Tak ada yang lebih mengasyikkan
selain bicara sejarah dengan profil hijaber cerdas satu ini, Fitria Chairani. Secara tak sengaja, aku menemuinya di sebuah
pameran bertajuk wisata di JIExpo beberapa tahun silam. Meski sudah lumayan lama, tapi pelajaran yang aku tangkap dari obrolan kala itu masih tetap lekat di hati. Kenapa menarik? Karena di
usianya yang masih demikian muda, dia berani menjajal kemampuannya di bidang enterpreneurship.
Bersama sejumlah rekan (yang juga sama-sama anak muda), ia mendirikan Campa
Tour and Travel yang basicly adalah
wisata sejarah.
Di tangan gadis kelahiran
22 Juni 1985 ini, sejarah diolahnya menjadi sesuatu yang sangat menarik. Mungkin kalau
kata aku sih, kreatifitas dia dalam berpikir out of the box lah yang akhirnya menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi orang lain. Pengen tahu apa aja yang sudah kami diskusikan.
Simak interviewku dengan wanita ayu
berparas kearab-araban ini :
Gimana
sih awalnya Mbak Fitria bisa mendirikan Campa yang basisnya wisata sejarah?
Awalnya karena aku mengalami
ketertarikan pada sejarah nasional. Kalau mungkin dulu pada saat sekolah aku
merasa sejarah itu boring, sesuatu
yang sepertinya tidak ada kaitannya dengan kita, dan tidak ada interest sama
sekali, cuma baru-baru ini aku mengalami sesuatu yang baru. Bahwa sejarah pada
saat kita sekolah adalah sejarah yang kebanyakan sudah dibentuk kurikulum.
Bukan sejarah aslinya.Ternyata Sejarah Kerajaan Mataram itu sangat jauh lebih
menakjubkan dibandingkan dengan apa yang kita terima.
Aku mulai belajar sama
orang-orang yang misalnya suka baca Kitab Majapahit. Dan aku mengalami itu
dengan traveling. True exploring. Aku menemukan bahwa kita
tidak perlu belajar jauh-jauh ke luar negeri sebenarnya. Kita bisa belajar dari
apa yang ada di dalam diri kita atau apa yang ada di dalam negara kita. Ternyata
banyak sekali loh ilmu-ilmu dari para leluhur yang selama ini kita lupakan.
Cuma ditaruh dalam 1 kurikulum atau 9 bab di buku sekolah yang dihafalin--yang
justru bukan itu intinya.
Inti dari sejarah itu bukan ini
perang melawan ini. Dan memang ketemu bahwa pendidikan kita banyak dibentuk dan
diciptakan oleh Belanda. Pada saat Belanda datang, kita mendapat missing
link antara kita dengan leluhur. Seakan-akan diputuskan selama berabad-abad.
Jadi melalui traveling Campa, aku
pengen, oke, kita sedikit-sedikit tahu. Tadinya aku sama temen-temenku saja
yang jalan-jalan ke candi ini candi itu. Tapi dengan persepsi lain, lama-lama
aku mikir, mungkin aku bisa bikin travel
dengan metode seperti itu karena aku ingin lebih banyak orang yang mencintai
bangsa kita, sejarah kita.
Terus
gimana animo pesertanya?
Banyak yang tadinya ikut-ikutan
turku sama sekali tidak tertarik sejarah. Tidak tahu Singosari itu apa. Beberapa
waktu lalu, aku ajak peserta ke Bromo, terus aku ajak ke candi-candi, dan
mereka yang kayak....wah ternyata menarik banget ya.
Ternyata leluhur kita bagus
banget bisa bikin ukiran, relief seperti ini, arsitektur modern, bahkan belum
ada yang bisa membuat seperti ini. Ya memang bangsa kita sangat maju, sangat
jaya, dan kita menguasai laut. Justru bangsa lain yang belajar sama kita. Kok
sekarang kita kebalik ya? Mencoba mencari ilmu dari barat yang tidak cocok
dengan kita dan akhirnya kita merasa diri kita bodoh.
Mungkin dengan Campa ini
aku sendiri juga belajar perlahan-lahan untuk menemukan treasure yang ada di Indonesia. Kita bisa belajar lagi dan
tunjukkan pada dunia bahwa kita bangsa yang hebat. Jangan pernah kita merasa
terbelakang atau ketinggalan. Itu misiku.
Daerah
yang dieksplorasi?
Peserta pertama itu kami eksplore ke Jateng. Kami ke Borobudur,
Dieng, dan Temanggung yang merupakan pusat kejayaan Mataram abad ke-7. Mereka
semua sangat tertarik dan passionate.
Bahkan mau trip lagi. Aku juga ingin membuat
orang untuk traveling not just traveling,
cuma dapat foto dan souvenire, tapi
juga ilmu. Karena dengan ilmu kita bisa belajar banyak tentang diri kita,
lingkungan, dan negara. Dan ilmu itu akan terpakai terus kok. Tidak perlu
berat-berat. Nggak perlu kita
menghafal sejarah kerajaan njlimet-njlimet. Tapi dengan cara kita ada di sana, kita feel it, dan get connected
with the place. Dan dapatlah suatu ilmu baru tentang bangsa kita sendiri
yang selama ini kita ga tahu
.
Memang
aslinya Mbak lulusan apa? Apa ada kaitannya dengan sejarah?
Aku bukan anak sejarah aslinya.
Aku anak Hukum. S1 UI, S2 NUS Singapore. Jadi sangat jauh dari sejarah. Tapi
aku ikut komunitas Lir Ilir. Dulunya aku pengen ke luar negeri terus. Karena aku
pikir di Indonesia ada apa sih? Tapi begitu aku eksplore lebih banyak, ternyata jauh lebih menarik wisata di dalam
negeri.
Tour
yang pernah dilalui?
Jateng, Jatim, Flores.
Yang
ikut?
Kalangan umum. Rata-rata golongan
usia 30-an. Sudah kerja. Yang dari Jakarta kebanyakan karena bosen dengan
rutinitas. Jadi aku coba kasil alternatif.
Tujuan?
So
far
ada 12 yang kami tawarkan. Tapi tidak menutup kemungkinan akan tambah. Kayak
kemarin ada yang request ke Sumba
Timur. Oke. Sumba Timur memang sesuai sekali dengan Campa. Penuh historis,
penuh budaya. Cuma memang belum jadi paket unggulan. Intinya kami mengikuti apa
keinginan customer.
Suka
duka mengelola Campa?
Meski dibantu beberapa orang,
intinya aku masih menghandle semuanya
sendiri. Mungkin karena baru, jadi masih banyak salah kalkulasi. Over budget di lapangan. Dan aku sangat service minded. Jadi kalau bisa jangan cut budget. Kalu bisa kami naikin budget untuk satisfy customer. Kadang suka salah perhitungan, kasih harga
kerendahan. Ternyata di lapangan, wah kaget....garuk-garuk kepala sendiri. Tapi
ya aku nikmatin. Alhamdulilah kan aku masih punya kerjaan. Jadi kalau belum
untung, masih bisa cover. Ini
pelan-pelan, step by step sih
sebenarnya.
Kerjaan
satunya memang di bidang apa?
Di hukum. Masih ada hubungannya
dengan pengembangan daerah. Aku ingin mengembangkan potensi daerah. Dan yang
bisa aku lakukan adalah dengan travel. Aku akan menconecting sebanyak mungkin orang yang ada di daerah. Mungkin someday contribute sesuatu ke daerah
tersebut.
Nilai
tambah yang ditawarkan Campa?
Kebetulan tiap-trip kami selalu ada sesi makan bersama atau temu muka dengan
penduduk lokal. Dari situ terciptalan hubungan dimana yang dari Jakarta merasa
terinspirasi sama mereka. Mereka orang daerah, tapi they do so much untuk menjaga adat-istiadat dan budaya mereka.
Bahkan ada 1 yang namanya Pak Budi di Liangan Temanggung, itu yang pertama kali
menemukan situs yang kalau misal kita gali semua jadi 7 kali lebih besar dibandingkan
Borobudur. Karena dulu itu pemukiman Kerajaan Mataram. Kita waktu itu bilang,
Pak... sebenarnya Bapak bisa aja jual karena udah nemu banyak guci Cina yang
mahal banget harganya. Tapi dia bilang tidak. Karena itu warisan nenek moyang kita.
Kalau tidak kita yang menjaga siapa lagi? Di situ aku dan peserta lain sudah
mau nangis rasanya. Bapak itu cuma lulusan SD, tapi betapa dia cinta dan connect dengan nenek moyangnya. Bahkan
di sini, kita yang lebih terpelajar pun seandainya yang menemukan situs
tersebut, bisa aja kepikiran bahwa itu sumber uang. You don’t need education untuk build
moral.
Bener-bener
pelajaran moral banget ya, kalau di tempat lain gimana ?
Di Bromo juga gitu. Kita
belajar dari Suku Tengger. Historisnya adalah dapur itu bagi mereka adalah
ruang sakral. Karena di situ 1 keluarga berkumpul, terjadi transfer knowledge. Anak-anak diajarkan orang tuanya untuk saling komunikasi.
Dan mungkin itu yang langka ya pada masa sekarang. Orang lebih sering makan
sambil nonton TV.
Ada
lagi di Badui. Mereka itu sebenarnya bukan suku terasing yang bodoh dan tidak
tahu apa-apa. Mereka mengasingkan diri dari pengaruh buruk luar, tapi mereka
sangat up date terhadap apa yang
terjadi. Di situ aku baru sadar bahwa memegang adat istiadat dan budaya itu sangat
penting. Bukan berarti kita menutup diri dari teknologi luar, tapi bagaimana kita
tetap menjaga nilai-nilai kita. Dan kita menyaring apa sih yang bisa kita
terima. Makanya yang pengen aku sebarin ke orang-orang adalah yuk kita belajar
lagi dari leluhur kita.
Tulisan ini diikutkan dalam IHB Blog Post Challenge
Keren banget Mbak ini profilnya. Seru bacanya. Semoga bisa ikut turnya kapan-kapan.
BalasHapusIya ngobrol sm dia asyik deh :)
HapusWisata sejarah, kereen. Aku dulunya ngga suka sejarah, pelajaran sejarah sekolah maksudnya, pusing ngapalin tahun sama nama orang suka kebalik-balik. Sekarang jadi suka
BalasHapusAku juga kalo dalam bentuk haafalan males mb rahmi hihiii, lain cerita kalo sambil piknik ya kannn
HapusWah kayaknya saya harus join deh mbak.. Soalnya saya demen banget yang namanya wisata sejarah :D
BalasHapusIya masss cuuusss daftar, biar tambah kaya destinasi wisatanya
HapusJauh banget yah dari sarjana hukum jadi nulis wisata sejarah
BalasHapusBukan sekedar nulis mas, tp bisnis tour n travel, keren ya
HapusSaya belum pernah kopdar ataupun wawantawa ehhh wawan cara maksud saya,,,, semoga suatu harinanti bisa ketemu dengan MBa Nita :3
BalasHapusWakakak mau minta uang saku pa mas irwin
HapusMbakkkkk saya suka sekali tulisan ini. Bookmark mbak!
BalasHapusSejarah kita telah dibentuk oleh kurikulum, apalagi klo buka era orde baru...
Bismiah, semoga suatu saat saya bisa bertemu langsung dengan Mbak Fitria Chairani dan bisa belajar sejarah sembari traveling...
Mantap mbak, keep blogging yaaa...
Wahhh makasi mb arinta sudah bookmark hehehehh
Hapusiyaappp harusnya kurikulumnya agak dikasi variasi ya mb biar ga pada streess ngapalinnya hihiw
Keep blogging too mb :)
Saya kasihan ma adik saya yang ikut kurikulum 2013 mbak... pulang sore terus
BalasHapusperasaan saya pas sekolah SMP-SMA pulang maks jam 13.30.
Nah matpel sejarah di adikku itu ada 2, sejarah umum dan sejarah Indonesia... yang satu sejarah minat khusus yang satu mata pelajaran wajib, dah gitu ngapalin...
kan kasihan mbak :(
hwaaa, pelajaran jaman sekarang makin membabi buta ya mb arinta...bisa-bisa ngebul otaknyaa
HapusPertanyaannya banyak juga ya. Tapi menginspirasi dan juga sekaligus mengingatkan bahwa tak selamanya jurusan kuliah yang di ambil akan membuat kita selamanya berada di profesi tersebut.
BalasHapusbenar apapun jurusannya asal mau berusaha pasti bisa sukses
HapusKeren banget mak nit wawancaranya.
BalasHapusKeren ya bisa berkecimpung di luar bidang studinya, total pula!!!
totall banget ya mb ratu hihiii, aku jadi pingin bisnis juga nih jadinya
Hapuswisata sejaarah harus mulai dikenalkan sama anak-anak sekolah nih
BalasHapusbenar mb lid, apalagi klo dibikin tur malah bisa terkenang sepanjang waktu
HapusIndonesia sebenernya nggak kalah bagus. Tapi ya gitu, mindset orang sini selalu banding-bandingin sama luar negeri. :/
BalasHapusNggak nyambung amat, ya. Masa dari Hukum ke Sejarah. :))
Tapi, doi keren banget. Patut diacungi jempol. Hehe
bener....kudu divideoin berarti tempat2 yang eksotik di negeri kita...
Hapusaku jadi pengen traveling sejarah :D
BalasHapuspaling tidak sejarah ga sekedar hafalan ya Ri..
HapusWaaah hebat. Dari Hukum ke Sejarah.
BalasHapusPinternya kebangetan dia mba. :D
huum Lan
Hapusmenginspirasi yaa
wisata sejarah itu bagus banget buat anak2 sekolah dan gak menutup buat yg udah seumur gue sih... Yg udah lupa semua pelajaran sejarah dan malah gak tau sm sekali
BalasHapusiya mb ria, jadi anak lebih tahu n lihatnya ga sekedar lewat hafalan
Hapusbaru dengar ini mbak. senanglah lihat anak muda bisa seperti itu. inspiratif.
BalasHapusAlhamdulilah kalau menginspirasi :)
Hapus