memiliki tempat di hati. Kota yang dikenal warganya memiliki tutur kata santun dan lembut ini memang menyimpan banyak kenangan. Belum pernah selama ini kami menjelajahi Solo. Sebelumnya hanya sering lewat saja. Atau dulu saat masih SMA, paling diajak menginap barang satu-dua hari karena Mbak kuliah di Solo. Selebihnya hanya 'sakjek-saknyet' saja dan tak kemana-mana, kecuali ke mall untuk makan siang. Berbeda dengan kemarin. Saat Mbul masih ada agenda membeli batik untuk keperluan kantor juga membeli oleh-oleh untuk orang tua. Oleh-olehnya berupa apa. Tentu saja yang terkenal di sini yaitu batik. 

Batik solo memang khas. Apalagi yang klasik. Membeli di kotanya langsung tentu akan terasa berbeda jika dibandingkan dengan saat kami membelinya di kota.  Sayang pas hari itu batere kamera Canonku sedang drop. Akhirnya terpaksalah pake HP.






"Mboten tebih menawi badhe sowan Batik Kauman utawi Laweyan. Mangke kathah batik sae kados Batik Soga utawi Gunawan Setiawan. Menawi kados panjenengan ingkang taksih nem (enom/muda) biasane cocokipun kalih sing cerah. Kawula rekomendasikan Batik Soga. Tapi menawi kersa ingkang radi benten utawi limited edition nggih paling pas Gunawan Setiawan. Kalih-kalihe kagungan ciri khas piyambak-piyambak."

Tamas pernah bilang ke Embul. Dulu saat pertama kali nembung ke ortu sampai dibela-belain beli di Gunawan Setiawan. Belinya 2 stel lagi. Lengan panjang dan lengan pendek. Pantesan batiknya cakep. "Eh biyen kae lho pas pertama kali nembung Dedek kan tumbase Gunawan Setiawan. Keren kan?" Hahahaa.....iya juga ya...keren harganya, keren pula desainnya. Ingatanku kembali kepada moment hari itu.

Kami terus mendengarkan Pak Becak bercerita sambil sesekali menikmati jalanan dan memasuki gang-gang kecil dimana rumah-rumah penduduk menjelma menjadi pengrajin batik. Pintu-pintu rumahnya khas pintu rumah jaman dulu. Catnya warna-warni. Ada hijau, putih susu, cokelat muda, dan lainnya. Di atas kami bergelantungan payung-payung hias dari kertas. Ah, rupanya kami sudah memasuki kawasan Kampung Batiknya. Kakak A dan Adik J sudah bobok dalam dekapan dada Mbul hehehe. Apalagi Kakak A, udah kesayahen, makanya Kakak A menggelendot manja dan minta dielus-elus sama Mbul. 









"Siyos teng Soga rumiyin? Menawi siyos, sekedap malih dugi, niku ngajengan sakedik malih!" Pak Becak mulai memelankan becaknya dan kamipun bilang iya. Mampir Soga dulu. Penasaran sama batik yang warnanya cerah. Bila perlu Mbul ingin yang warna pink. Kalau ada tapi, Hehehe...

Batik Soga

Batik Soga ternyata keren. Itu yang terlintas dalam kepala Mbul saat memasuki pintu depannya. Ada patung wanita berbusana kebaya di sana. Rambutnya disanggul. Iconic banget. Juga payung kain sebagai bentuk welcoming atau "Sugeng Rawuh".

Selebihnya kami masuk melalui pintu kaca untuk memasuki display tempat kain-kain batik dipajang. Setelah itu kami disambut petugas yang mendampingi dengan ramah. Sebelumnya Mbul juga bertanya kepada Mas petugasnya kalau mau ambil foto untuk dokumentasi blog apakah boleh. Kata beliau sih boleh. Alhamdulilah.

Ada beberapa tipe batik yang dijual di sini. Ada batik tulis, ada pula batik printing atau cap. Keduanya tentu berbeda dari segi harga maupun kualitas. Batik tulis lebih tinggi harganya karena disesuaikan dengan tingkat kerumitannya dan lamanya proses pengerjaan.





Ada yang masih dalam bentuk kain. Ada pula yang sudah dalam bentuk pakaian jadi. Kainnya sendiri ada yang dari kain biasa, ada pula yang premium. Yang kain biasa misalnya dari kain katun atau dooby. Dobby itu yang tipe permukaan kainnya berlekuk. Sedangkan yang premium dari sutra. Untuk yang sudah dalam bentuk pakaian jadi, ada yang lengan panjang ada pula yang lengan pendek dan tanpa lengan. Untuk yang wanitanya, ada yang lebih kompleks lagi. Mainnya di model. Kalau yang pria kan lebih simpel. Nah yang waita ada atasan, ada bawahan, tunik atau baju 3/4, sampai gaun atau gamis. Yang klasik biasanya didominasi warna cokelat atau gelap, sedangkan yang modern warna cerah. Mbul sebenarnya naksir yang warna pink atau merah jambu, tapi begitu melihat harganya jadi urung, hahaha. Memang yang sudah jadi ini jauh lebih mahal dari yang kain. Sedangkan jika ingin membuat baju, minimal harus menggunakan 2 kain. Dan akhirnya Mbul beli yang kain saja. Nanti dijahitkan di tukang jahit langganannya Ibuku.

















Proses Membatik Batik Tulis

Ngloyor : Kain putih yang akan dibatik terlebih dulu dibersihkan dari kanji agar permukaan kainnya lebih halus. Proses ini disebut 'ngloyor' atau menghilangkan kanji pada kain putih dengan cara merebus kain dalam air mendidih dicampur dengan bahan-bahan yang ditentukan yaitu :
- jerami
- minyak jarak
- minyak kacang
- tepol
- soda abu

Ngemplong : Ngemplong atau nyetrika adalah proses menghaluskan, meratakan permukaan kain yang telah kering setelah 'diloyor' agar mudah untuk dibatik. 
Memola : Memola adalah proses menggambar motif pada kain putih dengan pinsil.
Mbatik : Proses membatik terdiri dari 3 tahapan yaitu ngencrang, nerusi, dan nembaki

Nyoga dan Mewarnai: Yaitu proses memberi kain warna pada kain yang telah dibatik
Nglorot : Yaitu proses menghilangkan 'malam' pada kain batik.

Batik siap dipasarkan: Proses pembuatan batik tulis memang membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 3-6 bulan tergantung motif dan bahan sehingga tak heran harganya lebih mahal dibandingkan batik cap atau printing.







Batik Soga
Jl. Dr. Rajiman No.472-474, Bumi, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57148

Batik Gunawan Setiawan

Usai bertandang ke Batik Soga, becak kembali membawa kami berkeliling karena masih penasaran dengan Gunawan Setiawan. Maka tak perlu waktu lama bagi kami untuk menghabiskan sisa hari menuju ke sana. Pastinya kalau di Gunawan Setiawan bakal jadi satu-satunya karena memang sistimnya limited edition makanya tak heran harganya bisa selangit atau lebih tinggi dari yang rata-rata batik di pasaran. Ratenya Rp 400 ribu-jutaan. Tergantung bahannya juga. Begitu pula dengan motifnya. 







"Akhirnya Mbul menemukan batik idaman yang bahannya adem dan dipadu padan dengan jilbab segiempat polos (warna apapun) mudah. Alhamdulilah..."

Untuk kemeja batik laki-laki lengan pendek dan panjang yang premium rata-rata harganya Rp 1,5 juta ke atas. Untuk kemeja lengan panjangnya lebih mahal lagi. Sedangkan kemeja batik wanita lebih murah dari kemeja batik laki-laki. Untuk terusan atau gaun bisa dua kali lipatnya. Meski demikian Mbul sangat maklum karena memang kualitasnya yang jempolan. Apalagi kebanyakan memang batik tulis sehingga baik model, pola, dan ukurannya itu customized. Dan coraknya juga cantik sekali. Potongannya rapi, jahitannya halus, dan ukurannya itu enak di badan. Apalagi yang punya badan langsing ya bisa okey sekali memakai batik Gunawan Setiawan ini. Bahannya jatuh dan adem. Pokoknya nyaman banget dipakai.






















Batik Gunawan Setiawan memang sudah dikenal lama memproduksi dan menyediakan batik tulis, batik cap dan batik kombinasi. Dalam proses produksinya, pengunjung bisa menyaksikan langsung proses pembuatannya mulai dari memegang dan menitikkan canting yang berisikan malam di kain putih yang disediakan dan seterusnya. Di situ ada workshopnya pula. Tapi itu di area belakang. Di area depannya sendiri memiliki desain yang sangat menarik, karena selain memajang aneka koleksi batik ciptaannya, juga terdapat spot untuk foto yang bernuansa Jawa Klasik  juga stand oleh-oleh seperti wedangan dan juga madu. 

Semakin sore semakin dibawa pusing memilih-milih batik yang akan dikantongin, hehe. Tapi alhamdulilah Mbul dapat yang ditaksir. Dan setelah dipakai, memang harga tak bisa membohongi kualitas. Bahannya adem banget. Enak banget melekat di tubuh Mbul huhuhu. Love it to the moon and back, kayaknya ini batik ternyaman yang pernah Mbul punya deh hihihi!!





"Kampung Batik Gunawan Setiawan"
Jl. Cakra No.21, Kauman, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57122


8 komentar:

  1. waaaah, tempatnya bagus banget mbak nita q? Asri banget, tari berasa ikut liburan nih meski hanya virtual saja.

    BalasHapus
  2. kalo denger kota solo entah keingetnya sama han solo di star wars :D.. ngomong-ngomong soal batik, entah gw tuh kayak ga pd buat make baju batik, pernah kemaren tuh pas mau lebaran di kasih batik masih bentuk kain, karna males make dan ke tukang jahit gw jual lagi ke temen gw 🤣, kebetulan dia guru sekolah jadi butuh banget baju batik 😁

    BalasHapus
  3. Dek ijik tetep imut ae ket jaman sekolah tekan saiki...pas mudik kok ga mampir? Marem ndek Solo golek batik di Kauman marem. Sehat-sehat yo Dek. Salam kagem keluarga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ho oh, isih tetep cilik koyo pas jaman sekolah, tetep imut imut koyo cah cilik. Ternyata isih tetep isinan dan kalem ya'e, kalempit-lempit yo Dek 😁

      Hapus
  4. I enjoyed your photos and tour of Solo. Looks like a very busy city. Thank again for sharing this. Have a great day!

    BalasHapus
  5. Indahnya suasana kota bersejarah Solo di sore hari...
    Batik-batiknya cantik dengan warna-warna yang begitu eksotik...

    BalasHapus
  6. Waahh! Baca postingan ini jadi inget sianu mbul.🤣🤣🤣 Tapi aku sama kota Solo entah mengapa terkesan biasa saja ketimbang kota Surabaya.

    Padahal kota Solo banyak hal menarik terlebih tentang batik dan ramuan tradisionalnya , serta lainnya.😁😁

    Itu photo bulan kapan mbul...hampir semua gambar photo diatas perasaan nggak asing dan pernah aku lewati dulu atau 3 tahunan belakangan ini.

    BalasHapus
  7. wah banyak banget batiknya
    bagus bagus
    bisa kalap, beli semuaaa

    BalasHapus