Minggu, 29 Agustus 2021

Cerpen dan Dongeng Bobo Tahun 90-an yang Membekas di Hatiku (Part 2)




Oleh : G Nita 

Ngomongin soal hobi, kalian yang udah pada kenal aku mungkin udah pada tahu lah ya kalau aku suka koleksi majalah jadul. Biarpun pas di tahunnya terbit aku belom lahir atau mungkin masih bayi banget juga belom bisa baca karena baru aja masuk TK nol besar, tapi aku itu suka bacaan yang beraroma jadoel alias klasik. Dulu bacanya ga langsung saat tahunnya terbit sih, terus sekarang ceritanya suka nyari lagi (sengaja hunting) karena emang suka. Mungkin bisa dibilang kolektor kali ya. Alhamdulilah dapat hampir lengkap meskipun tengahnya masih bolong-bolong.




Baca juga :


Suatu kali nemu beberapa Bundel Majalah Bobo yang tahunnya aku belum punya di sebuah toko. Seneng banget dong. Langsung lah tanpa tedeng aling-aling aku beli aja 3 biji jebret!! Rencananya mau nostalgia beberapa cerpen dan dongeng yang dulu aku suka banget. Soalnya aku emang suka mengenang bacaan jaman dulu entah kenapa di samping ceritanya seru, gambar ilustrasinya juga bagus. Lebih hidup gitu. Itu lah yang bikin aku susah move on dari bacaan jadul timbang buku-buku cerita jaman sekarang, hiks. 

Untunglah ekspedisi yang aku pake gerak cepet. Pesen Minggu, Rabu dah nyampe. Begitu paketnya datang aku buru-buru pengen ngepoin isinya. Dan yaaaaay! Saat aku buka-buka halamannya, aku nemu lagi cerpen dan dongeng di Majalah Bobo yang paling aku suka. Aku sarikan sinopsisnya ya siapa tahu ada temen pembaca yang mau nostalgia. 

Pokoknya kadang kebahagiaan tuh terjadi begitu aja. Cuma nemu judul-judul cerpen dan dongeng di masa lalu aja rasanya udah seneng banget. Ampe kubaca pelan-pelan banget supaya meresap ke dalam qolbu #kek lagunya Titi DJ dunk...hihihi...Bahasa Kalbu red. Ceritanya sambil dihayatin gitu. 

Sebenernya ga cuma Bobo jadul yang pengen aku baca-baca ulang, tapi juga beberapa buku ilustrasi yang pernah menemani masa-masa kecilku. Ga jarang cerita tentang binatang atau sesuatu yang ada gambarnya. Sayang aja aku lupa beberapa judulnya. Ngetik kata kunci yang coba aku ingat-ingat cluenya tapi belom ada yang nulis di blog. Makanya sampai sekarang aku masih penasaran.. Cuma lali judul-judulnya apa aja, hohoho...Majalah Donal Bebek juga. Ada beberapa cerita yang pengen aku baca ulang sekedar buat romantisasi #heu.....

Tapi kali ini yang mau aku summary-kan adalah cerpen dan dongeng Majalah Bobonya dulu ya. Terutama yang paling aku sukai. Rubrik lain tar nyusul satu-satu. Biar fokus gitu tulisannya :)

Cerpen Bobo Tahun 90-an yang Paling Aku Suka

Rambut Panjang Rahman (Lena D, Bobo No. 22 XXV)

Bercerita tentang seorang anak lelaki bernama Rahman yang sedang bersembunyi di kolong tempat tidurnya karena takut akan sesuatu. Di tepi tempat tidur sudah menunggu ibunya sambil membawa gunting karena bermaksud memotong rambut anaknya yang sudah gondrong. Padahal Rahman sangat menyukai rambutnya sekarang yang sudah panjang melebihi bahu. Tapi ibu membujuknya agar mau dipotong rambutnya karena liburan sekolah telah usai. Rahman tetap bersikukuh dengan pendiriannya. Ibu pun kehabisan kata-kata. Ia bilang saat jam makan siang tiba tak mungkin membiarkannya makan di kolong tempat tidur karena banyak debu dan sarang laba-laba. Juga nyamuk. Dengan demikian Rahman mencoba bernegosiasi bahwa ia mau keluar dari kolong tempat tidur jika ibu meletakkan gunting rambutnya. Ibu pun mengalah sebentar sampai anaknya itu keluar dan makan. Tapi setelahnya ia kembali dibujuk agar mau potong Rambut. Sebenarnya Rahman ingin sekali punya rambut gondrong karena terinspirasi Mas Tetangganya yang sering ia titipkan ikan masnya untuk tinggal di akuariumnya. Tetangganya itu kebetulan sudah dewasa jadi kata ibu sudah boleh memanjangkan rambut. Rahman bertanya apakah saat dewasa nanti ia boleh memanjangkan rambutnya seperti Mas-Mas tetangganya itu. Tentu saja kata ibu boleh. Sebab tak selamanya ibu akan mengatur dan mengawasi rambutnya. Ia juga bilang jika sudah dewasa nanti, orang melihat kesopanan bukan lagi hanya dilihat dari rambutnya. Maka dari itu jika Rahman ingin menggondrongkan rambutnya suatu hari nanti tentu diperbolehkan asalkan saat masih sekolah seperti sekarang ia mau dipotong rambutnya sesuai dengan aturan sekolah. Akhirnya Rahman pun setuju dan berharap suatu saat nanti jika sudah dewasa ia bisa mempunyai rambut gondrong.

Tiwi (Lena D, Bobo No. 7 XXV)

Bercerita tentang kekacauan jika ibu sedang pergi dinas keluar beberapa hari. Pasalnya tugas-tugas yang semula dikerjakan ibu akhirnya  dikerjakan oleh ayah. Pagi-pagi ayah sudah repot memasak nasi dan air. Ketika Tiwi bangun, ayah menggandengnya ke kamar mandi dan meninggalkannya berendam di ember. Sementara ia meneruskan menggoreng telur yang belum rampung. 

Tapi kemudian Tiwi menjerit sambil mengucek-ucek matanya. Busa sabun mengenai matanya. Buru-buru ayah menolongnya dan telur dalam penggorengan keburu kering. Padahal Tiwi tidak suka telur yang kekeringan. Ia paling suka yang kuningnya setengah matang. Kaos kaki Tiwi juga hilang. Ayah mencarinya sampai membongkar isi lemari. Karena tidak ketemu maka diberikannya sementara kaos kaki yang lama, nanti mencarinya dilanjut sepulang kantor. Mereka pun akhirnya memilih sarapan roti tawar oles selai dan susu kotak di dalam mobil karena sudah tidak ada waktu lagi. Tapi di mobil keduanya baru sadar bahwa kemeja ayah sampai terbalik hingga tidak kelihatan sakunya di bagian depan. Tiwi pun jadi kasihan. Ketika ia ditanya sepulang sekolah mau ikut ke kantor ayah, dititipkan di tempat Kak Nita, atau pulang ke rumah, Tiwi bilang ingin pulang ke rumah saja karena bermaksud membantu membersihkan rumah nanti.

Pulang sekolah, dengan tangan kecilnya Tiwi berusaha merapikan segala sesuatu yang tadi pagi terlihat sangat berantakan. Baju-baju yang berceceran di lemari ia rapikan dan telur yang ada di meja ia makan. Ketika ayahnya pulang, dibawakannya ia sekotak makanan tapi Tiwi bilang ia sudah menghabiskan telur goreng kering yang sudah dimasak ayahnya tadi pagi. Ayah pun terharu dan ia tahu Tiwi sudah bekerja keras membantunya. Diciumnya putrinya yang masih enam tahun itu dengan sayang. 



Salah Sangka (Herviana A. Hiskia, Bobo No. 22 XXV)

Sejak kehadiran Nita di keluarga Erlin, semua berubah. Eh kok Nita ya...maksudnya dibalik. Bukan Nita tapi Atin. Ya, bocah cilik yang aslinya anak dari Pak Kusmin mantan tukang kebun keluarga Erlin itu kini diadopsi oleh mama dan papa. Sejak saat itulah perhatian seolah tercurah pada Nita. Eh lha kok Nita lagi ya....Maksudnya Atin. Pak Kusmin sendiri adalah orang tua tunggal yang kini telah diangkat menjadi penjaga malam di pabrik rokok sehingga tidak bisa membawa Atin bekerja. Mama yang sedari awal sudah terpikat dengan kelucuan dan keluguan Atin akhirnya mau merawatnya bahkan menanggung biaya sekolahnya kelak. 

Tak disangka dengan kondisi yang demikian membuat Erlin yang semula anak tunggal menjadi cemburu. Bagaimana tidak, kini apa-apa yang diutamakan Nita. Eh Atin maksudku. Mama sering minta tolong Erlin untuk membelikan susu pertumbuhan supaya Nita sehat, dll. Eh Atin...wkwkwk. Ya, walaupun dalam hati bersungut-sungut, tapi Erlin seolah tak pernah bisa menolaknya. Ia belikan juga kebutuhan Atin meski tiap hari ia bertambah benci saja pada anak itu. 

Suatu ketika saat Erlin akan belajar kelompok di tempat temannya, Mama seolah menatapnya dengan perasaan lain. Tak seperti biasanya Mama seperti itu. Seperti ada sorot mata kesedihan di sana. Tapi Erlin sudah tidak punya waktu lagi, sebab ia pun baru ingat bahwa hari ini ada kegiatan belajar kelompok di rumah temannya. Ia pun pamit pada mama, namun sebelum ia pergi mama berpesan supaya ia membelikan jepit rambut untuk Atin. Erlin seperti biasa tidak bisa menolak. Ia menyempatkan diri untuk mampir ke toko aksesoris. Di sana ia menemukan jepit rambut yang lucu-lucu bentuknya. Tidak ada yang jelek satupun dan sepertinya akan terlihat manis jika dipasangkan di rambut Atin. Ia pun membeli yang warna merah ada titik titik putihnya. Entah kenapa hari itu ia ingin sekali cepat pulang ke rumah dan memasangkannya ke rambut Atin. 

Usai belajar kelompok, Erlin langsung pulang ke rumah. Begitu membuka pintu, ternyata Mama dan Papa sudah memberikan kejutan ulang tahun yang ke-15 untuknya. Wah pastinya Erlin sangat terkejut ya. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya ya?




Kisah si Kaki Gajah (Agung Hariadi, Bobo No. 25 Tahun XXV)

Bercerita tentang Moudy seorang gadis yang manis. Matanya indah, hidungnya mancung, rambutnya hitam lebat dan kulitnya pun bersih. Ia senang mengagumi wajahnya di kaca. Tapi pada saat mengaca, ia selalu memperhatikan kakinya yang pendek dengan betis yang besar di sana. Ia jengkel dengan kakinya itu. Memang sih kalau diajak ke toko hiasan rambut ia suka, tapi begitu diajak ke toko sepatu ia cemberut. 

Di sekolah ia sering memperhatikan kaki teman-temannya. Ia iri melihat kaki mereka yang seperti rusa. Tiap olahraga lari ia juga malu ketika harus mengenakan celana pendek karena betisnya jadi kelihatan. Mana larinya sering ketinggalan sendiri lagi dibandingkan dengan yang lain. Ia juga jadi bertambah kesal pada kakinya karena suatu ketika ibu guru menyuruhnya maju ke depan untuk mengerjakan soal matematika. Tak disangka temannya Tommy meledeknya si Kaki Gajah lantaran saat menaiki pijakan kayu agar bisa menulis di papan tulis kakinya berbunyi bum bum bum. Sejak saat itu teman-temannya sering meledeknya sebagai si Kaki Gajah. Moudy pun mengumpat kakinya. Sampai akhirnya muncul ibu peri di hadapannya. Ibu peri bertanya ia ingin kaki seperti apa. Moudy bilang ingin kaki berbetis kecil. Maka ibu peri pun mengabulkan keinginannya. 

Saat ke sekolah teman-teman sudah tidak ada yang meledeknya lagi. Moudy tentu senang bukan main karena kini ia memiliki kaki kecil seperti rusa. Tapi dari hari ke hari betisnya makin bertambah kecil saja. Bahkan sampai seperti tinggal tulang berbungkus kulit. Kakinya jadi sangat lemah dan malah tak bisa berdiri karena jatuh melulu. Lantas apa yang Moudy lakukan ya agar biaa mengembalikan keadaan seperti semula?






Harlekin dan Hadiah Berwarna-Warni (Dari Harlequin and the Gift of Many Colors terjemahan bebas oleh Martha Widy, Bobo No. 7 XXV)

Seorang anak laki-laki bernama Harlekin terbangun dari kamarnya yang berada di loteng. Ia melihat dari arah jendela bahwa di bawah sana orang-orang sudah hilir mudik meninggalkan rumah di pagi buta menuju lapangan kota. Mereka membawa baki-baki besar berisi roti-roti, kue-kue kering, dan pie yang akan dijual nanti malam di sebuah karnaval. Di sana akan ada permainan-permainan berhadiah, permen, es krim, tari-tarian, nyanyian, dan hal-hal seru lainnya. Teman-temannya pun heboh sekali membicarakan acara nanti malam yang dimeriahkan dengan pesta kostum. Mereka dengan bersemangat menceritakan kostum-kostum baru mereka. Tapi hal tersebut tidak berlaku halnya pada Harlekin. Saat ditanya nanti malam ia akan mengenakan apa, dengan murung ia menjawab bahwa ia akan mengenakan selimutnya saja sebagai tudungnya. Atau bahkan ia tidak akan datang sama sekali ke karnaval, lalu ia pun berlari pulang ke rumahnya. Teman-temannya pun terkejut. Mereka baru menyadari bahwa jangan-jangan Harlekin tidak akan datang lantaran tidak punya kostum baru. Ibunya terlalu miskin untuk membelikannya sebuah kostum baru. Mereka pun berinisiatif mengumpulkan potongan-potongan kain dari kostum mereka yang masih tersisa. Setelah dirasa cukup, mereka  berkumpul di depan rumah Harlekin untuk memberikannya. Harlekin pun mengucapkan terima kasih. Namun saat teman-temannya pulang, ia bingung dengan kain-kain perca itu. Semuanya tidak ada yang serasi, berbeda motif, ukuran, maupun warna. Karena putus asa ia pun memilih untuk tidur kembali membuang kesedihannya. Sementara salah seorang temannya kemudian menyeletuk bahwa jangan-jangan kain yang mereka berikan tadi sama sekali tidak berguna lantaran potongannya yang asimetris semua. Mana tidak ada yang cukup bahkan untuk membuat sebuah lengan pun. Mereka pun jadi ikutan sedih dan berpikir mungkin itu yang membuat Harlekin bertambah sedih. Lalu apa yang akan dilakukan Harlequin selanjutnya ya?


Sup Jamur Tomat (Kemala P, Bobo No. 7 XXV)

Hari Sabtu, Gengnya Wiro seperti biasa kumpul-kumpul di Warung Kopi Pak Abu. Geng ini terdiri dari Wiro, Kabul, Juki dan Kirun. Mereka punya kegemaran masing-masing seperti Wiro yang suka membaca komik, Kabul yang suka melukis, Juki yang suka montir radio, serta Kirun yang jago matematika. Mereka satu sekolah tapi beda kelas. Sebenarnya ada 1 anggota lagi yang tidak resmi yaitu Mamat yang merupakan pelayan dari warung kopi itu sendiri. Tapi meski demikian.... jangan salah, otaknya paling encer diantara yang lain. Beberapa kasus misteri yang mereka temui semuanya berhasil dipecahkan oleh Mamat.

Suatu kali Wiro mengajak satu orang teman lagi untuk gabung bersama mereka. Namanya Beni. Katanya ia punya misteri yang ingin ia pecahkan dengan bantuan geng Wiro. Meski demikian teman Wiro yang lain seolah keberatan karena ada orang luar dari geng mereka. Khawatirnya jika kasus tak terpecahkan reputasi geng Wiro bakal hancur. Tapi karena Beni sudah terlanjur datang maka apa boleh buat. Sekarang Beni diminta untuk menceritakan apa masalahnya. Saat itulah Mamat menawari mereka minum meski Beni agak segan dengan pelayan warung kopi itu. Setelah menaruh pesanan minuman dan sepiring gorengan, Mamat mundur tapi tetap sambil memperhatikan.  

Beni kemudian bercerita bahwa ia curiga dengan pamannya yang baru-baru ini menginap di rumahnya. Pasalnya kalung berlian mamanya hilang entah dimana. Sehari setelah kehilangan itu ia mencoba menguntit pamannya yang ternyata mampir ke sebuah restoran mewah. Tak ada yang dilakukan di sana kecuali makan. Ia juga tak melihat pamannya membawa apapun juga tak menemui seorang pun yang sekiranya mencurigakan. Saat membayar, pamannya juga menggunakan credit card dan tak ada aktivitas aneh saat transaksi di kasir. Karena minim petunjuk Wiro dkk kehabisan akal. Beruntung tiba-tiba Mamat menyeruak ke dalam kerumunan dan mencoba menebak apa yang kira-kira dilakukan Paman Beni di restoran itu. Jadi kira-kira benarkan Paman Beni pelakunya?




Perayaan Sekaten (Herviana A. Hiskia, Bobo No. 11 XXV)

Bercerita seorang anak lelaki bernama Agus yang rajin membantu ibunya mencukupi kebutuhan hidup. Jika Mbok Surti ibunya mencari rejeki lewat berdagang baju bermotif batik di sepanjang jalan Malioboro, Agus membantunya dengan berjualan kapal-kapalan kayu selain sepulang sekolah juga ada pekerjaan paruh waktu lainnya. Meskipun saingannya banyak apalagi saat perayaan sekaten seperti sekarang, tapi keduanya bekerja seikhlas mungkin. 

Malam itu seperti biasa Agus sedang menunggui kapal-kapalan kayu dagangannya. Namun tiba-tiba ekor matanya menangkap seseorang tengah mengambil dompet seorang bapak yang sedang berbelanja baju. Bapak tersebut tidak sadar. Tapi Agus tahu siapa pencopetnya. Ia menyusul ke belakang kios bunga yang sepi dan langsung menghardik pencopet itu yang ternyata adalah Bambang adiknya. 



Surat yang Mempunyai Mata (Rizal, Bobo No. 17, XXV)

Badriah adalah seorang gadis desa yang buta huruf. Ia bekerja selama 2 bulan di rumah Nyonya Dewi yang merupakan pengusaha kue. Suatu hari, Nyonya Dewi menyuruh Badriah mengantarkan pesanan bacang Nyonya Windari yanh disertai dengan sepucuk surat. Dalam surat tersebut mengatakan bahwa jumlah bacangnya ada 60 buah. Saat di jalan Badriah tergoda untuk mencicipi bacangnya. Karena tidak bisa membaca, ia pun asal saja mencomot sebuah. Dipikirnya kalau berkurang 1 tidak akan ketahuan. Eh, habis makan 1 masih pengen nambah lagi karena isinya manis sebab isinya daging cincang. Mana dari luar bungkus daunnya kelihatan mengkilat karena minyak lagi. Sungguh menggiurkan. Makanya ia ambil lagi sampai kemudian habis 3. Setelah balik ke tempat Nyonya Dewi, betapa terkejutnya majikannya itu karena ia dapat surat dari Nyonya Windari bahwa bacangnya cuma ada 57 buah. Nyonya Dewi pun memanggil Badriah dan bertanya apa ia yang memakannya. Setelah Badriah mengaku, ia dinasihati Nyonya Dewi supaya jangan ceroboh karena bisa membuat pelanggannya tak percaya. Badriah heran juga kenapa aksinya ini bisa ketahuan. Ia kemudian berpikir bahwa suratnya punya mata sehingga bisa melihat kelakuannya.




Dongeng Bobo tahun 90-an yang Paling Aku Suka

Siapa yang Salah (Widya Suwarna, Bobo No. 7 XXV)

Tuan Abdul adalah seorang yang sangat pintar dan kaya raya. Namun sayangnya akhir-akhir ini ia sering lupa. Di salah satu sudut rumahnya, ia mempunyai perpustakaan yang isinya cukup komplet. Semua bukunya disampul dan diberi kode lalu diletakkan di rak-rak dengan rapi. Yang paling menarik adalah koleksi uang kunonya yang diletakkan di atas meja kaca yang ada kuncinya. Kuncinya sendiri dipegang olehnya. Setiap pagi, perpustakaan itu dibersihkan oleh Aman pelayannya. Sedangkan sore harinya oleh Samin. Mereka ditugaskan untuk memeriksa buku dan uangnya apakah masih lengkap atau tidak setiap harinya. 

Suatu malam, Tuan Abdul membaca 5 buah buku sampai larut. Paginya, Aman melaporkan bahwa ada 1 lembar uang yang hilang. Terang saja Tuan Abdul kaget. Ia tinggalkan sejenak aktivitas minum teh dan makan kuenya dan segera menuju ke perpustakaan. Setelah dicek yang hilang itu koleksi uang kunonya sebelum zaman perang. Makanya nilainya mahal sekali. Ia pun curiga pada salah satu pelayannya apakah ada yang berbohong kemarin dan mengatakan bahwa semuanya lengkap. Segera saja dipanggilnya Aman dan Samin meski mereka berkata bahwa mereka selalu jujur. Tapi sayang, Tuan Abdul tidak percaya. Rencananya ia akan memanggil polisi kenalannya meski saat diskusi dengan istrinya, istrinya malah menyarankan bahwa ia jangan buru-buru panggil polisi sebab biayanya mahal. Istrinya malah menyindir bahwa daripada buang-buang uang untuk laporan mending uang itu diserahkan padanya nanti akan ia bagi menjadi 2 untuk tambahan gaji pelayannya yang selalu bekerja jujur. Lagipula istrinya juga sangsi kalau uang itu dicuri sebab beberapa klue mengarah pada sesuatu hal yang cukup menggelikan. Pertama lemari dalam keadaan baik tidak dirusak. Kedua, kunci juga yang pegang adalah Tuan Abdul sendiri. Lalu suaminya itu akhir-akhir ini sering pelupa. Dan selama bekerja di sini kedua pelayannya adalah orang yang jujur serta taat beragama. Jadi bisa disimpulkan sendiri bahwa yang teledor menyelipkan uang dalam buku yang tadi malam dibacanya adalah siapa ya...hihihi.




Pak Kurlik yang Sirik (Herviana A. Hiskia, Bobo No. 14 XXV)

Berkisah tentang suatu masa ketika kopi dan susu masih sulit diolah menjadi minuman yang enak. Hanya ada orang-orang tertentu saja yang tahu. Misalnya pembuat kopi paling lezat dan harum adalah Pak Pikop. Entah kenapa bila sudah meneguk kopi hangat buatannya, maka orang akan melupakan kesedihannya dan gairah kerja akan bertambah. Begitu pula dengan pembuat susu paling gurih kala itu adalah milik Bu Susi. Dua-duanya punya pelanggannya masing-masing karena itulah mereka berdua tidak punya saingan. Sementara Pak Kurlik penjual teh selalu bersungut-sungut bila ada yang memuji kelezatan kopi Pak Pikop dan gurihnya racikan susu Bu Susi.

Lama-kelamaan timbul rasa iri di hati Pak Kurlik. Ia berniat untuk mengadu domba kedua tetangganya itu. Suatu kali ia memberitahu bahwa Pak Pikop berniat jahat ingin menghancurkan usaha susu Bu Susi. Makanya ia mewanti-wanti jika suatu saat ada apa-apa dengan dagangan susu Bu Susi maka itu pasti ulah Pak Pikop. Begitu pula ke Pak Pikop, Pak Kurlik pun menebar kebohongan bahwa Bu Susi hendak menghancurkan usaha Pak Pikop. Ya supaya keduanya bertengkar jadi pelanggan akan tak nyaman berada di kedai mereka.

Nah, di suatu malam, Pak Kurlik berhasil mencuri kopi Pak Pikop untuk kemudian menuangkannya ke dalam ketel besar berisi dagangan susu Bu Susi. Sontak saja saat mendapati ketelnya sudah berwarna krem ia langsung berpikir bahwa ini pasti ulah Pak Pikop. Belum sempat ia bertandang ke tempat Pak Pikop, Pak Pikop sudah datang duluan ke tempat Bu Susi dengan perkara yang sama. Akhirnya keduanya pun adu mulut. 



Terdampar di Pulau Kembang Gula (dari : The Magic Island/Elizabeth Waugh/Kadir Wong, Bobo No. 14, XXV)

Bercerita tentang pulau sihir yang terletak di Selatan yang dihuni oleh seorang tukang tenung yang baik hati bernama Thomasina Toffee. Di pulau itu, semuanya berasal dari kembang gula dan makanan yang serba manis. Kerang-kerang lautnya berasal dari permen karet, sungainya berair limun, dan pohon-pohon berbuah coklat butiran. Thomasina sendiri karena memiliki gigi kristal maka tidak pernah sakit gigi biarpun selalu makan makanan manis. 

Suatu malam badai terjadi di pulau itu. Thomasina terbangun dari tidurnya dan mencoba membaca matra supaya badainya reda. Tapi karena saking kuatnya badai itu, maka mantranya tak cukup untuk meredakannya. Di kejauhan sebuah kapal tampak oleng. Sayangnya tukang tenung itu tak mampu membantunya. Ia pun memilih untuk kembali ke pondokannya dan beristirahat.

Esok harinya cuaca tampak cerah. Saat sedang menghirup coklat panas, tiba-tiba ia mendengar suara bersin yang ternyata berasal dari boneka beruang Teddy kecil berwarna kuning. Boneka itu tampak kedinginan, wajahnya kuyu dan compang-camping. Thomasina mendekatinya dan bertanya siapa namanya. Boneka beruang itu menjawab Ernest Pumpkin. Ia terempas keluar saat sedang berlayar bersama pemiliknya di sebuah kapal. Karena kasihan Thomasina lalu mengajak Ernest mampir ke pondokannya agar bisa mengeringkan diri. Di sana Ernest dijamu makanan yang enak-enak. Secangkir manisan prambus, kepingan gula-gula bonbon, dan satu lepek butir-butir cokelat. Setelah itu ia diajak Thomasina berkeliling pulau untuk menikmati pemandangan jeram soda krem, kerang warna-warni yang bagai buah pir ranum bertebaran dimana-mana, dll. Di pulau itu, Ernest bisa menikmati makanan kesukaannya sepuasnya sampai badannya mulai menggemuk. 

Keesokan harinya, tak seperti biasa Ernest tampak murung saat duduk di sofa donatnya. Saat ditanya Thomasina ternyata ia rindu kepada pemiliknya. Ia ingin tahu bagaimana kabar pemiliknya, apakah selamat atau tidak dari amukan badai tempo hari. Jadi apa yang akan dilakukan Thomasina selanjutnya ya supaya Ernest kembali ceria?



Bulan Kuning (Dongeng Rakyat Bali, diceritakan kembali oleh Lena D, Bobo No. 4, XXV)

Di sebuah dusun terpencil tinggallah seorang janda bernama Men Bekung. Suaminya sudah lama meninggal dunia. Setiap hari ia mencari sayur-sayuran di hutan. Ia berangkat ke hutan pada sore hari dan kembali keesokan paginya sehingga sayurnya selalu dalam keadaan segar saat dijual. 

Suatu hari ia tak menemukan sayur apapun di hutan. Namun malam itu hutan terasa sangat indah berkat bulan purnama yang bersinar kuning keemasan. Saat itulah ia mendengar suara tangis anak kecil. Men Bekung pun mencari-cari asal suara dan menemukan sosok anak umur 4 tahun di balik semak-semak. Wajahnya bulat seperti bulan, kulitnya pun berwarna terang kekuningan seperti sinar bulan. Saat ditanya dimana orang tuanya ia bilang tidak tahu. Saat ditanya ia berasal dari mana, ia bilang tidak tahu juga. Pokoknya setiap ditanya jawabannya selalu tidak tahu. Maka dari itu Men Bekung merasa kasihan padanya lantas mengangkatnya sebagai anak. Ia menamainya Bulan Kuning karena wajahnya yang imut seperti bulan purnama. Ia menyayangi Bulan Kuning dengan sepenuh hati. 

Suatu hari, Bulan Kuning diajak pergi ke hutan untuk mencari sayuran. Tapi sayangnya ia malah terpisah dari ibunya. Karena kelelahan ia pun ketiduran di bawah pohon yang rindang. Ia terbangun saat mendengat bunyi debuman keras yang ternyata berasal dari kaki raksasa. Lalu apa yang terjadi selanjutnya ya?

Suatu hari, ketika kakek raksasa pergi, Bulan Kuning naik ke tempat tidur untuk memegangi permata-permata itu. Tapi saat itu juga Kakek raksasa tiba-tiba muncul dan mengira Bulan Kuning hendak mengambilnya. Bulan kuning yang terkejut segera lari. Kakek raksasa pun mengejarnya. Ketika hampir terkejar Bulan kuning lemparkan manik api, disusul manik air dan manik angin. Setelah terjadi kobaran api, air bah, dan hembusan angin yang dahsyat maka terdengatlah bunyi yang berasal dari langit bahwa kakek raksasa berhutang budi pada Bulan Kuning. Sebab jika ia tak dibunuh dengan menggunakan permata itu maka ia tetap akan berwujud raksasa  Nah, sekarang si kakek sudah disucikan dan bisa naik ke surga. Sebagai balasannya, kakek itu kemudian memberi kemampuan bulan kuning untuk bisa mengobati orang sakit. Ia pun kembali kepada ibunya dan membuka praktik pengobatan di sana. Suatu kali ia berhasil menyembuhkan raja hingga terusannya silakan tebak sendiri, hehehe.



Anak Laki-Laki Berambut Putih (diceritakan oleh Mayla Lalita, Bobo No. 39 XXIII)

Pada zaman dahulu, di negeri Persia tinggallah seorang pemimpin bernama Sahm. Ia adalah prajurit kerajaan yang terkenal gagah berani. Ia sedih karena tidak mempunyai anak laki-laki. Saat sudah tua, istrinya melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat tampan namun anehnya berambut putih. Para penasihat di negeri Persia mengatakan bahwa bayi tersebut akan membawa nasib buruk pada ayah dan keluarganya. Sahm pun percaya pada omong kosong itu. Dibawanya anak itu ke puncak Gunung Elburz dan kemudian ditinggalkannya sendirian di sana supaya dimakan binatang buas.

Ternyata di puncak gunung itu tinggallah sesosok mahluk aneh bernama Griffon. Badannya singa tapi kepalanya elang. Ia tinggal di dalam sarang yang sangat indah dan terbuat dari ranting-ranting pohon berbau harum. Suatu hari, Griffon terbang tinggi untuk mencari makanan. Ia lalu melihat bayi berambut putih itu sedang menangis sendirian di puncak gunung. Griffon kasihan dan membawanya ke sarangnya. Ia kemudian merawat bayi itu dengan penuh cinta hingga tumbuh menjadi sosok yang tinggi dan kuat. Ia juga mengajarinya Bahasa Persia.

12 tahun berlalu, Sahm bermimpi bahwa ia didatangi oleh seorang pria berkuda yang mengatakan bahwa ia adalah ayah yang kejam. Ia meninggalkan anaknya supaya mati dimakan binatang buas hanya karena berambut putih. Keesokan harinya Sahm mencari anak itu ke puncak gunung yang menuju ke sarang Griffon. Dengan susah payah ia memanjat batu-batu tajam yang licin untuk mencapai ke sana. Griffon yang berhati lembut merasa iba melihatnya. Ia berkata pada anak laki-laki berambut putih itu bahwa ayahnya Sahm telah datang untuk menjemputnya. Anak itu malah memandang Griffon dengan sedih. Ia pikir Griffon sudah tidak menyayanginya lagi. Tapi Griffon bilang mana mungkin ia yang sudah merawatnya sedari bayi merah, tak sayang lagi padanya, meskipun ia bukan orang tua kandung si anak berambut putih, ia tetap menyayanginya sampai kapanpun. Ia pun memberinya 3 helai bulu sayapnya jika sewaktu-waktu berada dalam kesulitan sehingga ia bisa datang. Kemudian Griffon mengangkatnya dan membawanya turun pada ayahnya.  Sahm pun mengucapkan terima kasih dan memeluk anaknya. Dibawanya anak itu ke rumahnya dan diberinya nama Zal yang berarti si rambut putih. Seorang penasihat istana mengatakan bahwa anak ini akan terkenal karena kebijaksanaan dan keberaniaannya.

Zal tumbuh semakin besar, tampan dan bijaksana. Saat usianya 20 tahun ia berangkat ke Kabul dimana rajanya dipimpin oleh Mihrab yang bertahun-tahun bermusuhan dengan Shah Persia. Oleh karenanya ia memperingatkan anaknya untuk tidak berurusan dengan Mihrab karena Shah pasti marah.

Namun suatu hari, ia mendengar 2 bangsawan dari Istana Mihrab memuji kelembutan dan kecantikan putri di negerinya. Putri tersebut memiliki mata yang bulat laksana rembulan dan kulit yang selembut teratai. Mereka memujinya sedemikian rupa sehingga Zal jatuh cinta padanya meskipun belum pernah melihatnya. Ingin sekali ia berjumpa dan meminang putri tersebut.

Sementara itu kedua bangsawan tadi kembali ke istana dan menceritakan tentang  kekuatan dan ketampanan Zal. Orang mengatakan bahwa ia cerdik dan pemberani seperti singa. Putri bermata bulat seperti rembulan itu pun mendengar mereka memuji-muji Zal, dan iapun jatuh cinta padanya meskipun belum pernah melihatnya. Akhirnya ia mengutus pelayannya untuk membantu bertemu pemuda itu. Sebab ia tidak lagi dapat makan dan tidur karena selalu memikirkan pemuda itu. 

Suatu malam pelayan sang putri meminta Zal datang ke taman bunga yang indah secara rahasia. Zal pun setuju dan mereka berdua merasa bahagia karena saling mencintai. Namun kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama karena utusan istana melihat mereka dan melaporkannya pada raja. Mihrab pun marah. Ia tidak akan pernah mengijinkan putrinya menikah dengan seorang pria dari Shah Persia. Maka dikurungnya putri bermata rembulan itu di menara yang tinggi supaya tidak dapat melarikan diri. Sanggupkah Zal menemuinya. Ataukah ia akan menggunakan satu persatu dari bulu Griffon untuk meminta bantuan?




Kisah Ketela Raksasa dan Seorang Raja (Yutha W, Bobo No. 36, XXII)

Di sebuah desa kecil hiduplah seorang peternak kambing yang rajin. Mulanya ia hanya mempunyai 3 ekor kambing, namun karena rajin maka dalam waktu singkat kambingnya sudah beranak pinak menjadi ratusan. 

Saat sudah tua dan mulai sakit-sakitan, ia wariskan kambingnya itu pada 2 anak laki-lakinya. Ia berpesan supaya seluruh kekayaannya dibagi 2 seadil-adilnya. Namun sepeninggal ayahnya ternyata si Sulung ingin menguasai seluruh harta warisan yang ada tanpa membagi dengan sang adik. Ia ingin mengurus sendiri kambing-kambing itu dan sang adik hanya diberi sepetak tanah juga kotoran kambingnya. Si Sulung semakin memperkaya dirinya dengan kambing yang terus bertambah. Sementara sang adik menanami sepetak tanah itu dengan tanaman ketela yang dipupuknya dengan kotoran kambing. Suatu kali ia akan mencabut tanaman ketela yang kelihatannya paling subur diantara yang lain. Namun saat ditarik, tanaman ketela itu tak bisa tercabut juga. Ia heran karena sepertinya ketelanya berukuran raksasa. Maka dengan bantuan 10 orang, ketela tersebut baru bisa tercabut dari dalam tanah. Si Sulung pun menertawakannya. Ia bilang mau buat apa ketela sebesar itu. Dimakan pun pasti akan bosan. Namun si adik tak kekurangan akal karena ia justru ingin mempersembahkannya pada raja. Ya sebagai bentuk baktinya kepada pimpinan tertinggi negeri itu. Si Sulung pun kembali tertawa. Ia bilang si adik bisa dituduh menghina kerajaan karena memberikan ketela di hadapannya. Tapi ternyata anggapan itu tidak benar. Raja justru sangat bahagia dengan pemberiannya itu. Ia pun menaruhnya di balairung istana supaya dapat disaksikan oleh pejabat tinggi kerajaan. Setelahnya ia memberi hadiah si adik berupa emas dan perak. 



Kereta Api Berhantu (dari Ghost Train, Linda Jennings/ Kadir Wong, Bobo No. 43 XXIV)

Bercerita tentang Mike dan Diana yang akan singgah ke tempat Bibi mereka di Polchester. Mereka pergi berdua saja tanpa Mama dengan menggunakan kereta. Nanti kalau sudah sampai sana biar Paman Sam yang jemput.

Setelah masuk ke dalam kereta, tiba-tiba Mike merasa mereka naik ke kereta yang salah. Bagaimana tidak, saat melihat jendela harusnya kereta mereka melintasi ujung jalan, tapi yang ada di sana justru pemandangan dan danau. Perumahan modern di pinggirannya mendadak hilang. Tapi Diana yakin ini kereta yang benar karena tadi sudah memastikan kembali di papan bahwa tujuannya memang Polchester. Anehnya memang seorang wanita di peron yang ia dengar akan ke Polchester tidak ikut naik. Lebih anehnya lagi penumpang yang ada di gerbong itu tampak acuh sekali. Ada seorang pria yang membaca koran dan seorang ibu yang sedang meneteki bayinya. Saat Diana bertanya apa benar ini kereta tujuan Polchester, si pria yang sedang membaca koran itu mengacuhkannya. Lalu saat kondektur datang untuk mengecek karcis, ia juga mengacuhkannya begitu saja. Tapi begitu penumpang lain menunjukkan karcisnya, keduanya heran karena karcisnya beda kertas dengan yang mereka pegang sekarang. Lagipula setelah diperhatikan lagi interior kereta juga sangat kuno. Seperti berbeda dengan keret modern yang biasa mereka naiki. Iseng Mike membaca tahun yang tertera di koran si pria yang duduk di sebelahnya. Ternyata sesuatu yang mencengangkan terjadilah. Pada koran itu tertera tanggal 15 Juni 1948, sesuatu yang mengingatkan Diana akan peristiwa kecelakaan tragis antar kereta salah satunya yang bertujuan ke Polchester. 




Rahel dan Pangeran Kambing (Widya Suwarna, Bobo No. 24 XXV)

Yang ini ngingetin aku sama kisahnya Beauty and The Beast. Tapi kali ini pangerannya diganti kambing, ga berwajah singa lagi.

Dikisahkan seorang pedagang tengah melintasi hutan. Tiba-tiba saja kudanya meringkik dan tidak mau jalan. Ia pun melihat sekeliling. Ternyata di balik pepohonan ada puri yang sangat indah. Seorang pelayan berbaju merah mempersilahkan ia untuk mampir sejenak ke puri itu. Ia sebut purinya sebagai Puri Pangeran Kambing. Nanti pelayan akan menjamunya dengan makanan enak. Sementara kudanya pun tak tanggung-tanggung akan diberikan dedak, jerami, serta air minum.

Si pedagang pun dibawa ke halaman puri. Sembari pelayan itu menyiapkan jamuan, ia melihat-lihat keadaan sekitar. Ternyata di sana ada rumpun mawar yang seperti emas. Setelah didekati ternyata mawar tersebut memang emas sungguhan 24 karat. Setelah itu si pelayan datang dengan kue-kue, roti, dan teh. Si pedagang disuruhnya menikmati sementara ia harus mengerjakan yang lain. Tak tahunya si pedagang sedikit lancang karena memetik 2 tangkai mawar itu walau setelah dipetik emasnya seolah hilang dan berganti menjadi merah dan daun hijau biasa. Ia melakukan hal tersebut lantaran ingat anaknya si Rin dan Vivi meminta oleh-oleh emas sementara si Bungsu Rahel Anita Pratiwi tak meminta apapun. Ehem....maksudnya Rahel. Malah Rahel Anita Pratiwi membekali ayahnya kue kering selama berdagang di negeri seberang. Tapi sayang, aksinya itu dipergoki oleh seseorang yang memiliki wajah kambing.Nah mungkin itulah yang disebut pelayan tadi sebagai Pangeran Kambing. Ia terlihat marah karena mendapati si pedagang telah mencuri mawarnya. Mulanya ia ingin memberikan hukuman mati, lalu nego ingin melumpuhkan tangannya, tapi setelah mengecek lewat cermin ajaib dan ia punya putri yang bisa menggantikan tugasnya tinggal selama setahun di puri pangeran kambing, maka ia memaafkannya. Dan putri yang dipilihnya tentu saja si bungsu Rahel Anita Pratiwi.





Okey, demikianlah update-anku kali ini. Nanti kalau ada judul lain yang menarik aku tambahin sambil jalan ya. Oh ya, dari list cerpen dan dongeng di atas menurut kalian mana cerita yang paling menarik atau seru? Silakan tulis di kolom komen boleh lho. 

Sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya.

Dada...

Xoxoxo
si Mbul