Siang ini aku memutuskan untuk menonton film Suzzanna, Titisan Dewi Ular (1990) di tengah curi-curi waktu saat si kecil sedang tertidur, sehabis minum susu. Habis rasanya pingin memutar ulang memori jaman SD-SMP sih setelah pulang sekolah sekitar jam 1 siang dimana film produksi Soraya Intercines Film ini sering diputar klo ga di Indosiar ya RCTI.
Selain tentu saja memang kepo akibat ga sengaja liat teaser film Suzzanna reborn yang diperankan oleh aktris Luna Maya di instagram tempo hari lalu. Makanya tetiba jadi pengen marathon liatin judul film The Queen of Horror wanita yang bernama lengkap Suzzanna Martha Frederika van Osch ini satu-satu untuk versi jadoelnya. Dan abis nonton, ya Alloh... ternyata seremnya itu ga ada yang bisa nandingin akting artis manapun. Walaupun ide cerita dan efek teknologi yang digunakan kala itu sebenernya masih sangat sederhana, namun karena suasananya mendukung banget dan kok ya ndilalah wajahnya Suzzana emang setelannya uda horror dari sononya, jadi ya tetep beraninya aku nonton di siang bolong....wkwkwk, soalnya klo nonton malam hari takut sampe dimimpiin ama Sundel Bolong, hiiiiy, ngeriiih *cemen bat guaaaa...
Langsung aja deh, ini dia sinopsisnya.
Sinopsis : Suzzanna, Titisan Dewi Ular
Dimulai dengan adegan seorang perempuan paruh baya yang sedang hamil tua bernama Sumi (yang diperankan oleh Suzzanna) yang tengah menyambut kepulangan sang suami, Dayan (yang diperankan oleh Muni Cader) setelah kurang lebih setahunan bertapa mencari kesaktian di luar sana sebagai pawang ular.
Dayan yang sudah lama tak menggauli Sumi merasa sangat heran mengapa tau-tau istrinya hamil besar. Ia pun curiga jangan-jangan istrinya ada main dengan pria lain sehingga kemudian terbitlah amarah yang membabi buta dalam dirinya. Dicercanya sang istri supaya mengaku siapa laki-laki bangsat yang telah menghamilinya sembari mengambil tombak yang menancap di dinding dan diarahkannya ke perut wanita yang telah dinikahinya itu. Namun dengan isak tangis yang membahana, Sumi bersikukuh bahwa jabang bayi yang tengah dikandungnya adalah 100% anak Dayan. Ia bersumpah tidak ada laki-laki lain selain suaminya dan ia juga tidak mengerti mengapa ia bisa hamil. Namun tetap saja Dayan tak percaya. Dengan dikuasai emosi, diusirnya istrinya itu mentah-mentah supaya minggat saja dari rumah sebelum kesadarannya mulai habis. Sumi yang ketakutan pun segera melarikan diri walaupun di luar sana sedang hujan dengan derasnya. So dramatic yeeeay !
Dalam upayanya menyelamatkan diri itu, tiba-tiba Sumi merasa sudah tiba saatnya untuk melahirkan. Langkah kakinya terhenti di sebuah gua dan akhirnya ia jatuh terkapar dengan mulut penuh darah dan ular yang tiba-tiba saja keluar dari dalam mulutnya itu. Bersamaan itu pula, muncullah suara gaib yang menyatakan bahwa ular tersebut adalah anaknya yang akan membalaskan dendamnya pada Dayan suatu hari nanti. Detik itu juga Sumi pun menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.
Beberapa tahun kemudian....
Di daerah puncak, tersebutlah seorang Nyonya pemilik kebun teh yang sangat kaya raya bernama Tanti Hendro (yang diperankan oleh Ade Irawan). Ia memiliki putra yang sangat tampan bernama Radi (diperankan oleh Jeffry Woworuntu jaman masih kurus, suamiknya Ruth Sahanaya klo sekarang, ehehe).
Rumah mereka sangat besar bagaikan istana yang dilengkapi dengan seorang tukang kebun slebor bernama Bokir, pembantu bernama Susi, dan pembatu satu lagi yang selalu berpenampilan seksi bernama Iyem. Ketiganya seolah menjadi bumbu penyedap yang menghidupkan suasana di tengah banyaknya adegan yang menyeramkan dalam film. Apalagi pas kebagian scenenya Bokir dan Susi, sumpah ngakak terus lah.
![]() |
Pelawak Susi Sunaryo yang mencuri perhatian lewat aktingnya sebagai pembantu bernama Susi, kerap disandingkan bersama Bokir di film Suzzanna |
Nah, pada suatu pagi, saat Nyonya Tanti terbangun dari tidurnya, tiba-tiba ia memanggil Bokir dan juga Susi untuk menghadap ke kamarnya. Kata beliau, karena anak semata wayangnya Radi akan tiba sepulangnya dari kuliah di luar negeri, maka rumah harus sudah dalam keadaan rapi. Taman dirapikan, bunga-bunga disiram, kolam renang dibersihkan, dan masakan disiapkan. Bokir dan Susi pun segera melaksanakan apa yang diperintahkan Nyonya walau keduanya tidak pernah terlepas dari aksi saling cela saat menjalankan tugasnya.
Sementara itu, sambil menunggu kedatangan Radi, Nyonya Tanti kedatangan pegawai pabriknya yang sangat loyal yaitu Pak Karso. Tujuan utama Pak Karso datang ke situ sebenarnya ingin mengajukan putrinya Adinda sebagai calon istri Radi. Hal tersebut lantaran jika mereka berjodoh, maka otomatis tampuk kepemimpinan pabrik teh akan jatuh ke tangannya lewat perantara Adinda. Namun, dengan sikap bijaksana Nyonya Tanti menyerahkan sepenuhnya urusan jodoh kepada anaknya yang bakal menjalani .
Sementara itu, Radi yang sedang dalam perjalanan menuju rumahnya dikejutkan dengan kejadian yang sangat aneh. Mobil yang dikemudikan oleh sopirnya tiba-tiba seperti menabrak seorang gadis pemetik teh yang sangat cantik jelita. Namun sayang, begitu dipastikannya kembali apakah gadis tersebut baik-baik saja, yang dilihatnya justru seekor ular yang muncul dari semak belukar tanaman teh. Sang sopir yang berinisiatif mengambil kayu untuk membunuhnya, tiba-tiba saja dicegah Radi yang membiarkan mahluk tersebut tetap hidup. Merekapun kemudian memutuskan untuk pulang saja ke rumah karena tak ingin membuat ibunya lama menunggu.
Setibanya di rumah, semua orang sudah menyambut kedatangan Radi dengan gembira. Termasuk diantaranya Adinda, putri Pak Karso yang terlihat cukup agresif dan sangat berharap agar Radi menaruh hati padanya. Setelah berbasa-basi sedikit, akhirnya keesokan harinya Pak Karso langsung mengaturkan agenda Radi untuk ditemani Adinda berkeliling kebun dan pabrik teh seharian supaya keduanya mengenal lebih jauh. Mereka pun setuju, meski dari hati kecil Radi tak ada sedikitpun perasaan untuk Adinda.
Keesokan harinya, seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, Radi dan Adinda pun berkeliling kebun teh dan menyapa pekerjan pabrik dan kebun tehnya satu-satu dengan ramah. Habis itu mereka memutuskan untuk rehat sejenak di salah satu saung yang ada di antara rimbunnya kebun teh untuk melepas lelah. Dalam kesempatan itu, Adinda terus memancing Radi supaya ngeh dan melirik dirinya. Bahkan ia bertindak cukup agresif dengan meminta untuk dicumbu walau pernyataan cintanya belum mendapatkan jawaban pasti dari Radi. Namun, seakan semesta tak merestui tindakan keduanya, tiba-tiba saja seekor ular kobra jatuh dari atap saung dan menatap keduanya dengan tajam. Radi dan Adinda pun kaget bukan kepalang. Mereka memilih untuk meninggalkan tempat itu karena menganggap hal tersebut sebagai pertanda buruk.
Namun, saat di tengah jalan, mobil yang dikendarai mereka mogok. Rupanya air radiatornya sudah kering. Radi pun meminta ijin untuk mencari air terlebih dahulu supaya mobilnya bisa segera jalan. Tahu-tahu kakinya sudah berjalan memasuki gua yang berada di sekitar kebun.
Sesaat setelah berada dalam gua, tiba-tiba langkahnya dikejutkan oleh sebuah suara perempuan yang menebak dirinya sedang mencari air. Dengan masih terpana, dilihatnya sosok pemilik suara itu yang ternyata adalah milik seorang gadis pemetik teh yang ia tabrak tempo hari. Namun anehnya, setelah dilihat lebih seksama, fisik gadis tersebut tampak baik-baik saja, seperti tidak pernah terjadi apa-apa, apalagi seperti terkena tabrak. Malah gadis itu segera menyerahkan gentong berisi air kepada Radi dan menyuruhnya segera kembali ke arah mobil karena teman wanitanya sudah menunggu. Belum juga Radi berterima kasih, gadis tersebut sudah menghilang di depan mata. Hal tersebut kemudian menjadi pikirannya selalu setibanya ia sampai rumah.
Keesokan harinya, Radi bertemu muka kembali dengan gadis pemetik teh itu saat sedang lari pagi di sekitar kebun teh. Sebelum kehilangan jejaknya lagi, ia memanggilnya dan menanyakan siapa nama gadis itu berikut tempat tinggalnya. Gadis tersebut pun berkata dengan sopan dan menyebutkan bahwa namanya adalah Kemala. Ia tinggal di kampung yang ada di ujung, sana seorang diri karena orang tuanya sudah tiada. Namun belum juga Radi menanggapi ucapan gadis itu dengan memperkenalkan dirinya, Kemala sudah ijin untuk pamit duluan dari hadapannya. Hal inilah yang semakin membuat Radi semakin penasaran.
Suatu kali, Nyonya Tanti dan Pak Karso sedang mengurus keperluan pabrik hingga harus menemui seorang notaris yang berkantor di Jakarta. Namun, Adinda yang ikut dengan Pak Karso meminta ijin untuk tinggal di rumah Radi sembari menunggu pemuda yang ditaksirnya itu pulang. Adinda yang memang bawaannya agresif tak segan-segan meminta istirahat di kamar Radi supaya nanti setelah lelaki tersebut pulang, ia bisa segera melancarkan 'serangan'. Sayangnya, rencana tersebut gagal lantaran ia ditolak dengan halus oleh Radi, bahkan ia juga mengatakan kalau ia tidak menaruh rasa sama sekali terhadap gadis yang selalu berpenampilan seksi itu. Ia menegaskan bahwa Adinda ia anggap sebagai adik sendiri dan masalah perasaan tentu saja tidak bisa dipaksakan. Adinda pun tersinggung dan menampar Radi sembari meneriakkan dirinya bahwa ia adalah lelaki yang tak punya perasaan.
Setelah kejadian itu, Nyonya Tanti tiba-tiba saja menjadi pemurung. Ia takut akan merasa tidak enak hati pada Pak Karso karena putranya telah menolak cinta Adinda. Radi pun meminta maaf pada ibunya dan menceritakan bahwa ia sendiri telah memiliki calon lain yaitu Kemala, seorang gadis pemetik teh yang bekerja di kebun mereka.
Tadinya, Radi pesimis permintaannya itu bakal ditolak Nyonya Tanti lantaran gadis pilihannya bukan berasal dari kalangan yang sederajat dengan mereka, namun tak disangka, yang terjadi justru sebaliknya. Nyonya Tanti meminta Radi membawa segera Kemala untuk diperkenalkan di hadapannya.
Saat proses perkenalan itu, rupanya tidak ada kesulitan yang berarti sama sekali. Bahkan tak lama setelahnya, Kemala dan Radi dinikahkan walau dengan bumbu drama yang cukup menyerupai sinetron India karena tiba-tiba saja Pak Karso menyusun rencana untuk mengobrak-abrik pesta pernikahan mereka dengan mendatangkan sekumpulan penjahat untuk menculik Kemala. Beruntung, saat Kemala sudah hampir dibawa mereka, kejadian aneh pun mulai muncul satu per satu. Kemala yang ternyata adalah perempuan sakti titisan ular lantas meringkus penjahat tersebut dengan tangannya sendiri. Kehidupan rumah tangga Kemala dan Radi pun kembali berlangsung harmonis.
Suatu kali saat Nyonya Tanti sedang menemani menantunya membuka bingkisan kado pernikahan, tiba-tiba saja ada rombongan tamu yang datang ke rumah dengan penampilan yang serba aneh. Tamu tersebut rupaya adalah Dayan sang pawang ular yang ditemani oleh 2 orang ajudannya. Dayan berkata, bahwa di rumah itu terdapat seorang perempuan ular yang sangat berbahaya sehingga ia meminta ijin untuk meniup seruling saktinya. Kemala yang mendengar bunyi seruling itu tiba-tiba saja seperti mematung dan mengikuti sumber suara. Namun sebelum semuanya terlambat, Radi pun datang dan menghajar Dayan supaya jangan menuduh istrinya yang aneh-aneh. Namun, sebelum Dayan pergi, dia hanya mewanti-wanti bahwa suatu saat pasti merekalah yang akan mencari dirinya untuk mendapatkan pertolongan terkait dengan keberadaan perempuan ular.
Review
Film ini adalah salah satu film horror Suzzanna yang cukup memorable dalam ingatanku karena setting tempatnya yang bertempat di area puncak dan kebun teh. Rasa-rasanya tiap lewat kebun teh ada ketakutan sendiri, karena was-was takut ngedadak muncul ular kayak yang ada di dalam film wkwk #segitu termakannya ama film emang.
Selain itu, film ini juga memiliki alur cerita yang bisa dibilang cepat dengan bumbu-bumbu komedi semi vulgar di sana-sini meski tak melupakan sedikitpun aura mistis yng datangnya tentu saja dari sang tokoh utama yaitu Suzzanna.
Memang klo kataku, Suzzanna ini uda ada nilai jual horrornya tersendiri ya. Istilahnya, film yang dia bintangi selalu sukses menebar aura mistik tanpa perlu banyak menunjukkan effort karena setelannya aja emang udah serem. Diem aja udah bikin yang nonton begidik. Apalagi sampai ngelirik dan membelalak-belalakkan mata ke kanan dan ke kiri, uh tentu ini akan menjadi mimpi buruk buat w yang kadang suka kepikiran abis nonton film horror. Apalagi ditunjang dengan busana dan style yang menjadi ciri khasnya yang antimainstream misalnya hiasan kepala penuh ronce-ronce kembang kantil yang sedikit berlebihan juga setelan kebaya dan rambut yang disanggul aneh-aneh. Tapi memang begitulah khasnya Suzzanna ya, aura seramnya ga ada yang bisa nandingin.
Hanya saja khusus di film ini, kadang aku ngerasa klo penampilannya seakan terlihat seumuran dengan mertuanya dan jujur malah nampak lebih tua beberapa kali lipat dibandingkan dengan tokoh utama pria yang menjadi suaminya. Apalagi pas dipanggil dengan sebutan 'Dek', rasanya aku pikir hal tersebut terkesan rada ga pas aja (menurutku) hahhaha.
Memang klo kataku, Suzzanna ini uda ada nilai jual horrornya tersendiri ya. Istilahnya, film yang dia bintangi selalu sukses menebar aura mistik tanpa perlu banyak menunjukkan effort karena setelannya aja emang udah serem. Diem aja udah bikin yang nonton begidik. Apalagi sampai ngelirik dan membelalak-belalakkan mata ke kanan dan ke kiri, uh tentu ini akan menjadi mimpi buruk buat w yang kadang suka kepikiran abis nonton film horror. Apalagi ditunjang dengan busana dan style yang menjadi ciri khasnya yang antimainstream misalnya hiasan kepala penuh ronce-ronce kembang kantil yang sedikit berlebihan juga setelan kebaya dan rambut yang disanggul aneh-aneh. Tapi memang begitulah khasnya Suzzanna ya, aura seramnya ga ada yang bisa nandingin.
Hanya saja khusus di film ini, kadang aku ngerasa klo penampilannya seakan terlihat seumuran dengan mertuanya dan jujur malah nampak lebih tua beberapa kali lipat dibandingkan dengan tokoh utama pria yang menjadi suaminya. Apalagi pas dipanggil dengan sebutan 'Dek', rasanya aku pikir hal tersebut terkesan rada ga pas aja (menurutku) hahhaha.
Namun, terlepas dari itu semua, film horror Indonesia klasik memang selalu sakseis terlihat beberapa kali lipat lebih menakutkan ketimbang film horror racikan jaman sekarang (terutama jika ga ditanganin oleh sutradara kelas handal). Ibaratnya tuh, untuk film horror Indonesia jadul, tanpa harus memunculkan effort berlebih di kualitas akting para pemainnya, rasa-rasanya sensasi horror tetep bisa tergambarkan dengan gamblang karena memang karakter horror itu sudah terbangun dengan kuat di samping memang didukung oleh sound effect yang mumpuni dan percakapan model klasik pada tiap-tiap adegannya.
Kalian yang mampir, ada nyali ga nonton film Suzzanna hihihihi
#kemudian ketawa ala mbak kunti
walau diulang ulang, pasti tetep seram di ingatan anak anak angkatan 90 an ni fil mbak suzzana
BalasHapusBener bgt serem abis
Hapussampai terbawa mimpi saking seramnya
HapusKlo yg sampe ngimpi tu yg sundel bolong malam satu suro
Hapusitu banget, sampe dirumah sendiri juga. kadang ketakutan kalau ud nonton itu
HapusBetul betul betul
Hapusdemen sama seremnya, klasik indonesia banget
BalasHapusBener mas, Mendiang Suzzanna bener2 legend ya
HapusSaya lebih suka dengan gaya banyolannya si bokir. Lebih menghibur dan bikin tertawa.
BalasHapusIya, bokir emang paling ditunggu ni di film suzzanna, klo ga ada bokir asa ada yg kurang
Hapusanakku liat suzanna aja takut, padahal liat doang, bukan nonton pilmnya. hahahaha
BalasHapusAku aj nontonnya siang bolong mb, itupun malemnya ngimpi didatengin suketi wadaaaw kacaw hahahha
HapusNggak berani nonton. Udah gitu doang.
BalasHapusWalaupun ini film (dan film-film suzzana lainnya) distel pas siang hari, tetep aja kesan horror dari si suzzana masih ada. Ngeri. Kalau pas nonton TV sendiri, terus nemu film suzzana di siang hari, biasane langsung tak pindah channel. Mending nonton Warkop *Hmmm, tontonane Wisnu....Pantesan XD --- Bener sih mbak, film horror Indonesia jaman lawas mah emang udah keliatan serem, walaupun tanpa efek macem-macem. Yang paling tak inget tu, pas ada adegan kaki meletus, terus berdarah-darah, terus keluar belutnya gitu (mungkin ini maksudnya ular kali ya?). Ini kayaknya juga di film Suzzana, tapi aku nggak tau judulnya.
Tapi kayak e sebagian besar film suzzana ini, mesti perannya doi teraniaya gitu, ya, mbak? Habis teraniaya, biasane mati. Terus ending-ending e balas dendam...
Serem pol yo, pdhl ceritane sederhana ktimbang horror saiki wkwk
HapusWarkop dki aku juga sering nonton tu, pas libur lebaran idul fitri dulu kan sering disetel wkwkkk
jadi terkenang kembali masa kecil.
BalasHapusterima kasih atas artikelnya yang menarik
Sama2
HapusDari bacaan di alur ceritanya mistis gituuu, bener-bener jadi kepo pingin nonton. Padahal waktu jaman film suzzana masih suka ditayangin di tivi, aku udah lahir tapi masih bener-bener anak kecil kisaran tk sd gituu masih belum ngerti jalan cerita filmnya cuma ngertinya suzzanna seremmm filmnya hahaha
BalasHapusIyaaa, klo nonton ulang baru mudeng ooo critanya gitu wkkk, llo pas masi bocah cm inget bagian memedinya duank
HapusEh...nit, ini yang jadi istrinya Dayan+kemala....susanna semua yaa..? Maksudnya, 2 tokoh, diperankan satu orang gitu?
HapusAku blm pernah liat film ini...aku wedi yen liat film horor. Efeknya habis nonton, sering masih kebayang2
Iya mb lis, 2 2nya yang meranin suzana
HapusKalo Suzanna memang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, aktingnya suka membuat aku jadi gemetar karena takut.
BalasHapusKemarin juga nonton film Suzanna yang judulnya telaga angker di ANTV. Aku juga ikut gemetar, bukan gemetar karena takut tapi gemetar nahan ketawa.
Lha gimana ngga ketawa, tuh preman yang nyerang Goerge Rudi itu minum teh kotak, berarti preman jaman dulu bukan minum bir tapi hobinya minum teh kotak.🤣
Tes tes, setelah cek di google, artikel mbak mbul ada di page one nomer tiga. Nomer satu biasa Mbah Wiki, yang kedua Tribun news. Padahal tribun cuma nulis berita doang bukan sinopsis tapi kok bisa nomer dua ya.😔😬
hu um mas nonton lagi bukannya kicep malah ketawa ngakak juga aku loh ahhahahah
Hapuswakakaka iya george rudinya kocak numnya teh kotak hihihi
tribun dkk kan uda badaayyy mas, uda web gede huhu
Iyem is so sexy
BalasHapusyes, that's true...
Hapus