Sabtu, 25 Mei 2019

Semangkanya Pasar Kutowinangun Big Size!




"Kenangan waktu hamil Adik J dan Kakak A masih 6 bulan, tahun 2019"

Ini adalah lapak semangka yang berada keramaian Kutowinangun yang tumplek blek jadi satu sama terminal, juga pul bis-bis AKAP yang menuju arah-arah kota. Pemandangan ini tentu saja menarik perhatianku, terlebih Pak Suami yang emang hobi beli semangka. Lha wong di kota aja bulak-balik ngajakin beli semangka, eh begitu liat di kampung ada semangka gede tur murah ya otomatis angkut ! Hahaha...





Semangka nama lainnya itu tembikai. Eh ini aku juga baru tau lho dari wikipedia. Coba aja cek apa itu tembikai. Pasti keluarnya gambar semangka, hehehe...

Semangka yang bahasa ilmiahnya Citrullus lanatus ini masuknya ke suku timun-timunan atau biasa disebut Cucurbitaceae. Jadi masih satu kerabat dengan labu, melon, dan juga ketimun. Soalnya bentuk tanamannya mirip-mirip. Bentuk daunnya sama-sama menjari, lebar, berbulu, dan juga lancip pada bagian ujungnya. Dia juga ada bagian ngruntel-ngruntelnya yang mirip ama per. Ini aku tau banget soalnya dulu mainanku kan di sawah ya. Sama teman-teman seperbolangan waktu masih SD, aku kan sering diajak panen semangka kalau ga ketimun. Keduanya biasanya panen berbarengan. Makanya judulnya panen raya. Sawahnya itu punya temanku. Asyik deh karena kami bisa main sesorean. Ga peduli cuaca terik dan setelahnya kulit bada gosong, kami tetap maen ampe lupa waktu.....maklum dulu kami emang anak desa yang hobinya main di alam. Ya maen di sungai, ya maen di kebon, ya maen di sawah. Pokoknya macem-macem deh. Nah, kalau yang di sawah, andai-anfai pas masanya panen semangka, ya kami pesta buat dimakan rame-rame atau ada juga yang dibawa pulang. Mamaknya temenku nih yang biasanya bawain buat dibawa pulang. Ga tanggung-tanggung bawainnya 1-2 glundung. Meuni besar-besar lagi. Jadilah kami ketagihan kalau ujung-ujungnya ada oleh-olehnya.

Nah, itu tadi sepenggal cerita masa kecilku yang berhubungan dengan semangka. Lumayan panjang ya ? 







Terus aku mau cerita lagi tentang semangka yang ada di Pasar Kutowinangun. Semangkanya dateng pas bulan puasa sepekan sebelum Lebaran. Bener-bener menggiurkan banget. Maksudnya sekalian bisa dijadikan makanan berbuka ataupun diimbuh sampai lebaran tiba. Sekalian nunggu ranum-ranumnya. Ntar kalau sudah mateng, bisa diplekah terus disajikan bareng pacitan lebaran lainnya.

Datangnya sendiri uda pasti dari arah pesisir. Dimana aku jadi teringat dengan nurshery rhymes yang ada di chanel youtube Cocomelon. Bunyinya kira-kira begini :  di pesisir..........banyak semangka, ku tak berani ....pulang ke rumah. Jika pulang, ibu kan berkata, pernahkah liat ular yang memanggang kue, di pesisir....Ya daerah-daerah deket jalan Daendels lah kurang lebih yang dijadikan sentra semangka. Ada juga yang dari Kulonprogo dan Mirit yang kesemuanya emang daerah pesisir.

Nah, makanya pas nyampe tekape, semangkanya itu masih bagus-bagus banget. Sebagian baru diturunkan dari truk. Sebagian lagi uda diimbuh-imbuh beberapa hari sebelumnya. Nyatanya makin didiemin makin merah atau kuning. Asal jangan sampai penyok aja. Soalnya kalau uda penyok dan kena udara luar, ngalamat bisa busuk secara perlahan-lahan. Intinya jangan sampai brem deh. 

Nah, abis semangkanya pada datang, per bijinya langsung ditata-tata sesuai varietasnya. Hal ini bisa kedetect dari pola warna kulitnya. Yang merah warna kulitnya ijo garis-garis, yang kuning warna kulitnya ijo tua. Pokoknya udah ga sabar pengen segera nyamperin bakulnya.

Sedikit Tips Memilih Semangka yang Matang
  • Tepuk-tepuk permukaan kulit semangka. Jika terdengar nyaring berarti masih muda, sedangkan jika terdengar tidak terlalu nyaring (terasa padat karena kadar airnya sudah cukup banyak) berarti bisa dikatakan sudah tua dan matang.
  • Lihat tangkainya. Jika tangkainya sudah kering dan berbentuk agak mlungker berarti semangkanya sudah matang, sedangkan jika tangkainya masih hijau berarti terlalu cepat dipanen.
  • Semakin berat bobot semangka, semakin besar kemungkinan manis dan matangnya.
  • Pilih semangka yang terdapat bercak kuningnya. Karena semakin kuning bercak tersebut, semakin matang pula semangkanya. Hindari yang bercaknya masih kelihatan putih karena hal tersebut merupakan tanda bahwa semangka jarang terkena sinar matahari yang menyebabkan rasanya tidak terlalu manis meskipun mungkin kadar airnya berlebih.
  • Amati corak hijau tua pada permukaan kulitnya. Semakin  gelap corak hijau tua pada semangka, semakin besar kemungkinan matangnya.
Lalu kejutan apa yang akan dipersembahkan oleh bongkahan semangka yang kelihatannya ranum-ranum ini ? 

Selain bobotnya yang big size, kata si ibu penjualnya : "Merahe ayu sanget loh, Mbak. Pun ngriki dilarisi. ! Estu merahe ayu sanget !", ujar beliau dengan logat ngapaknya. 4 biji Rp 170 ribu. Mana seglundungnya itu ada 7-8 kg. Jadi mana tahan buat ga dibawa pulang Tangerang. Tapi, belipun tetap harus yang bervariasi warna. 2 kuning, 2 merah. Walau tetap masih ada bijinya, yang penting manisnya luar biasa.