Sabtu, 29 Agustus 2020

Review Telaga Sindur



Hallo teman-teman...
Assalamualaikum wr wb...

Sebenarnya Resto Telaga Sindur ini udah pernah aku ulas juga sih di blog ini. Yaitu pas momen masih berduaan aja ama Bapaknya anak-anak, alias sebelom hamidun. Tapi, karena konsep restonya emang cucmey buat family, jadi kayaknya patut aku review ulang deh. Kira-kira setelah sekian tahun ga sowan sana sekarang udah kayak apa ya? 



Sampai akhirnya aku ngegembol si kakak dan juga si dedek, ada perubahan ga ya? Atau masih tetep sama kayak dulu yang emang menurutku udah asyik buat kongkow-kongkow, selain tentu saja makanannya yang udah pasti istimewa lah ya, walaupun jika dibandingkan dengan resto sunda lainnya sedikit lebih mahal. Alias per 2 kepala itu itungannya sekitar Rp 200 ribuan. Tapi selain itu, karena di sana banyak fasilitas menarik lainnya seperti wahana permainan anak, pemandangan kolam ikan yang guede banget dengan koleksi ikan emasnya yang tontog-tontog bin demplon-demplon seperti admin blog ini, sajian menu Sundanese yang didominasi oleh ikan air tawar (baik digoreng, dibakar, disop, maupun dipepes), permainan air seperti bebek gowes, fasilitas pemancingan, dll, jadi termasuknya recommended. Apalagi kalau buat makan-makan orang banyak atau gathering-gathering, menurutku sih whort it ya jika ditilik dari kapasitas resto maupun luasannya.

Back to the topic! 

Kami sendiri ujug-ujug sampai ke Telaga Sindur setelah sebelumnya bingung mau makan dimana. Usai belanja kebutuhan sehari-hari, tiba-tiba Tamas ngebawa kami ga langsung arah-arah pulang ke rumah. Dari Tangsel tetiba kendaraan diarahkan ke Puspitek, luruuuuuuus terus mengikuti arah jalan sampai ketemulah kami ama gapura yang bertuliskan "Selamat Datang di Kabupaten Bogor" (lebih tepatnya daerah Parung). Nah, setelah beberapa jam perjalanan, kami lewat juga deh tuh sekitaran lapas Gunung Sindur yang tentunya berdekatan dengan si Resto Gunung Sindurnya ini. Setelah itu, kendaraan terus melaju sampai ketemu dengan plang Resto Gunung Sindur yang berwarna biru dan dijaga oleh pos security. Dari situ kami ijin masuk dulu tapi masih harus melewati jalanan sepi yang kanan-kirinya dikelilingi pohon-pohon besar dan juga jembatan yang di bawahnya melintang kali dengan arus deras sebelum bener-bener mencapai area restonya. Berarti masih sama dong ya dengan saat-saat sebelum hamidun dulu. Ya auk...kan yang ke sono elu sama suamik Mbul....Ya, bisa kukatakan begitu sih...




Suasana kompleks Resto Telaga Sindur ini masih tetap sama dengan kunjungan kami terdahulu. Hawanya asri walaupun masih terkesan singup karena banyaknya pepohonan di sekelilingnya. Luasannya sih kayaknya ada kali ya sampai berhektar-hektar, soalnya luas banget....lupa nanya sih ama yang ngelola hadeuh #jadi ini cuma berdasarkan analisa sotoy saya yah yang emang memperkirakan areanya luas banget. Nah, setelah kendaraan kami mengikuti setapakan dan juga kali, akhirnya kami sampai di area parkirannya yang di depannya terdapat jembatan yang membawa kami ke area resto dengan nuansa kayu semi outdoor dimana di bawahnya terbentang kolam ikan dengan koleksi ikannya yang gemuk-gemuk dan sehat-sehat. Yang kulihat selintasan sih banyakan berupa ikan emas dengan bobot sepantaran bayi baru lahir ya. Gede-gede banget. Ada juga ikan koi sih, tapi banyakan emang ikan mas yang warnanya kuning-kuning cerah itu. Begitu dikasih makan sama pelet, langsung deh tuh ikannya pada ngrempuyuk mendekat menjadikan anakku yang sulung seneng bukan main karena serasa dapat mainan baru. Tapi aku agak deg-degan juga sih soalnya pagernya lumayan pendek dan harus aku awasin betul supaya anakku ga terlalu melongok ke kolam. Haha....ya begitulah kalau uda punya bayi, makanpun rasanya ga berani lepas dari acara memantau anak, ya supaya mereka ga terlalu deket-deket  kolam.

Terus, tiba di sananya sendiri kebetulan sehabis asyar, jadi langit udah peteng banget. Kebetulan emang waktu itu lagi mendung. Jadi kerasa bener gelapnya. Sudah begitu, ternyata pengunjung yang datang cuma kami. Jadi selain kami, ya adanya cuma mas-mas kasir dan pramuniaganya. Jadi emang kesannya agak sepi nyenyet juga sih. Apalagi jika dilihat dari konsep restonya sendiri yang memanjang di atas lantai kayu yang di bawahnya selalu terdengar kecipak ikan dari dasar kolam. Tentu lamat-lamat terkesan syahdu menyayat hati #eduuun. Tapi setelah kupikir-pikir malah enak juga sih kayak begini. Serasa cuma kami yang booking. Padahal restonya segede gaban, wakakak.









Adapun pesenan kami waktu itu diantaranya :

1 porsi sop ikan patin
1 porsi tumis bunga pepaya
1 porsi sate ayam
1 porsi pepes mujaer
2 porsi nasi
1 es campur
1 jus alpukat
2 es teh tawar

Ini kalau yang bagian makan-makan begini biasanya atas inisiatif Pak Su nih. Soalnya kalau ama aku mah gampang aja--mengingat dalam lidahku cuma ada kategori enak dan enak banget. Sedangkan Pak Su, yang penting dia selalu tanyakan spesialnya apa. Biar lebih puas katanya. Masa uda jauh-jauh nyangsang di Gunung Sindur ga nyobain menu spesialnya, hahah... Enak opo orane kan sing penting dekne sing pesen. Kalau aku mah opo wae hayuk haha...#Mbul mah dasarnya emang omnivora kalik.

Setelah beberapa saat menunggu, pertama, yang dateng adalah minumannya. Ada jus alpukat yang ditaruh di gelas berkaki yang volumenya cukup penuh, lalu es campur yng ditaruh pada gelas berkaki, tapi kali ini cenderung lebih ceper dan pendek menyerupai diameter mangkuk, serta 2 es teh tawar yang bisa menjadi alternatif pengganti minuman manis. Jus alpukatnya sendiri buat si kakak, es campurnya buat aku, sementara es teh tawarnya buat Pak Su. Si dedek mah tetep nyucuuuw botol hahaha...







Kalau signature menunya so pasti ikan-ikanan. Sebelumnya, kami sempat digalaukan dengan pilihan berbagai macam menu sih. Tapi pada akhirnya kami memilih sop ikan patin (sekalian buat ndulang si Dedek yang mau aku latih makan ikan-ikanan juga, cuma dipisahin antara cabe glundungan dengan kuahnya, karena pas kucicip ternyata dagingnya ga ikutan pedes). Tadinya mau pesan tim ikan patin kayak kunjungan kami yang pertama tuh. Tapi ternyata menunya uda ga ada. Jadi digantinya ama sop ikan patin itu tadi. Yang lainnya paling pesen sate ayam dan juga pepes ikan. Sementara itu, ijo-ijoannya, kami pesen tumis bunga pepaya cem masakannya orang Menado.

Okey, langsung aja lah ya kureview satu-satu menunya.

Jus alpukatnya itu kental dan manis walaupun gulanya harus diaduk dulu supaya lebih nyampur ke seluruh permukaan jusnya, ga cuma di bagian dasarnya aja. Ya, sebenarnya sih standar aja dengan jus-jusan pada umumnya yang biasa disajikan di resto-resto lain.  Sementara es campurnya sendiri, sebelum beneran kuaduk dan kurinci isiannya, volumenya cenderung penuh sampai hampir meluber ketika es serutnya mulai mencair. Isinya itu terdiri dari tape singkong, cincau hitam, jeli/agar-agar, kolang-kaling, mangga, dan alpukat yang disiram kental manis. Oh ya dari sekian isian es yang ada, favoritku sih pas nyeplus bagian kolang-kalingnya karena rasanya manis. Tapi emang agak mengenyangkan sih ketika selesai makan berat terus penutupnya ini, wkwk....








Untuk sop ikan patinnya, dia kuahnya agak beningan ya. Ada berbagai macam rempah yang ada di sana, termasuk diantaranya jahe yang bisa menyamarkan aroma amis dari si ikan. Selain itu, potongan daun bawang dan juga tomat juga semakin menambah kesegaran kuahnya. Untuk, ikannya, dia udah dalam bentuk potongan-potongan ya. Ada bagian kepala, badan, dan juga ekor. Teksturnya lembut dan gampang dikunyah untuk ukuran bayi umur 1,5 tahun seperti si dedek. Eh Mamahnya juga doyan ding, hihi.

Selanjutnya, tumis bunga pepaya. Yang ini juga enak sih. Mengolahnya itu pinter sehingga ga ada kesan pahit sama sekali. Jadi teksturnya itu masih ada kranchy-kranchynya gitu. Warnanya juga masih ijo cantik dan kelihatan fotogenic ketika difoto. Meskipun bisa dibilang seporsinya cukup imut-imut ya.

Untuk pepes ikannya, Pak Suami pesan yang pepes mujaer. Bumbunya itu mengingatkanku akan bumbu pesmol. Dia dominan kunyit, dan ada seger-seger daun kemanginya. Dia juga agak pedes sih. Tapi rasanya itu gurih. Bumbu pepesnya ngeblend banget sampai ke daging-dagingnya, walaupun ketika disendokin kudu ati-ati banget karena emang banyak durinya. Enak sih menurutku.























Terakhir, sate ayamnya. Seporsi isi 10. Sate daging mix kulit ayam yang disiram sambal kacang. Ayamnya juicy (bahasa jawanya kenyil-kenyil). Tapi enak. Aku suka. Seenggaknya ini oase di tengah gempuran lauk ikan yang sudah kami pesan.

Memang dari segi harga, terbilangnya untuk ukuran per porsinya cukup mahal ya. Tapi menurutku sih sebanding dengan suasana yang ditawarkan. Apalagi yang menjadi daya tariknya adalah keberadaan si kolam ikannya yang sekaligus bisa menjadi wisata edukasi buat pengunjung anak-anak. Nanti, anak-anak akan dikasih lihat nih bagaimana serunya memberi pakan ikan yang berupa pelet dan bisa dibeli dengan harga Rp 5 ribu, selain tentu saja ikan-ikan tersebut merupakan salah satu bahan baku utama resto yang sudah terjamin kesegarannya (karena diambil langsung dari kolam).

Review Pribadi dariku : 

Areanya luas banget
Jalan masuknya kayak dikelilingi hutan dengan pohon-pohon lebat dan juga kali
Area parkirnya luas
Ada wahana permainan anak 
Area makannya di atas kolam ikan besar dan masih
menggunakan lantai dan dinding kayu
Kolam ikannya menjadi daya tarik tersendiri karena koleksi ikannya gede-gede
Ada bagian meja kursi biasa, ada pula bagian lesehan
Ada saung-saungnya juga
Signature menunya ikan-ikanan
Paling recomended sop ikan patin 
Ada bebek gowes (bebek air yang dionthel)
Tersedia mushola yang bersih dan luas
Toilet bersih














Over all, aku suka sih makan di sini. Dan waktu itu, karena kami selesainya magrib, maka sekalian aja kami sholat dan numpang toilet di situ yang ternyata juga dijamin kebersihannya. Pokoknya lumayan menyenangkan makan di sini. Ya, walaupun ratenya lumayan.

Wisata Sehat Telaga Sindur

Alamat : Jl. Kp. Kb. Kopi, RT.01/RW.07, Pengasinan, Kec. Gn. Sindur, Bogor, Jawa Barat 16340
Jam buka : Senin-Minggu (pukul 09.00-20.00 WIB)


30 komentar:

  1. Oh resto gunung Sindur itu di kebon kopi pengasinan Bogor ya mbak, bisa lewat jalan Parung. Kalo baca kata Parung Bogor jadi ingat jaman dahulu bapak saya pernah punya warteg disana tapi saat itu daerahnya masih sepi.

    Suami mbak mbul sukanya makan pepes ikan mujaer ya, kalo anaknya suka sop ikan patin. Kalo saya malah kurang suka ikan, banyak durinya soalnya, takut keselek durinya.😂

    Enak juga restonya, ada wahana bebek buat main sama anak, belum lagi ikan mas nya banyak banget, mana gede gede lagi, mungkin kalo udah gede banget ditangkap lalu dijadikan masakan resto kali ya buat pengunjung. Lahan parkirnya juga luas, cocok buat yang kesitu pakai becak eh.🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, aku lewatnya yang dekat puspitek itu bablas parung, deket ama lapas gunung sindur mas

      Oh bapak mas agus pernah ada usaha di sana, tapi sekarang pindah cikande ya?

      Iya mas, suka ikan, tapi kalau aku pribadi aslinya kurang suka ikan, sukanya ayam, cuma gegara menu utamanya itu ya aku pesan ikan juga hahahha

      Eh tapi ada satenya deng

      Iya mas, memang ikan yang dimasak juga langsung tangkap dari situ 😄

      Hapus
    2. Pernah mbak, waktu aku masih kecil kadang kalo liburan pernah dibawa kesana. Biarpun masih kecil tapi saya masih ingat karena ada kejadian yang berkesan.

      Jadi ceritanya bapak saya ngajak jalan jalan saya dan kakak adik saya, lewat kebon yang dipinggir jalan kereta gitu. Karena keasyikan maka pulangnya tuh Maghrib.

      Nah pas lewat bukit di pinggir rel kereta itu saya dengar ada suara ketawa perempuan gitu, saya mau tanya bapak tapi bapak menyuruh saya diam. Kakak saya juga ikutan diam, padahal dia juga sepertinya melihat sesuatu.

      Setelah nyampai rumah, barulah bapak cerita kalo tadi ada Miss K lewat. Kakak saya juga katanya lihat ada bayangan putih terbang di bukit itu tapi ngga dengar suara sama sekali.😱

      Hapus
    3. sek sek sek...mas agus aku ki kadang nda iso bedain antara mas agus lagi nyerpen atau cerita pengalaman beneran hihi

      kok serem amat mas ketemu mba kun, tapi kata orang tuwek jaman dulu memang magrib mah jangan keluar-keluar mas, kan jarene itu lagi ada pergantian dimensi lain hahhahah

      itu di jalanan ya mas deket tempat usahane bapak?

      Hapus
    4. Agak jauhan sih, sekitar 1-2 kilo dari warteg, jadi setelah warteg ada jembatan gitu yang ada bukitnya. Kiri kanan cuma pohon saja. Kata penduduk situ diatasnya itu kuburan umum. Nah, sebelah bukit itu ada rel kereta gitu jadi agak jauhan lah dari wartegnya.

      Kalo kuburan sih ngga aneh mbak, disini Cikande, belakang rumah aku juga kuburan umum mbak. ��

      Hapus
    5. Sepertinya mas Agus lagi bikin cerpen nih?

      Hapus
    6. Hihihi tahu saja kalo lagi bikin cerpen.

      Hapus
    7. Mas kapan kapan cerita tuh keseruan mukim yang belakange kuburan..hihi

      Hapus
    8. Dan ternyata ...tebakane mas kal el adalah...eng ing eng...

      Hapus
    9. Ealah suweee gw kena prank hahah

      Hapus
  2. Sepertinya lebih enak baca kata-kata pengantarnya dah daripada baca review-nya soalnya bisa bikin senyam senyum sendiri dan pas baca review-nya apalagi pas lihat foto-fotonya bikin pengen dan jadi laper..hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wekekkekkkk biasa mas biar nda spaneng, nglawak dikit sekalian curcol hahhahahah

      Ayo mas kapan kapan cobain kelejatan resto telaga sindur ini #e la kok aku uda kayak tim marketingnya ya hahahhahaha

      Hapus
    2. Lebih bagus lagi ngelawak plus curcolnya di perbanyak kalau perlu ngelawak plus curcolnya jadi inti post, review-nya hanya bonus kan enak jadi bisa tertawa lepas.. hihihi

      Kapan-kapan mampir ke situ kalau di ajak temen main ke Bogor, mau cobain tumis kembang pepaya rasanya kayak gimana, sejak lahir belum pernah nemuin tumis kembang pepaya.

      Hapus
    3. Wakakak, aku berguru dulu lah kalau mau nglawak, taku lawakannya garing ntar malah dimakan dikira rempeyek wkkwkw


      Iya, rasanya itu kek gimana ya, sebenernya dia kan pahit ya, tapi di sini ga pahot sama sekali, jadi agak agak kayak pare kali ya...eh tapi ga juga sih, bingung hahhahah

      Hapus
    4. Dia bingung ngejabarin rasanya kayak gimana.. wkwkwk.. kalau tumis kembang yang pernah saya makan itu tumis kembang kol dan tumis kembang durian.. kalau lihat dari fotonya sepertinya itu kembang pepayanya kembang pepaya gantung ya?

      Hapus
    5. wakakkak

      iya bingung soalnya kayak pernah ngerasa mirip ama apa gitu cuma lupa

      wah aku jadi tahu lagi nih ada model kembang durian hihi, kayaknya unik banget mas

      kembang pepaya gantung kayak mana pula hihi, aku nda tau itu jenis pepaya apa tadinya >_______<

      Hapus
    6. Dari pada bingung bilang aja rasanya sama kayak makan tumis kembang pepaya..hihihi

      Unik sih tapi saya udah lupa rasanya kayak gimana soalnya makan tumis kembang duriannya udah lama banget waktu kebon belum dijadiin rumah. Kembang duriannya hasil nyari di kebon.

      Kembang pepaya gantung tangkainya agak panjang dan bercabang-cabang. Sering juga orang bilang pepaya gantung itu pepaya jantan karena hanya berkembang saja jarang menjadi buah.

      Hapus
    7. bhahhaha bener banget mas kal el..
      pinter ancen sampeyan mas wkakak


      oh ita aku jadi ingat pelajaran muatan lokal pertanian jaman smp mas, ngulas materi tanaman pepaya aja yang beda jantan dan betina xixixi

      Hapus
  3. itu tumis bunga pepaya gw kira mie goreng sedap haha, abis di lihat sekilas dari foto mirip mie :D.. tapi memang terlihat bagus dan nyaman banget ya tempatnya, sepertinya memang cocok kalo dateng kesitu sore-sore :D

    kalo dari menu makan kayaknya sate ayam yg bikin pengen, terus es jus alpukat dan es campur, duh duh duh bikin ngiler aja nih :D

    BalasHapus
  4. Telaga Sindur, Parung Bogor
    Suasananya mirip di tanah kelahiran saya Klaten
    Tempatnya asri dan bersih sekali
    Kapan bisa kesana ya
    Ingin menikmati menu makanan yang ada disana

    BalasHapus
  5. bahagia itu mudah dan sederhana, gini aja bisa bahagia dan seneng rasanya ya.

    BalasHapus
  6. apik ya ternyata gunung sindur itu
    aku taue penjara buat koruptor mbak
    kayak gayus tambunan kan di sana

    halah malah ngomongno penjara ahahaha

    tapi bagus banget dan keliatan luas
    aku suka liat ikannya di kolam bisa bahagia gitu ya besar-besar dan wow
    aku kok kepingin sama satenya tapi kalau kata mbak nita sop ikan patinnya enak ya jadi kepingin juga ahahahaha

    iya rasanya lama engga keluar baru keluar sekali hepi banget cuma tetep pakai masker dan jaga jarak ya

    BalasHapus
  7. Gue mah nggak nyangka Bul.. Badanmu kecil gitu makannya bujug. Saya ngaku nyerah deh kalau liat foto menunya... hahahaha.. panjangggggg bangeetttt...

    Dah gitu tambah minuman kelas berat semua... Hadeuhh jadi minder...

    Tempatnya bagus Bul... Makanannya juga bagus ...#Cuma bener itu abis? Hebaattt...

    Jangan jangan dibantu si oink oink makannya yah

    BalasHapus
  8. Nggak sanggup liat foto-fotonya, saya skip langsung comment wkwk

    BalasHapus
  9. Sudah hampir sejam saya blogwalking. Dari tadi istri mengingatkan, "makan siang dulu mas"

    Tapi masih tanggung. Eh begitu lihat foto² makanan di sini, saya jadi lapar dan buru² ingin makan siang. Hehe.

    Kalau dilihat dari review dan foto²nya, nampaknya memang tempat ini lebih cocok jadi tempat kunjungan keluarga. Tapi kalau bawa anak-anak kecil harus diawasi ekstra mungkin ya, supaya tidak kecemplung ke kolam ikan.

    Sudah, saya mau makan siang dulu. Foto²nya bikin lapar. Hehe.

    BalasHapus
  10. Sakuwise aku ketawa terkikik baca ada tulisan glandang-glundung��, aku lantas mikir kok namanya gunung Sindur .. apa ya iki di wilayah Jateng.
    Sakuwise nyekrol barulah ngeh kalo lokasinya ternyata memang di .. Bogor hehehe ��.

    Kalau ngga salah, gunung Sindur kuwi ke arah Parung Ciseeng bukan sih ?.
    Kalau betul iya, aku pernah keluyuran sampai sana karo kungkum banyu panas belerang ��.

    Mantul memang yo kalo nyantap makanan dilokasi dikelilingi ikan-ikan kayak gini.
    Sementara aku bayangin tok ndayung sampan ning pasar Ngasem wwkkk ��

    BalasHapus
  11. saya suka sekali melihatnya, saya suka memberi makan ikan, dan juga suka makan ikan hehehe. karena pelihara dan juga hobi makan ikan

    BalasHapus
  12. Wahana bebek2annya favoritku banget tuh, kalau di Batturaden gartis, cuma bayar pakan ikannya aja 5rb.
    Aduh ngajak anak2 ngasih makan ikan gitu seru banget ya, semoga pandemi ini cpt kelar biar aku bisa ngenalin babyku sama dunia luar hihihi

    BalasHapus
  13. Kayaknya aku tahuuu nih restonya. Dulu sepupu pernah nikah di kawasan Deket situ. Tapi aku blm pernah makan di sana sih nit.

    Ya ampuuuuuun itu ikan yg berenang, mulutnya mangap2 menggemaskaaaaan hahahaha. Anak2ku pasti sukaaa ini. Mereka semangat kalo liat ikan yg gendut2 gede.

    Aku jg suka liat tempatnya. Bagus, dan luas. Nyaman kliatannya. Kalo dari menu, cuma pepes ikan yg aku ga doyan nit :D. Apalagi kalo durinya banyaak hahahah. Nyusahin.

    LBH suka pepes tahu ato ayam, ato kalopun ikan, jgn yg durinya susah disingkirin :D.

    Ntr ah, kalo udh selesai isolasi aku pgn deh makan di sini, apalagi kalo memang ga rame. Agak tenang.

    BalasHapus
  14. Waaaaa... hla ini pas banget kalau buat wisata keluarga gitu mbak..
    btw suasananya sepi pulaa yaa jadi serasa milik pribadi kalau gitu. Wkwkw...
    .
    Nah ini persis kayak jaman cilikanku, misal diajak ortu maen kemana atau wisata kemana yang berbau air mesti nyariin ikan, masih mending kalau cuma ngasih makan dari atas gitu. Kdang kalau ada jalan turun aku turun nyari yang dipinggir pinggir gitu terus dimasukin ke plastik buat bawa pulang. Wkwkw..
    .
    Aku dan ikan kayaknya emang ada sesuatu gitu, bahkan sampe sekarang masih memelihara dibelakang rumah kolam kecil kecilan. Laahh... :D

    BalasHapus