Jumat, 17 Juli 2020

Sinopsis Matriarch (2018)




Oleh : G Nita 

Pasangan suami istri Hopkins yaitu Matt dan Rachel sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat. Tak disangka, mobil yang mereka kendarai menabrak pohon yang menghalangi jalan sehingga menyebabkan mesinnya mogok. Ketika akan menghubungi mobil derek, sinyal di HP mereka nol. Kini, mereka terjebak di pinggir hutan di sebuah pedesaan terpencil nun jauh di Skotlandia sana. 

Bermaksud meminjam telepon kepada penduduk sekitar, akhirnya mereka mendapat sedikit pencerahan ketika melihat sebuah rumah pertanian yang letaknya tak jauh dari situ. Tak ada salahnya untuk mampir, begitu pikir Matt walaupun insting Rachel berkata jangan. Tapi karena untuk bermalam di jalanan rasanya tidak mungkin, maka mau tidak mau Rachel pun menurut saja. Terlebih dengan kondisinya yang tengah hamil tua seperti sekarang, opsi mencari tumpangan menginap adalah yang terbaik adanya. Ya, siapa tahu Tuan Rumahnya mau berbaik hati meminjamkan telepon. Walaupun di gerbang pintu sudah terpasang papan peringatan yang berbunyi "Hati-Hati dengan Area Privat Properti Kami", tapi mereka tidak ada pilihan lain selain harus ke sana. 




Judul : Matriarch
Tanggal rilis pertama : 2 November 2018
Sutradara : Scott Vickers
Penulis : Scott Vickers
Perusahaan produksi : New Light Films
Cast : Charlie Blackwood, Julie Hannan, Scott Vickers


Sesaat setelah melintasi gerbang utama, tiba-tiba saja sebuah mobil hardtop menghentikan langkah kaki Matt dan juga Rachel. Pemiliknya, seorang kakek tua bernama Bob berusaha memperingatkan mereka supaya menjauhi tanah pertanian keluarganya. Katanya, tidak ada yang bisa diharapkan dari sana, jadi silakan angkat kaki sebelum terlalu jauh melintas. Matt lalu menjelaskan bahwa istrinya kini tengah hamil tua dan membutuhkan tumpangan sementara setidaknya sampai mobil mereka menyala kembali. Ia juga menginformasikan bahwa calon jabang bayi yang dikandung Rachel berjenis kelamin laki-laki sehingga tiba-tiba saja mengubah sikap Bob yang semula tampak angker menjadi sangat welcome. Ia tahu bahwa Agnes, istrinya pasti akan sangat senang mendengar hal ini. Ya kehadiran seorang bayi laki-laki adalah salah satu impian Agnes. Dan benar saja permintaan pasutri tersebut untuk menginap akhirnya di-acc oleh Agnes begitu Bob mengabarkannya lewat telepon. Ia juga menyuruh istrinya untuk segera menyiapkan kamar dan juga hidangan makan siang karena mereka sedang on the way menuju rumah.

Saat sedang melintasi areal pertanian dengan menggunakan hardtop Bob, tiba-tiba saja Rachel melihat sosok gadis kecil bergaun hitam yang menatap ke arahnya. Gadis itu tampak murung dan Rachel tahu bahwa pandangannya kosong. Ia kemudian menginformasikan hal tersebut kepada suaminya, namun ternyata suaminya tidak melihat apapun. Rachel pun menjadi kepikiran karenanya.

Setibanya di muka rumah, Matt dan Rachel disambut hangat oleh Agnes sang Nyonya Rumah yang tak lebih dari seorang wanita tua dengan rambut putih dan gaya pakaian konservatif berenda-renda. Agnes juga tampak antusias saat melihat perut Rachel yang tampak membuncit. Keduanya langsung diantarkan Agnes ke lantai atas agar dapat beristirahat sejenak di kamar yang telah disiapkan. 

Sambil menunggu jamuan makan siang, Rachel dan Matt mencoba rebahan sebentar sembari ngobrol dan mengamati keadaan sekitar. Rumah yang mereka singgahi ini tampak begitu vintage dengan beberapa simbol keagamaan yang terdapat di beberapa sudutnya (menunjukkan bahwa keluarga Agnes adalah tipikal keluarga yang religius). Beberapa barangnya juga diletakkan dengan sangat presisi walaupun jatuhnya memang kelihatan oldschool sekali. Dan astaga, suasana rumah itu terasa sangat dingin dan ganjil. Pokoknya hawanya tidak enak saja. Seolah ada kesan misteri yang dosembunyikan di dalamnya. Perangai ramah Agnes yang tampak seperti dibuat-buat....ah apakah ini firasat buruk akan suatu hal ya. Apalagi, saat menyibak gordyn jendela, benar saja....lagi-lagi Rachel melihat gadis kecil bergaun hitam yang dilihatnya tadi. Gadis itu berdiri di halaman dan menatapnya tajam. Karena tak ingin dibilang mengada-ada Rachel pun segera menunjukkannya pada suaminya. Sayangnya gadis tersebut langsung menghilang dari pandangan mata. 

Saat jamuan makan siang tiba, di sekeliling meja makan telah berjajar Agnes, Bob, dan kedua putra mereka yang diperkenalkan sebagai David dan Luke. Agnes bilang, mereka adalah anak adopsi yang selama ini tidak diperkenankan masuk bangku sekolah, karena yang mendidiknya sendiri adalah Agnes sebagai ibunya. Anehnya, meskipun tampak religius, tiba-tiba saja Agnes mencium bibir kedua puteranya ini yang ia katakan sebagai bentuk kebiasaan saja di lingkungan rumah. Tapi memang jika dilihat dari segi penampilan, kedua putera Agnes ini tampak aneh. Salah seorang diantaranya ketika berkata agak kurang sopan yang lantas dimarahi oleh Agnes. Seorang lagi agak lebih mendingan, walaupun keduanya sama-sama kaku, bahkan untuk model pakaiannya saja terbilang kuno alias ketinggalan jaman. 

Untuk mencairkan suasana, Rachel mencoba berbasa-basi sedikit dan menanyakan apakah Rachel memiliki anak lain selain David dan juga Luke. Agnes pun tersenyum dan menjawab, ya, ia memiliki seorang puteri yang ia namai Faith. Lalu kenapa Faith tidak ikut serta dalam jamuan makan siang bersama mereka. Agnes pun menjawab bias, mungkin saja saat ini puterinya juga sedang turut serta dalam ruangan... cuma memang jika diperhatikan lagi tidak ada orang lain lagi selain mereka berenam. Suasana pun nampak semakin canggung karena pribadi Agnes yang tadinya ramah, kini perlahan menunjukkan keanehannya. Kadang terlihat seperti sedang berbicara ngelantur, kadang terlihat seperti sedang tertawa menyeringai. Sebenarnya Agnes sendiri bercerita tentang takdirnya yang tidak dikaruniai anak seorangpun lewat rahimnya. Jadi jalan satu-satunya untuk memenuhi keinginannya ini adalah mengadopsi anak, walaupun hasilnya malah kelihatan aneh baik dari segi manner maupun tampilan fisik. Selain itu sepanjang jamuan makan siang juga dipenuhi oleh kotbah-kotbah Agnes yang beberapa kali seperti menyindir orang-orang yang terlena oleh masalah keduniawian.

Sekembalinya ke kamar, Rachel langsung mengeluarkan uneg-unegnya bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan ditutup-tutupi di rumah ini. Termasuk gadis kecil yang ia temui tadi dan ia yakin sekali adalah Faith. Tapi kenapa Faith tidak kelihatan ngumpul bersama yang lain, itu yang masih menjadi misteri. Sebenarnya ia ingin sesegera mungkin cabut dari situ walaupun sempat beradu argumen dengan Matt. Namun karena kelelahan melanda, akhirnya mereka pun malah tertidur dengan pulasnya. Sialnya, Rachel kemudian bermimpi buruk. Di dalam mimpinya, ia melihat gadis bergaun hitam tadi yang menunjukkan kedua orang tuanya telah terkapar di atas lantai bersimbah dengan darah. Sesaat setelah bangun, Rachel baru sadar bahwa gadis di mimpinya itu bukanlah Faith seperti yang diceritakan oleh Agnes, melainkan Ellie Adams, gadis yang baru-baru ini dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian polisi. Merasa sangat syock, ia pun segera menceritakan semuanya kepada Matt. Berdua kemudian sepakat mengendap-endap keluar dari kamar dan hendak dari rumah itu, walaupun ketika sampai di depan pintu, Bob sudah berdiri di belakang dengan memegang senapan.

Tadinya Matt ingin pamit dengan baik-baik, tapi ternyata hal tersebut tidak disambut baik oleh Bob. Dengan dibantu oleh puteranya David serta Luke, ia kemudian berhasil melumpuhkan Matt, sementara Agnes membawa Rachel ke atas karena tau-tau wanita berbody sintal itu sudah akan melahirkan. Tak berselang lama kemudian, bayi Rachel lahir. Jenis kelaminnya perempuan. Agnes yang semula sangat terobsesi pada bayi laki-laki otomatis kecewa. Tapi setelah melakukan serangkaian ritual khusus menurut kepercayaannya, ia pun nrimo saja dengan kehadiran bayi perempuan itu, walaupun tetap saja ujung-ujungnya menyiksa Rachel. Rachel yang harusnya masih dalam masa pemulihan pasca melahirkan malah diikat di gudang bawah yang berisi tumpukan jerami. Bayinya diambil paksa oleh Agnes dan ASI-nya setiap saat harus dipompa. Padahal Rachel sendiri ingin memeluk bayi kecilnya itu dan membawanya keluar dari tempat terkutuk itu.

Sementara itu, nasib Matt lebih parah lagi. Sebab ia dikubur hidup-hidup oleh David dan Luke di sebuah lahan yang lokasinya cukup jauh dari rumah mereka. Bodohnya, Luke malah menyisakan korek api di peti mati Matt sambil berkelakar, siapa tahu jika bangun nanti Matt ingin merokok di dalam sana. Kontan saja satu benda itu akhirnya paling tidak bisa menerangi keberadaan Matt yang kini terjebak dalam ruang sempit di bawah sana. Tapi dengan masih menyisakan secercah harapan untuk hidup dan menyelamatkan anak istrinya, ia akhirnya berhasil menemukan celah dari peti matinya yang tidak terlalu rapat. Dari sanalah, ia rutin menggali tanah hingga akhirnya berhasil keluar walaupun dalam keadaan telanjang bulat dan penuh dengan tanah.

Matt pontang-panting ke sana kemari mencari pertolongan. Tapi tak ada seorangpun yang melintas. Jangankan orang, hewan saja tidak terlihat satupun. Kini di hadapannya membentang padang rumput yang luas dan tidak bertepi bahkan ia sendiri tidak tahu letak rumah Agnes ada dimana. Ia lalu membersihkan diri begitu sampai di sebuah air terjun dan melilitkan seuntai kain yang ia temukan di jalan untuk menutupi bagian vitalnya. Beruntung, ia kemudian bertemu dengan 2 orang pemuda yang sedang mengkonsumsi narkotika di pinggir jalan. Tadinya ia hanya ingin menanyakan jalan saja kepada orang itu, tapi karena ia dikira orang gila, maka akhirnya ia serang juga 2 pemuda tadi dan mengikatnya di batang pohon. Ia juga melucuti pakaian mereka dan menjarah beberapa perlengkapan yang sekiranya bisa ia gunakan untuk melawan Agnes dkk.

Sementara itu, di rumah Agnes, David tercetus sebuah ide gila supaya ibunya tak perlu lagi kecewa lantaran tidak mendapatkan bayi laki-laki seperti yang diharapkan dari kehamilan Rachel. Ia pun meminta ijin ibunya untuk menggauli Rachel supaya kelak Rachel bisa hamil anak laki-laki. Padahal tahu sendiri, Rachel saja masih dalam keadaan nifas, tapi kok ya bisa-bisanya putera Agnes ini nyemlong begitu saja kata-kata tak senonoh itu, ya namanya juga salah didikan, jadi ya rada-rada sengklek otaknya. Mendengar permintaan puteranya itu, Agnes marah besar. Ia menganggap David sudah terkontaminasi oleh hal-hal keduniawian yang sangat menjijikan. Ia pun menyuruh puteranya itu pergi sejenak dari hadapannya. 

Rumah pertanian milik keluarga Fairbairn, sumber : cuplikan trailer Matriarch 2018

Agnes dan kedua puteranya, Sumber foto : rottentomatoes


Karena mungkin sudah dalam keadaan 'tinggi', David pun tak mengindahkan perkataan ibunya. Ia justru merasa bego kenapa musti minta ijin segala pada Agnes yang sudah jelas-jelas akan melarangnya. Jadi, ia berpikir kenapa tak langsung action saja mengajak saudaranya Luke untuk menggauli Rachel. Toh kalaupun diam-diam saja, Agnes tidak akan tahu ini. Sungguh ide yang sangat brengsek bukan. Saat akan melaksanakan niat jahatnya itu, untung saja Matt datang dan berhasil membunuh David dan Luke dalam satu kali tebasan pisau. Ia juga berhasil melepaskan rantai yang mengikat istrinya itu walaupun ujung-ujungnya ketahuan juga oleh Bob yang sudah menodongkan senjata laras panjang di hadapannya. Bob pun segera menembak mati Matt dengan senapannya. Namun sebelum benar-benar meregang nyawa, Matt langsung menginstruksikan Rachel untuk lari menyelamatkan diri. Ia sendiri merasa tidak ada artinya lagi hidup di dunia tanpa Matt, kecuali jika ia berhasil merebut bayinya kembali dari tangan Agnes. Sayangnya Rachel tertangkap lagi dan diikat di tempat semula. 

Agnes yang merasa kedua puteranya masih hidup malah membawa mereka ke meja makan dan tetap mendandani mereka dengan menggunakan jas. Sesekali Agnes mengajak mereka ngobrol, walaupun salah satu diantaranya harus menggunakan penyangga leher. Bob yang sangat sedih melihat tingkah laku istrinya yang sama sekali belum mengikhlaskan kepergian ke-2 puteranya lantas menyadarkan Agnes bahwa yang dilakukannya itu sia-sia. David dan Luke itu telah menjadi mayat dan sudah mulai mengeluarkan bau. Jadi harus segera dikuburkan ke tempat yang layak. Agnes yang tidak bisa menerima kenyataan akhirnya malah histeris dan menangis sejadi-jadinya. Ia dendam kesumat dengan pasutri yang telah menyebabkan puteranya diambil oleh Tuhan. Ya walaupun akhirnya ia menuruti juga perkataan suaminya untuk menguburkan puteranya itu. Berdua kemudian menuju ke padang rumput yang di hadapannya kini  telah menjulang 3 buah nisan. Satu nisan lagi punya siapa, itu yang masih menjadi misteri. 

Sementara itu Ellie yang sebelumnya banyak membantu upaya kabur Rachel, kini datang kembali dan mencoba melepaskan rantai yang melilit Rachel dengan menggunakan tang. Keduanya lalu mengendap-endap menuju lantai atas tempat dimana bayi Rachel ditidurkan di dalam box. Celakanya saat sudah sampai atas dan Rachel masih menelepon 911, mobil Bob sudah terdengar di halaman. Akankah Rachel dan Ellie berhasil membawa kabur bayinya dari tangan Agnes dan Bob yang keji ?  

Review Matriarch (2018)
  • Sekilas aku ngerasa ceritanya ini mirip Rumah Dara pas tahu tokoh utamanya lagi hamil tua, terus ketemunya malah ama rumah yang penuh misteri dengan tuan rumah yang ga kalah misterinya.
  • Charlie Blackwood actingnya total as hero.
  • Agnesnya dapet banget waktu meragain akting kejamnya. Selain The Visit 2015, film yang tokoh psikopatnya berkedok nenek-nenek dan itu kejem banget ya di Matriarch ini termasoook lah ya.
  • Ada beberapa bagian yang bikin ku gemes, maksudnya kenapa pas mau kabur si tokohnya ga melakukan ini e malah melakukannya ini (naon sia kok ini ini mulu kata-katanya, haha. Ya pokoknya tonton sendiri aja lah ya biar puas liatnya). Juga yang agak ga masuk akal adalah bab habis lahirannya. Sebab as pengalaman pribadi bukannya setelah lahiran itu tenaga rasanya nyaris ga ada ya, lemes banget gitu, eh ini si Rachel malah bisa sentrong begituh melawan nenek kakek psyco, mana 2 anaknya rada sedeng lagi, orang masih nifas kok ya tetep mau dinganu juga #hadeh #gibeng juga luh be-2, hahaha..
  • Tapi overall, tegangnya dapet banget. Aku suka sama setting rumah pertanian yang dijadikan lokasi shootingnya. Secara ga langsung, gambaran visual dari ni tempat kayak memberikan efek psikologis tersendiri akan tipikal rumah pedesaan yang tenang tapi penuh misteri di dalamnya.