Minggu, 16 Februari 2020

Review Buku : Rumah Gema / The Hollow (Agatha Christie)


Review Buku : Rumah Gema / The Hollow (Agatha Christie)

Kalau di Sir Arthur Conan Doyle aku menyukai The Hound of the Baskervilles, nah di Agatha Christie aku memilih The Hollow sebagai favoritnya. The Hollow atau yang dibahasaIndonesiakan menjadi Rumah Gema buat ku mempesonakan dengan caranya yang cukup aneh. Aku seperti dibawa pada eksistensi sebuah rumah yang begitu 'hidup' namun memberikan kengerian yang samar-samar. Aku menyebutnya rumah yang menggemakan sebuah tragedi dengan efek yang menyayat-nyayat.  

Berkisah tentang Keluarga Angkatel yang masih berdarah bangsawan tengah merencanakan pertemuan di rumahnya yang bergaya klasik pada suatu pekan. Lucy Angkatel, sang pemilik rumah digambarkan bak seorang peri namun dengan sifat yang susah dimengerti karena pemikirannya yang dipenuhi banyak hal. Ia dan suaminya Henry turut mengundang sanak family mereka, baik yang berasal dari jauh maupun dekat. Ada John Christow beserta istri--Gerda, Henrieta Savernake, Edward Angkatel, David Angkatel, dan Midge Hardcastle yang sudah lebih dulu tiba di sana. Mereka juga mengundang satu orang lagi yang cukup penting, siapa lagi kalau bukan Hercule Poirot sang detektif swasta legendaris favorit pembaca setia Agatha.



Mulanya semua berjalan normal bahkan cenderung biasa saja. Tapi baru sehari setelah acara perkumpulan itu, tiba-tiba sudah ada yang meninggal. Meninggalnya dengan cara yang tidak biasa lagi. Di tepi kolam renang kebanggaan Lucy, sosok John telentang dengan posisi yang ditata artistik. Yang lainnya berdiri mengelilinginya dalam pose-pose yang cukup aneh. Bahkan Poirot menilainya sampai terlihat tidak proporsional. Satu diantaranya yaitu Gerda yang meringkuk meratapi sakaratul maut sang suami, namun sambil memeluk revolver di dadanya. Pandangannya linglung seperti orang lemot. Lebih anehnya lagi, nama Henrieta malah disebut-sebut John untuk yang terakhir kalinya, sehingga semua menjadi geger.


Judul Buku : Rumah Gema (The Hollow)
Penulis : Agatha Christie
Alih bahasa : Ny. Suwarni A.S.
Desain sampul : Staven Andersen
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama 
Cetakan kedua : Desember 1995
Cetakan ketiga : Mei 2002
Cetakan keempat : Mei 2012
Jumlah halaman : 368 hlm, 18 cm
ISBN : 978-979-2-8261-0

Satu persatu tamu The Hollow diselidiki. Bagaimana alibi mereka dan ada keterkaitan apa dengan John sehingga timbul keinginan untuk membunuh. Ada beberapa dugaan yang mengarah pada satu nama. Namun sebenarnya masing-masing mempunyai motif yang sama. Semua punya kans besar untuk membenci John. 

Penyelidikan terasa semakin menggemaskan tatkala terduga pelaku kemudian mengerucut ke tiga nama yang memiliki (atau pernah berurusan) dengan John. Wanita-wanita Johnkah ? Henrieta, Gerda, atau Veronica yang merupakan mantan John dan kebetulan semalam sebelum kejadian mengundang John untuk balikan. Atau tamu pria lainnya yang bersaing dengan John untuk merebut Henrieta darinya. Atau Lucy yang aneh ? Semua masih terasa kabur. Satu sama lain seperti saling menutupi. Ada yang keterangannya tidak bisa dipercaya, ada yang sebenarnya masuk akal namun jika dikaitkan dengan karakter aslinya rasanya tidak mungkin, ada yang samar-samar, ada yang lupa pada saat kejadian sedang melakukan kegiatan apa. At the end of the day, sebenarnya semua juga punya peluang yang sama untuk membunuh, dan itu yang coba diacak-acak Agatha walaupun pola penceritaannya disajikan dengan sangat smooth. Mengalir gitu aja layaknya air. Namun di situlah justru letak point menyenangkannya membaca cerita kriminil. Bagaimana meresapi alur demi alur, dialog demi dialog, juga karakter tiap-tiap tokohnya yang bagian kecilnya saja bisa saja penting. 

Di buku ini aku juga merasakan betul bagaimana klasiknya setting waktu yang digunakan pada era itu. Pun demikian dengan lingkungan yang dilukiskan dengan begitu dreamy. Nyaris membuat aku meraba-raba bagaimana rupa bagunan dari The Hollow, perabot-perabotnya yang bak kepunyaan istana, rumpian para pembantu rumah tangga, taman-taman bunganya, setapak yang dikelilingi pepohonan rindang, peternakan yang disinggahi Lucy pada saat mengambil telur-telur unggas yang ia pelihara, kolam renang terkutuk tempat terbunuhnya John, villa yang tak begitu jauh dari situ tempat Veronica berada, pokoknya bayanganku itu indah-indah semua. Serba hijau dan ada bunga dimana-mana. Juga cuaca mendung yang mendayu-dayu khas pegunungan dan hutan.

Aku juga sangat menyukai karakteristik tokohnya yang kadang tersirat lewat fesyennya. Lucy yang sekali lagi digambarkan layaknya peri--berkulit pucat dan hobi ngelantur ke sana kemari, John yang kharismatik namun menyebalkan karena tidak jantan dan cenderung menyakiti banyak pihak, Henrieta yang sweetheart bagi semua orang karena personalnya yang luwes, Gerda yang lamban--terlalu memuja suami (yang dalam istilah sekarang dikenal dengan sebutan bucin atau budak cinta), dan bahkan hampir semua orang mengira intelegensianya di bawah rata-rata, Edward yang kaku dan menjemukan, Midge yang terlalu pasrah dalam urusan cinta namun ulet dalam pekerjaan, David yang meledak-ledak khas anak muda jaman sekarang, juga Henry yang cukup wise karena begitu mengerti pribadi Lucy yang kadang aneh dan sangat pelupa. 

Aku sangat puas membaca buku ini. Bahkan sekalipun membacanya untuk yang kesekian kalinya. Mungkin aku memang tipikal pembaca yang suka terbawa suasana manakala kedapatan membaca buku yang setting tempat serta penokohannya kuat. Betapa ajaibnya Lucy yang bagai peri tapi pikun, betapa menjengkelkannya John, betapa naifnya Henrieta, betapa menyedihkannya Gerda, dan betapa-betapa lainnya. Tidak sekedar jalan ceritanya saja yang aku underline, tapi juga tokoh-tokohnya ini. Jalan cerita tentu saja penting, tapi hal lainnya pun jangan dilupakan. Aku bahkan sampai yang terbayang-bayang bahwa begini loh muka yang cocok diperankan untuk Lucy, John, Gerda, Henrieta, Edward, Midge, Veronica dan yang lainnya. Saking mungkin sudah menghayati betul makanya aku sebegitu euforianya pada tahap mengandaikan dengan rupa artis Hollywood. Ya walaupun sudah pernah dibikin serialnya juga yang tentu saja imajinasiku berbeda darinya haha.... Tapi jujur, pas baca buku ini aku lumayan bersimpati juga atas apa yang menyebabkan diri seorang pelaku ini sedemikian merasa terdzolimi hingga akhirnya berani menghilangkan nyawa, walaupun tentu saja perbuatannya itu tidak dibenarkan atas dasar apapun. Intinya, sangat mencintai itu kadang beda tipis dengan sangat membenci. Makanya, pelajaran yang dapat kupetik dari buku ini adalah menempatkan perasaan yang normal-normal saja. Karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. 






Akhir kata, 4 bintang aku sematkan buat buku ini. Buku yang mendayu-dayu, namun entah kenapa aku terpikat dengan bagaimana kali ini Agatha Christie menceritakan. Must read ! Diresensi nita www.gembulnita.blogspot.com



11 komentar:

  1. Balasan
    1. Iya mb, buat pecinta buku bukunya agatha christie, ini salah satu yang kufavoritkan ^__________^

      Hapus
  2. Hi, I loved this post, I've been most interesting. I really like to read, I will see if this novel is in Spain.
    I loved your post, I did not know your blog, do you want to follow us? You already tell me. Cheers

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank's for visiting my blog

      This book is so underrated, hope you can read this book too...^_^

      Hapus
  3. Buku2 karya Agatha Christie memang menarik untuk dibaca. Dan boleh dikatakan sudah ada sejak tahun era 90,an kalau nggak salah.

    Karena saya termasuk penggemar Novel karya Agatha Christie.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau yang versi asli belum diterjemahkan bahkan uda ada sejak 1920-an hehe,

      Karya2nya telah mendunia, dan penggemarnyapun banyak dari berbagai lintas dunia, termasuk saya

      Nah yang judulnya ini yang kali pertama saya suka, baru setelah itu saya kepo baca judul yang lain, dan saya suka juga lalu mentasbihkan diri sebagai penggemarnya buku oma agatha christie hehe

      Hapus
  4. Menurut daku sih Lucy nih biang keladinya, soalnya ... eh belum pernah baca deng bukunya, hihi. Tebak-tebak buah manggis aja, nggak ketebak ya nggak perlu nangis 😭

    Tapi ini bisa saja plot twist ya, soalnya terkadang buku dengan tema kriminil ataupun yang thriller biasanya sih plot twist jadi lebih mengasyikkan buat di baca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik uda ada yang nebak...kasih tau ga yaaaa pelakunya siapa ahihihi
      Ayok fenny baca juga buku ini, seru loh
      Bener bener plot twist yang dibulak balik ama agatha christie si tamu-tamu the hollownya ini, pokoknya bikin gemes gemes geregetan pas bacanya hahahhaha

      #mau kepow kulirik halaman terakhirnya tapi aku tahan-tahan hahaha

      Hapus
  5. Balasan
    1. E di perpusnas ada ga ya ni buku, aku blom ngecek sih

      Hapus
  6. Sekedar tambahan info buat temen temen pembaca, bahwa aku ngisi label review atau resensi buku biasanya genre bukunya bervariasi dan fiksi semua, dalam rangka merajinkan kembali program bacaku untuk keperluaj mengisi artikel di blog...memang kebaynyakan yang kureview fiksi soalnya ga kalau nonfiksi aku ga terbiasa baca, karena topiknya berat...(cuma mau kasih tau aja as just sekedar info tapi nanti kuusahakan akan lebih banyak mengulas genre romantis karena aku udah banyak beli buku yang roman hehhehe...)

    BalasHapus