Rabu, 23 Februari 2022

Sinopsis When Marnie Was There




Oleh : G Nita

Di sebuah playground sekolah PAUD, seorang siswi SMP bernama Anna Sasaki sedang duduk menyendiri dengan buku sketsanya. Ternyata ia sedang menggambar pemandangan yang ada di depannya. Anna memang pandai menggambar. Teman-temannya sendiri sedang sibuk bergosip dan membicarakan cowok-cowok ganteng di sekolah mereka. Anna tidak bergabung karena ia pemalu. Ia sangat segan berinteraksi dengan orang lain. Apalagi ia merasa berbeda fisik dengan mereka. Sebenarnya Anna anak yang manis. Rambutnya pendek, kulitnya terang, bola matanya berwarna biru seperti orang barat. Hal tersebut tentu berbeda dengan teman-temannya yang berasal dari Jepang. 


Sinopsis When Marnie Was There, Sumber poster : IMDB

"When Marnie Was There"
Genre : Kids & Family, Mystery & Thriller, 
Anime, Fantasy, Drama
Bahasa : Jepang
Sutradara : Hiromasa Yonebayashi
Produser : Yoshiaki Nishimura, 
Koji Hoshino
Penulis : Hiromasa Yonebayashi, 
Keiko Niwa, Masashi Ando
Release Date (Theaters): 22 Mei 2015  Limited
Release Date (Streaming) : 6 Oktober 2015
Durasi : 1 jam 43 menit
Distributor : GKIDS


Lama duduk di situ, tiba-tiba Anna didatangi oleh Pak Guru olah raganya. Beliau ternyata ingin melihat hasil gambar Anna. Tapi sebelum berhasil menyerahkan buku sketsanya, tiba-tiba seorang anak laki-laki di tengah playground menangis. Rupanya ia jatuh dari perosotan. Akhirnya semua orang menghampirinya termasuk Pak Guru. Anna sendiri tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba nafasnya terasa sesak. Tahu-tahu ia sudah dibawa pulang karena pingsan.

Bibi Yoriko, orang tua angkat Anna tampak cemas. Meski begitu Pak Dokter mengatakan bahwa Anna sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia kemudian mengajak ngobrol Bibi Yoriko apakah ada sesuatu hal yang memicu asmanya kumat. Bibi Yoriko sendiri bingung menjawabnya sebab anak itu selalu menampilkan ekspresi datar. Maksudnya Anna jadi susah memperlihatkan emosinya. Ia sangat pendiam. Padahal saat kecil ia sangat periang. Tapi sejak usia 12 tahun ini, kepribadiannya agak tertutup. Ia selalu menyendiri dan menyibukkan diri dengan menggambar. Di sekolah tampaknya ia diabaikan teman. Bibi Yoriko pun berkesimpulan bahwa mungkin ini ada hubungannya dengan Anna yang tak ada hubungan darah dengannya. Anna memang diambil dari panti asuhan karena yatim piatu. Bibi Yoriko pun jadi merasa bersalah karena tidak tahu bagaimana cara mengembalikan Anna yang periang seperti dulu. Sementara suami Bibi Yoriko sedang bertugas ke luar kota. Jadi Bibi Yoriko menjadi kelimpungan sendiri karenanya. Agar kesehatan Anna lekas membaik, maka Pak Dokter pun menyarankan Anna untuk berlibur dulu ke suatu tempat yang udaranya bersih selama beberapa waktu. Bibi Yoriko pun mengirimkannya ke tempat Paman dan Bibi Oiwa di desa dan cuti sekolah dulu untuk sementara waktu. 

Esok harinya, tepat jam 07.03, Anna sudah berada di kereta cepat yang akan menuju ke Kushiro. Sebelum pintu kereta tertutup, Bibi Yoriko berlari ke arah Anna dan menjejalkannya sekantung plastik cemilan dan buah jeruk untuk bekal Anna di jalan. Anna pun menerimanya dengan ekspresi datar. Ia malah berpikir apakah Bibi Yoriko merasa terbebani dengan kehadirannya sehingga Anna akhirnya dikirimkan ke desa untuk sementara waktu. Tapi ternyata itu hanya pikiran buruk Anna. Sebab sebenarnya Bibi Yoriko amat menyayanginya. 

Singkat cerita, kereta pun berjalan diiringi dengan harapan dari Bibi Yoriko agar sepulangnya dari tempat Bibi Oiwa, Anna sudah lebih sehatan dan pulang dengan hati gembira. 

Kereta cepat terus melintasi jalur lintasannya di sisi padang rumput penuh bunga-bunga dan alam pedesaan. Langit nampak cerah dengan angin kecil yang berhembus. Anna memandang jendela dengan pikiran menerawang. Ia memang selalu menyembunyikan ekspresinya. Seolah susah untuk memperlihatkan emosinya yang sebenarnya. 

Tiba di tempat tujuan, Paman dan Bibi Oiwa sudah menjemputnya di stasiun. Anna mengangguk hormat dan diajak naik ke mobil. Mereka duduk berdempetan karena mobil dipenuhi dengan belanjaan Bibi Oiwa. Wanita paruh baya itu berharap agar di desa asma Anna segera sembuh. Mereka lalu melintasi jalanan kota, sungai yang indah, sisi pelabuhan, dan silo yang ada di atas bukit. Paman bilang silo adalah tempat untuk menyimpan makanan ternak. Dulunya dipakai tapi sekarang sudah tidak lagi. Anak-anak desa menggunakannya untuk tes keberanian. Tapi Bibi Oiwa memperingatkan agar Anna menjauhi tempat itu. Mereka pun terus melewati jalanan halus beraspal sampai akhirnya mencapai rumah kayu dengan halaman penuh kebun sayur cantik seperti tomat, terung, dan lainnya. 

Anak-anak Bibi Oiwa sudah dewasa semua sehingga pindah ke kota. Bibi Oiwa sangatlah ramah. Ia merendah dan bilang rumahnya jelek. Tapi Anna mengatakan rumahnya bagus. Ia lalu dibawa Bibi Oiwa ke kamar putrinya di lantai atas. Saat membuka tasnya, tak sengaja Anna menjatuhkan sejumput amplop berisi kartu pos yang ada di dalamnya. Rupanya Bibi Yoriko yang memasukkannya. Ia menuliskan agar Anna bisa mengabarkan apa saja dan mengirimkannya lewat kartu pos kepadanya. Kata Bibi Oiwa, jika kita mendapatkan kartu pos, maka isinya harus dibalas dan dikirimkan ke pengirimnya untuk saling bertukar kabar. Anna hanya mengangguk saja. 

Setelah Bibi Oiwa turun ke bawah, Anna membuka pintu balkon kamarnya. Di sana ia mendapati pemandangan yang sangat indah. Kota pelabuhan terlihat dari atas dengan air laut berwarna biru jernih. Sementara sekelilingnya adalah pepohonan dan padang rumput hijau. 

Keesokan harinya, Anna pamit ingin mengirimkan kartu posnya ke Bibi Yoriko di Sapporo. Ia diberitahu jalan pintas oleh Paman yaitu bisa melewati hutan kecil dan rawa-rawa. Setelah mengeposkan kartu posnya, di belakangnya muncul seorang ibu dengan putrinya. Anna langsung berlari karena malas berinteraksi dengan orang asing. Tak tahunya ia malah terjungkal dan mendarat di depan padang rawa-rawa. Setelah bangun dari jatuhnya, burung-burung camar terbang berhamburan dan ia pun takjub dengan pemandangan yang ada di depannya. Di ujung rawa, terdapat sebuah rumah yang kelihatannya sudah cukup tua bangunannya. Anehnya, 1 ruangan di lantai atas terlihat seperti bercahaya. Padahal yang lainnya mati lampu. Anna pun tergerak hatinya untuk mendekat. Dicopotnya sepatunya itu, dan ia pun berjalan melintasi rawa-rawa yang airnya masih surut. Saat sudah mendekati rumah tersebut, ia melihat ada anak tangga menuju ke atas. Ternyata rumahnya sangat besar. Tapi pintunya sudah lapuk semua. Ia mengintip dari balik jendela, keadaan di dalam sudah kosong melompong. Saat melongok ke atas, satu ruangan yang menyala tadi tiba-tiba sekarang sudah mati. Tahu-tahu hari sudah sore dan ia bangun dari tidurnya. Namun saat akan kembali ke seberang, betapa terkejutnya ia karena air di rawa sudah pasang. Sebuah perahu kemudian datang mendekat dan memberikan Anna tumpangan untuk kembali. Pemiliknya adalah seorang kakek tua berwajah angker yang sangat pendiam. Ia tidak berbicara sepatah katapun tapi tetap mengantarkan Anna ke tepian. Anehnya saat melihat ke arah rumah tepi rawa lagi, Anna mendapati satu ruangan itu menyala kembali. 

Setibanya di rumah Bibi Oiwa, ia pun diberi tahu bahwa air di rawa bisa begitu karena kekuatan bulan. Bibi Oiwa juga terkejut bahwa Toichi San mengantarkan Anna dengan perahunya. Katanya, orang tua itu sebenarnya baik. Hanya saja tidak banyak bicara. Paman bilang sebaiknya Anna menjauhi rumah rawa karena ada hantunya. Tapi Anna bilang ia seperti melihat ada seseorang tinggal di sana. Bibi Oiwa pun menjelaskan bahwa dulunya rumah itu memang digunakan untuk peristirahatan orang-orang barat pada akhir pekan untuk liburan. Tapi lalu berpindah tangan beberapa kali dan sekarang dibiarkan cukup lama kosong tanpa penghuni. 

Malamnya, Anna bermimpi melintasi rawa lagi. Diantara pekat kabut, ia melihat ada seorang gadis berambut pirang sedang disisiri nenek tua di depan cermin. Paginya ia terbangun dan menjadi kepikiran. Saat Paman dan Bibi sibuk berkebun, Anna pamit ingin menggambar ke suatu tempat. Ternyata tujuannya adalah padang rumput di tepi rawa. Di sana ada rombongan anak SMP di desa itu yang sedang memunguti sampah. Sementara di sisi dermaga, Toichi San sedang memasang umpan untuk memancing. Anna meminta ijin ingin menggambar di perahu Toichi San. Toichi San pun menyanggupi. Rupanya ia ingin menggambar rumah di tepi rawa. Malamnya, ia tidur dengan sketsa yang sudah jadi di sisinya.

Keesokan harinya, saat Anna pamit ingin menggambar lagi, Bibi Oiwa minta ditunggui karena ia mendapat pesanan lampion dari Kadoya San. Anna pun diminta menemaninya karena Kadoya San ingin bertemu dengannya. Wanita itu memiliki putri yang setahun lebih tua dari Anna. Namanya Nobuko. Sayangnya Nobuko sedang kursus hari itu. Saat ketiganya bertemu, Kadoya San tertarik dengan hasil sketsa Anna. Ia ingin sekali melihatnya, tapi Anna merasa malu dan bilang bahwa gambarnya masih jelek. Tapi kemudian Kadoya San menyarankan supaya Anna mengikuti festival Tanabata bersama Nobuko besok. Bibi Oiwa juga merasa itu adalah ide yang bagus. Kebetulan ia juga masih menyimpan yukata putrinya yang ia pikir akan manis sekali di badan Anna. Setelah itu Anna pamit menggambar dan sejujurnya ia malas disuruh pergi ke festival. Ia sangat enggan berbaur dengan anak-anak seusianya karena minder. 

Anna pun kembali ke rawa. Tapi Toichi San tidak ada. Tak disangka di arah yang lain ia melihat seorang wanita sedang sibuk melukis. Arah matanya juga ke rumah rawa. 

Tiba-tiba diantara kabut Anna terbangun. Ia sudah berada diantara rerumputan tepian rawa. Dan ia melihat lagi gadis berambut pirang itu disisiri oleh seorang nenek tua di depan cermin. Anna terbangun lagi dari mimpinya. Ternyata di sana sudah disiapkan yukata warna merah jambu untuk Anna kenakan di festival Tanabata. Padahal Anna tidak suka pergi ke acara seperti itu. 

Tapi akhirnya, Anna pergi juga. Dengan membawa lampion, terpaksa ia berjalan diantara anak-anak lainnya. Salah satunya adalah Nobuko. Nobuko ternyata anaknya agak kepoan. Ia tanya Anna banyak hal sehingga Anna merasa risih. Puncaknya, saat tiba di pohon permohonan, dengan cepat Nobuko menyambar dan membacakan doa yang Anna tuliskan. Tapi kemudian Nobuko bingung dengan isi doanya. Karena isinya adalah Anna ingin menjalani hari hari yang normal ke depannya. Nobuko pun bertambah kepo dan minta dijelaskan artinya. Anna pun lama-lama menjadi kesal. Ia marah dan tiba-tiba pergi begitu saja sambil menangis. Ia sedikit tersinggung dengan kata-kata Nobuko yang mengatainya sesuatu di sana. Anna makin merasa rendah diri, minder, suka murung, dan semakin membenci dirinya sendiri. Ia pergi ke rawa sambil tergugu. Saat akan berbalik pulang, tiba-tiba ia mendapati perahu Toichi San sudah ada di pinggiran. Tidak ada pemiliknya sih. Tapi Anna jadi ingin menuju ke rumah rawa. 

Saat di tengah rawa, tiba-tiba dayungnya mandeg. Perahu terus melaju dan takutnya menabrak dinding dasar rumah rawa. Tapi sebelum itu terjadi seorang gadis berambut pirang tiba-tiba keluar dari rumahnya dengan memberikan tali agar bisa menghentikan perahunya. Anna pun selamat. Dan akhirnya ia bisa melihat gadis berambut pirang itu berdiri di depannya dengan jelas. Matanya biru. Parasnya sangat cantik. Ia bilang Anna jangan berkata keras-keras nanti kedengaran orang rumah. Anna kemudian diajak masuk ke rumah. Dengan tergesa ia menaiki tangga sampai hendak terjatuh. Tapi untung saja si rambut pirang menangkapnya dengan sigap. Ia bilang pada Anna bahwa ini bukan mimpi. Baru saja berbincang sedikit, tiba-tiba pintu depan dibuka orang tua si gadis pirang. Ia pun segera menggamit tangan Anna untuk bersembunyi. Ia bilang sudah saatnya ia kembali ke kamar. Biasanya memang jam segini ia sudah harus ada di kamar. Tapi malam ini ia akan mengantarkan Anna sampai ke seberang. Ia sengaja menjemput Anna dengan kapal kecilnya itu yang ternyata bukan milik Toichi San. Mereka pun mendayung bersama di bawah sinar rembulan. Ia bilang, tolong berjanjilah bahwa mereka akan menjadi rahasia selamanya. Anna pun mengangguk. Mereka kemudian saling menggenggam tangan. 

Tak disangka setibanya di muka rumah, Kadoya San mengadukan sikap Anna yang mengatai Nobuko saat di festivall tadi. Beliau marah-marah dan meminta Bibi Oiwa lebih memperhatikan perilaku Anna. Tapi ternyata Bibi Oiwa tidak terpengaruh omongan nylekit Kadoya San. Ia lebih percaya pada Anna. Ia pun mengajak Anna masuk ke rumah agar Anna lekas membersihkan diri, makan dan istirahat. 

Anna ternyata menggambar sketsa si gadis pirang dengan sangat mirip. Sorenya ia menuju ke rawa lagi. Dan air sudah pasang. Gadis itu sudah datang menjemputnya dengan kapal kecil. Anna sangat gembira. "Naiklah! Waktunya piknik!" katanya. Ia sudah membawa bekal kue dan jus. Anna juga diajari mendayung oleh gadis itu. Dan baru kali itulah ia memberitahukan namanya adalah Marnie. Mereka kemudian menepikan kapal dan memainkan permainan saling memberikan pertanyaan pada diri masing-masing. Setelahnya Marnie mengajak Anna ke pesta dansa yang diselenggarakan di rumahnya. Awalnya Anna merasa segan karena ia takut melihat banyak orang. Tapi kemudian Marnie meyakinkannya dengan mendandani Anna sebagai si gadis penjual bunga berselendang ungu. Anna pun akhirnya mau. Ia bertemu dengan orang tua Marnie yang menyapanya dengan ramah. Tapi setelah itu Marnie berdansa dengan seorang anak laki-laki Jepang hingga Anna merasa tersisih. Setelah pesta usai, Marnie mencari Anna di halaman. Marnie menghibur Anna yang tadinya merasa terabaikan. Keduanya kemudian berdansa di bawah sinar rembulan dan berjanji akan selalu bersama dan saling menganggap saudara. Tapi tak tahu kenapa tiba-tiba Anna sudah ditemukan oleh penduduk lokal dalam keadaan pingsan dengan sepatu hilang satu pada bagian kakinya. Ia pun diantarkan pulang ke rumah Bibi Oiwa. Dan esoknya saat kembali ke rawa satu sepatunya ia temukan di atas kayu pancang yang ada di situ. Dan karena air rawa surut, ia ke rumah rawa dengan mudah. Sayangnya rumah itu kembali seperti saat pertama kali ia melihatnya. Kosong, lapuk dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Ruang yang semalam tampak megah untuk pesta dansa berikut hidangannya sudah tidak ada. 

Anna menjalani hari-hari di rumah Bibi Oiwa dengan hambar. Memang sih ia senang dengan suasana rumahnya yang nyaman apalagi Paman dan Bibi Oiwa juga sangat ramah. Sayangnya sejak seminggu tidak bertemu dengan Marnie, Anna merasa kesepian. Ia pun datang lagi ke tepian rawa. Di sana ada wanita pelukis yang tempo hari dilihatnya. Wanita itu melihat gambar sketsa Anna dan mengatakan bahwa gadis yang digambarnya tampak familier di matanya. Ia juga memperlihatkan lukisannya yaitu lukisan rumah rawa yang sangat indah. Selain itu ia juga memperkenalkan diri sebagai Hisako San. Ia bilang ia jatuh cinta dengan rumah rawa itu. Begitu pula dengan Anna. Tapi Anna kemudian bilang bahwa sudah seminggu Marnie tak menemuinya. Ia takut Marnie marah padanya. Tapi Hisako San menasihatinya, jika teman baik ya temui saja nanti juga akan berbaikan sendiri. Selain itu ia juga menyarankan agar Anna cepat-cepat menyelesaikan gambarnya karena sebentar lagi rumah rawa itu akan mendapat penghuni baru karena sekarang sedang dipugar. Kaget mendengar hal itu, Anna mendekat lagi ke rumah rawa. Tak tahunya, di kamar lantai atas seorang gadis cilik melihatnya. Saat Anna akan berlari tiba-tiba gadis cilik itu memanggil Anna : Apakah kau yang bernama Marnie?

Wah apa yang sebenarnya terjadi ya. Siapakah Marnie sebenarnya. Dan mengapa ia selalu datang di mimpi Anna dengan matanya yang berwarna sama dengan mata Anna? Bagaimana sebenarnya misteri dari rumah rawa itu ? 

Rumah di tepi rawa

Anna yang pandai menggambar


Menonton film ini biar kata temponya lambat, tapi gambarnya terasa 'hidup', terutama saat setting pedesaan di sekitar rumah Bibi Oiwa (karena kebanyakan slice of life cirinya begitu ya). Kebun sayuran, suasana stasiun, lintasan kereta, rawa-rawa dan semuanya. Setiap detail digambarkan dengan sangat indah. Aku suka banget melihat sayur-sayurannya di kebun Bibi Oiwa. Tomatnya terlihat merah dan lezat. Lalu adegan saat membelah semangka di dapur, kelihatan berair sekali, juga keheningan rawa-rawa. Atmosfernya seperti bunyi angin berdesir saat film My Neighbour Totoro pada hari hujan. Aku memang suka hal-hal detail. 

Endingnya juga sangat mengharukan, terutama saat diurai siapa itu Marnie dan apa hubungannya dengan Anna. Semuanya terjawab di part menuju akhir hingga Anna tahu kenapa Marnie begitu familier di matanya meski mereka baru pertama kali bertemu. Atau sebenarnya sudah? Atau Marnie hanya teman khayalannya saja? Semua nanti akan ada benang merahnya antara wanita pelukis bernama Hisako San, Si gadis cilik penghuni rumah rawa yang baru, dan juga Anna sendiri.

Film ini sangat pas dengan tema anak remaja yang sedang dalam fase pencarian jati diri seperti Anna. Anak di usia ini (usia belasan tahun) sejatinya harus tetap didampingi dan diberikan kasih sayang yang utuh agar tidak merasa kesepian dan ujung-ujungnya merasa diri tidak berharga. Apalagi jika di lingkungan pertemanan atau sosial diabaikan. Beruntung, dalam lingkup keluarga, Anna memiliki orang-orang yang tulus menyayanginya tanpa tapi. Mereka menerima segala kelebihan maupun kekurangan Anna apa adanya. Toh sebenarnya anak seperti Anna hanya ingin mempunyai teman ngobrol saja untuk berbagi suka maupun duka, canda maupun tawa. Yang beruntungnya ia temukan langsung pada diri Marnie. Siapakah Marnie itu sebenarnya. Langsung saja tonton filmnya ya, dan jangan lupa siapkan tissue saat melihat endingnya ^_______^