Minggu, 09 Februari 2020

Sinopsis The Ghost Bride (2017)



Sinopsis The Ghost Bride (2017)

Judul film : The Ghost Bride (2017)
Sutradara : Chito S. Roño
Diproduksi : Charo Santos-Concio Malou N. Santos
Skenario : Chito S. Roño, Charlson L. Ong, Cathy Camarillo
Cerita : Chito S. Roño, Enrico C. Santos, Juvy Galamiton
Cast : Kim Chiu, Alice Dixson
Musik : Carmina Cuya
Sinematografi: Neil Daza
Editor : Carlo Francisco Manatad
Produksi : Bioskop Star
Tanggal rilis : 1 November 2017




Kali ini aku akan mereview film horror Filipina tapi masih ada unsur tradisi Chinanya. Judulnya Ghost Bride (2017). Pernikahan manusia dengan hantu. Hiiiiy, kok seram ya. Ya emang seram sih, hehehe...(tapi sebenarnya ga serem-serem amat kok, cuma emang kalau ada film yang berkaitan dengan ritual arwah leluhur aku langsung teringat dengan film vampir China tahun 90-an yang sering diputar di RCTI tiap Sabtu pagi). Sebab memang di sini ditampilkan beberapa adegan yang menggambarkan tradisi bulan hantu kelaparan atau biasa disebut hungry gost festival, dimana para warga pada bulan ketujuh kalender Lunar akan disibukkan dengan acara membakar persembahan untuk arwah leluhur berupa makanan, buah, uang kertas, kendaraan kertas, perhiasan, dsb agar jiwa mereka tenang di alam sana. Sebab, dalam tradisi mereka, jiwa manusia yang sudah meninggal diyakini masih berkeliaran di muka bumi dan akan bergentayangan jika tidak didoakan anggota keluarganya.

Oke, balik lagi ke sinopsisnya...

Bercerita tentang Mayen, seorang anak dari pengusaha pertunjukan opera China yang hidup pas-pasan. Mayen ini memiliki pacar bernama Clinton yang rupanya hubungan mereka tidak direstui oleh keluarga pihak laki-laki. Padahal hubungan mereka sudah cukup serius, bahkan Clinton sudah menjanjikan Mayen sebuah pernikahan. Namun janji hanyalah tinggal janji, sebab Clinton tidak berani membantah perintah ayahnya yang telah menjodohkannya dengan gadis lain. Sudah begitu, ijin usaha pertunjukan opera china dan tempat tinggal Mayen terlilit utang yang cukup besar. Ia harus berurusan dengan Robert sang pemilik tanah yang sebenarnya menyukainya namun tak sedikitpun digubris olehnya. 

Suatu hari, ayah Mayen terkena serangan jantung. Beliau harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan operasi. Keuangan yang sudah demikian sulit nyatanya terasa semakin berat saja dengan adanya kejadian ini. Robert akhirnya menawarkan beberapa pilihan, mau tetap dihitung utang atau menikahi Mayen sebagai jaminan. Hal tersebut tentu saja membuat Mayen frustasi. Sebab Mayen sudah kadung jatuh cinta pada Clinton. Sayangnya, Clinton malah pergi ke Chebu untuk melaksanakan perjodohan dengan gadis yang telah dipilihkan ayahnya. Merasa sudah cukup putus asa, Mayen akhirnya menerima proposal dari Nyonya Angie Lao saja yang merupakan makcomblang pengantin hantu karena sudah dijanjikan upah yang sangat luar biasa. 

Nyonya Lao ini merupakan utusan dari keluarga kaya di China yang memiliki anak laki-laki yang belum menikah namun sudah meninggal duluan. Dan di kepercayaan China ada satu tradisi kuno yang berkaitan dengan menikahkan arwah, baik dengan sesama arwah atau orang yang masih hidup dengan tujuan agar bisa menghubungkan mereka dengan kenangan indah agar pasangannya nanti mau melaksanakan kewajibannya sebagai istri seperti menggantungkan foto suaminya yang telah meninggal,  membakarkan dupa di atas altar, juga menyajikan persembahan. Namun, proses pernikahan ini ternyata melibatkan syarat-syarat khusus dan bahkan memberikan konsekuensi yang cukup berat andaikata calon mempelai yang masih hidup--yang dalam hal ini adalah Mayen melanggar atau membatalkan kesepakatan. Tak main-main karena berhubungan dengan hidup dan mati.

***
Review The Ghost Bride (2017)

Ketika menonton film ini, yang menurutku terasa ngeri justru bukan terletak pada sosok hantu utamanya. Melainkan adegan film yang memperlihatkan pertunjukan opera china yang selalu menyelipkan ritual khusus, misalnya saja bangku barisan depan yang sengaja dibiarkan kosong karena diyakini ada penonton lain yang tak kasat mata. Juga mimik muka pemain figurannya yang jauh lebih menyeramkan ketimbang hantunya. Misalnya sosok Akoh, Bibi Mayen yang digambarkan sebagai sosok nenek-nenek berambut putih, agak kurang waras, dan kadang berdandan aneh-aneh yang menjadi central dari unsur horrornya. Serius pas tokoh ini muncul, dalam pikiranku mengamini bahwa yang karakternya beginian lah yang justru punya andil besar untuk membuat seram suatu cerita. Setidaknya itu menurutku sih. Ya walaupun secara keseluruhan filmnya agak membosankan ya karena durasinya yang lumayan lama (hampir 2 jam). 

Mungkin hikmah yang bisa diambil dari film ini adalah bahwa kasih sayang atau pengorbanan anak kepada keluarganya begitupula sebaliknya tidak bisa dipandang sebelah mata meskipun berhadapan dengan entitas gaib yang sifatnya luar biasa jahatnya. Selain itu bersifat hati-hati sebelum bertindak atau memutuskan sesuatu adalah is a a must, karena biarpun sebelumnya diiming-imingi uang yang sangat fantastis, tapi apabila sudah melibatkan satu ritual khusus yang mempertaruhkan nyawa--rasanya ga sebanding dengan imbalan yang diterima.






2 komentar: