Selasa, 11 Mei 2021

Lebaran Sebentar Lagi....





Oleh : Nita 

Bunyi cengkerik pukul 22.00 WIB membangunkanku untuk sekedar meng-update blog lagi. Aku pikir tidak ada salahnya kembali menulis sebab 2 hari ke depan sudah Lebaran. Meski Lebaran tahun ini amat sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tapi tetap saja kesibukan 'tak kasat mata' seolah selalu menanti dan menyertai. Padahal porsi masak yang sangat menguras tenaga itu sudah banyak dikurangi, tapi entah kenapa orang tua tetap ingin ada kehebohan masak seperti tahun-tahun sebelumnya. Memasak sesuatu yang sudah legend terhidang di atas meja saat Lebaran. Katanya kurang pantes kalau meja makan sampai kosong, paling tidak harus ada makanan yang khas. Inginku sih beli saja ya supaya lebih praktis. Tapi tidak dengan ibunya Suami maupun ibuku hahahahaa... 



Sebelum berbincang panjang tentang Lebaran, ada baiknya aku menulis beberapa moment puasa terakhir karena kebetulan foto menu berbuka sekaligus sahurnya sungguh sangat menggugah selera. Setidaknya itu menurutku. Walau ada beberapa item yang beli sih, terutama menu takjilannya. 

Menu Jelang Akhir Puasa

Orang rumah sebenarnya teramat sangat menyukai sesuatu yang bersantan. Tapi aku pribadi nggak. Praktis ketika ada wacana akan dipotongkan ayam untuk dijadikan opor,  maka aku langsung menolak. Sebab aku sangsi dengan sesuatu yang bisa dihangatkan berhari-hari karena lama-kelamaan kuahnya cenderung susut bahkan rasa ayamnya jadi lebih asin dari hari sebelumnya.

Lebih baik sayur saja yang sudah jelas kemakan. Sebab sayur apapun aku mau. Karena memang aku pecinta sayuran. Jadi ketika ada pilihan sayur yang beneran sayur dengan sayur yang isinya lauk, maka secara otomatis aku akan memilih opsi yang beneran sayur. 





(Oseng Kulit Melinjo Tahu, Ikan Lunjar Goreng, Es buah)

Di belakang rumah sebenarnya ada pohon melinjo yang tumbuhnya meninggi. Cuma memang sedang tidak berbuah meski daunnya cukup lebat.Aku pribadi menyukai model masakan yang disertakan daun melinjo. Misalnya lodeh, sayur asem, atau oseng-oseng. Tapi berhubung sekali lagi aku sedang jenuh dengan model masakan santan, maka sepertinya opsi lodeh dicoret dulu. Kalau sayur asem, harus ada jagung manisnya. Setidaknya itu menurutku. Nah, karena kebetulan jagung manisnya juga sedang kosong, maka opsi terakhir tinggal oseng-oseng. Pun oseng-osengnya ternyata bukan daun melinjonya sih, melainkan ya si kulit melinjo itu tadi yang warnanya merah yang didapat dari pasar sebab di pohonnya belum nemu. 

Sore hari menjelang berbuka, kubantu ibu menyiapkan segalanya. Bagianku adalah mengupas bumbu dan mengulegnya. Kali ini model bumbu osengnya diuleg saja, supaya lebih meresap. Sebenarnya dirajang juga bisa sih, cuma memang lebih sedep kalau sudah dihaluskan. Bumbu terdiri dari cabe merah keriting, cabe rawit, bawang merah, bawang putih, juga garam. Nanti kulit melinjonya direbus sebentar supaya teksturnya lunak. Dimasukkannya, tepat sesaat setelah mendidih dan waktunya sebentar saja. Itu sudah diuwuri garam ya. Tapi sedikit saja. Buat gurih-gurih. Baru setelah itu dientaskan. 

Oseng-oseng kali ini juga memakai tahu cokelat sebagai tambahannya. Nanti dia dipotong kotak-kotak saja dan dicampurkan bareng kulit melinjonya usai bumbu ulegan ditumis di awal.






Untuk kawan lauknya, ternyata pagi ibu sudah berangkat ke pasar dan pulang membawa setangkup ikan lunjar yang dibungkus menggunakan daun pisang. Beli yang sudah diolahi saja. Maksudnya dibuang isi perutnya, supaya di rumah tinggal dibersihkan lalu dimarinasi dengan bumbu ikan yang kaya dengan kunyit juga rempah-rempah lainnya. 

Sementara itu, usai bumbu kira-kira sudah meresap tinggal siapkan wajan berisi minyak panas dan ikan lunjar siap diluncurkan. 

Tambahan lauk lainnya untuk renyah-renyah ada rempeyek kacang. Ini beli sih. Ajegile kalau bikin sendiri, rempong Cuy, hihihi







Penutupnya, iseng memanfaatkan sisa buah yang ada di lemari es seperti pepaya, semangka, dan juga melon. Ada pula potongan cincau hitam untuk tambah-tambah. Sebenarnya ada lagi kolang-kaling yang sudah direndam dalam baskom beberapa hari sebelumnya. Cuma kok ya agak riweh kalau harus direbus dulu kolang-kalingnya. Direbus dengan gula tentu saja supaya rasanya manis. Sebab kalau kolang-kalingnya tak manis aku kurang begitu suka. Padahal kalau ada ini, es buahnya akan terasa lebih enak lagi. Sayangnya tidak ada...dan hanya memanfaatkan buah-buahan yang tersedia saja.

Nanti kalau buah dan segala perintilan esnya sudah dikerok atau dipotong dadu, tinggal tambahkan sirup coco pandan dan kental manis. Sirupnya sebenarnya lebih suka yang sirup Medan itu loh...yang biasa buat tambahan es pisang ijo atau palu butung. Cuma ndilalah di rumah adanya Marjan. Ingin lebih seger lagi melipirlah diri ini ke Indomaret sebentar saja dan lagi-lagi merek sirop yang kumau sedang kosong. Kebanyakan dimana-mana Marjan, sedangkan aku lebih suka merek lainnya. Beli di Alfa, dapatnya Fresh. Ya wes lah, pasrah, hahaha..




(Tumis cumi, tempe goreng tepung, ceker krispi, gembus, jajan pasar)

Coba tebak diantara deret judul makanan di atas mana yang beli? 

Jeng...

jeng.....

jeeeeeng.....

Yak, betul! 

Yang beli itu ceker krispi, gembus, dan jajan pasar. Sisanya beli. Ceker krispi beli di Jaya Crispy Fried Chicken depan pasar. Begitu pula gembus yang lapaknya ada di seberangnya. Sedangkan jajan pasar beli di pasar kaget dekat kantornya ibu yang ada di Kabupaten kota. Ibu kan masih dines. Jadi, pulangnya kira-kira jam 4-an sore, nah sebagai buah tangannya, biasanya Beliau pulang raketang beli takjilan. 

Untuk tumis cuminya, kali ini memang dimasak hambar menyesuaikan menunya ibu. Dimasaknya sebenarnya model tumisan. Tapi entah kenapa masih ada kuahnya yang berwarna hitam. 

Kata ibu, Beliau heran kenapa kok tintanya masih ikut termasak. Padahal biasanya aku pribadi tidak pernah sertakan tintanya ketika memasak cumi. Ya, meski begitu it's okey lah ya, karena cuminya masih fresh hasil beli di tukang sayur keliling yang biasa dititipi ibu suruh belikan apa. Katanya sengaja tanya ke aku mau dimasakkan apa, ya aku nyemlong cumi saja. Cumi cabe ijo. 










Kemudian tempe goreng tepung. Teringat cerita masa kecil, tiap kali Ramadhan, sore hari menjadi bagian dari upaya bagi-bagi tugas antar anggota keluarga. Biasanya ibu yang masak makanan utama, sedangkan anaknya bagian lauk atau kupas-kupas bumbu. Aku sendiri seringkali kebagian menggoreng tempe. Tempe goreng bikinanku katanya paling enak. Tempe papan gitu diiris tipis dibumbuin dengan bawang putih dan garam yang diuleg lalu dicelupkan dalam adonan tepung beras Rosebrand. Begitu digoreng kubikin tepungnya ini agak kriwil sehingga adonannya agak encer. Pokoknya goreng sampai keemasan dan jangan bolak-balik di awal, niscaya hasil akhirnya akan cantik.

Untuk gembus, perlu kutekankan sekali lagi bahwa gembus yang ini beda dengan tempe gembus yang kubahas kemarin ya. Kalau yang ini lebih ke penganan berbahan dasar aci atau tapioka yang rasanya kenyal-kenyal gurih.  Bentuknya sendiri bulat dan bolong di tengah. Kalau kata orang jawa nama lainnya adalah donat jowo. Ada juga sih yang bentuk angka delapan. Tapi kalau yang ini lebih banyak ke bentukan binggel. Binggel dan gembus menurutku rasanya beda. Kalau gembus kan aci banget ya, sedangkan binggel telo banget. Aku sendiri lebih suka gembus ketimbang binggel. Pokoknya dimakan dalam keadaan anget habis digoreng itu paling enak. Masih kenyal. Kalau kelamaan nanti keburu keras. 













Sementara jajan pasar hasil huntingnya ibu terdiri dari beberapa macam. Ada kueku (atau kalau di tempatku disebutnya susuwmontok), sengkulun, semar mendem, risol mayo, risol isi sayuran, kue potong, bihun goreng (yang tadinya aku pikir wajik karena warnanya hijau), dan bugis ketan. Hampir semua jajan pasar aku suka. Malah kalau ditawari jajan pasar atau kue modern, aku lebih pilih jajan pasar terutama yang paling kusuka adalah susuwmontok alias kueku hehehe...
















Terakhir Admin Blog ini Mau Mengucapkan....

"Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin"

Namanya manusia, tempat salah dan khilaf, tiada yang sempurna kita mahluk Tuhan di dunia yang fana ini...Cz kesempurnaan hanya milik Alloh SWT. 

Terus maapin juga kalau Mbul orangnya suka becanda, guyon, atau pake kata-kata absurd...ya semata-mata karena ingin akrab dengan pembaca setia blog aku.

Okey, lah ya. Sementara kucukupkan dulu tulisanku sampai di sini. Ya....Mumpung sinyal masih ada. Cz biasanya kalau uda hari raya jaringan suka timbul tenggelam gitu deh. Jadi kuusahakan updatenya sebelum Lebaran aja. 

Wokey...udah dulu ya..
 
Kalian sendiri lebaran kali ini ada makanan khas apa, atau mau cerita-cerita puasa jelang akhir ada kejadian menarik ga? Bikin kue-kue-an maybe? Sini lempar ke Mbul toplesnya...#Toplesnya doang, isinya nda ada, gegeggegkkk.....

Bagi cerita seru kalian di kolom komen boleh loh Kakak...