Selasa, 22 Maret 2022

Review Buku : Orang-Orang Biasa, Andrea Hirata






Alkisah di satu kota kabupaten bernama Belantik, 2 orang polisi berpangkat Inspektur bernama Rojali dan bawahannya Sersan P. Arbi kerap termangu meratapi papan tulis statistik di kantor mereka. Pasalnya kota ini sangat minim kasus kejahatan. Penduduk aslinya cenderung main aman. Mereka lebih suka menyelesaikan segala macam permasalahan dengan jalan kekeluargaan. Bukannya dengan cara kasar atau adu jotos. Mereka doyan humor dan tak suka melanggar hukum. Jika mereka miskin, mereka bersahaja. Jika mereka kaya, mereka tak rakus. Papan tulis statistik angka kejahatan jadi sering berkutat di angka nol. Tidak bisa diubah menjadi diagram batang, diagram kue cucur, atau grafik naik turun. Orang menyebut Belantik sebagai kota ukuran sedang paling naif sedunia, kota yang penduduknya telah lupa bagaimana cara berbuat jahat. 



Judul : Orang-Orang Biasa
Penulis : Andrea Hirata
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 1 Maret 2019
Jumlah Halaman : 262 halaman
Lebar Buku : 30.5 Cm
Panjang Buku : 13 Cm
ISBN : 9786022915249


Maka dari itu Inspektur Rojali dan bawahannya Sersan P. Arbi ya kadang-kadang rindu juga dengan teriakan : "Angkat tangan! Jangan bergerak?!" Sayangnya amat jarang yang melaporkan kasus jadi ya terpaksalah mereka hanya bisa duduk-duduk, ngobrol-ngobrol, ngopi pagi, sambil mengetikkan surat kelakuan baik atau SKCK bagi para pelamar kerja dan mendengarkan musik dangdut. Sungguh sangat menjemukan karena sebenarnya Inspektur Rojali ingin sekali beraksi sambil melantunkan quote bijak ala-ala idolanya Shah Rukh Khan saat bermain di drama India favoritnya, terkhusus di moment-moment heroik seperti saat menyelamatkan korban dengan tanpa menanggalkan kacamata hitamnya. 

Di lain tempat, beberapa alumnus sekolah yang dulunya berpredikat paling tidak pintar di kelasnya sehingga kerap dihukum guru dan tidak naik kelas tengah bergelut dengan kesusahan hidup masing-masing. Membanting tulang saban hari demi sesuap nasi dan mengempani anak bini. Ada Rusip pimpinan CV Klino yang memperkerjakan teman sekolahnya Nihe dan Junilah walaupun sifat keduanya tak ada etos kerja sama sekali, lalu Sobri sang sopir mobil septik tank, Tohirin yang kuli angkut tepung di pelabuhan, Honorun sang guru honorer yang anaknya 6~masih kecil-kecil semua lagi, Salud yang berkecimpung di dunia galian (baik kang gali parit, sumur, hingga lubang kuburan). Dinah sang penjual mainan kaki lima yang kerap dikejar polisi pamong praja, Handai yang suka berandai-andai dan bercita-cita jadi motivator ulung sayangnya tidak kesampaian, juga Debut Awaludin yang paling idealis diantara ke-9 kawannya yang lain yang kini mendirikan kios buku murah bernama Heroik. 

Permasalahan muncul ketika anak sulung Dinah, yaitu Anita eh Aini yang punya impian meneruskan kuliah di Fakultas Kedokteran dan terpaksa tersendat biaya pendaftaran padahal ia sudah lulus tes masuk dengan nilai sempurna terutama di pelajaran matematika. Hal tersebut bukannya tanpa apa-apa, sebab semula Anita eh Ainita...eh salah Aini ini pusing betul setiap diajar pelajaran matematika oleh gurunya yang galak Ibu Desimal. 

Menuruni nasib ibunya Mardinah atau lebih akrab disapa Dinah yang dulu sering disetrap ibu Desimal sang guru matematika killer yang kini saat tua pun masih mengajar anaknya Dinah, maka Aini bertumbuh menjadi pribadi yang pantang menyerah. Ia terus belajar bahkan minta diajari di waktu-waktu khusus dengan trik tertentu sampai ibu guru sepuh itu luluh dan mau mengajari. Hal ini rupanya dipicu oleh musabab meninggalnya sang ayah yang terkena penyakit dalam karena gagal dirujuk ke dokter ahli atau tidak bisa menebus obatnya lantaran kemiskinannya. Dasar nasib berada di garis itu, sementara sang ibu harus berpeluh-peluh mencari nafkah, akhirnya Aini sempat break sekolah dan merawat ayahnya ini sebelum menghembuskan nafas terakhir. Dari situlah Aini terpantik semangatnya agar bisa menjadi dokter ahli suatu hari nanti. Padahal uang masuk sekolah dokter amatlah mahal. Duit dari mana? Itulah pertanyaannya. Maka bak mendapat ilham entah dari mana, ke-9 rekan ibunya akhirnya memutuskan untuk bahu-membahu meringankan beban yang ada dengan jalan merampok. 

Tapi keinginan hanya sekedar keinginan. Karena sama sekali belum berpengalaman merampok, jadilah keinginan mereka untuk membantu seorang anak miskin yatim yang pintar untuk menembus Fakultas Kedokteran universitas ternama itu terasa sangat mustahil. Mereka malah terlihat seperti keledai yang memanggul ketololan masing-masing. Waktu kecil mereka lugu, dewasa malah makin dungu. Padahal sejak kecil mereka sendiri yang selalu menjadi korban penindasan dan pembulian dari Trio Bastardin dan Duo Boron yang setelah dewasa tetap saja lebih makmur sebab yang terakhir punya pabrik es di pasar ikan. Sementara Trio Bastardin pengusaha, wakil rakyat, dan PNS yang ternyata diam-diam punya bisnis gelap money laundry berkedok Toko Batu Mulia. 






Lantas berhasilkah niat 9 orang kunyuk yang semasa sekolah paling dihapal sebagai penghuni bangku paling belakang ini membantu anak teman mereka untuk kuliah di Fakultas Kedokteran? Terlebih Inspektur Rojali dan Sersan P. Arbi menjadi tergugah  semangatnya setelah diinfokan oleh seorang mantan napi maling kambuhan bernama Dragonudin bahwa pada suatu hari akan ada perampokan, walaupun belum diketahui secara pasti dimana dan pelakunya siapa. Tetapi hal tersebut bertepatan pula dengan kedatangan mantan napi kakap lainnya yang baru turun dari kapal feri yaitu Kwartet Mul. 

Apakah Dragonudin yang tukang mabuk dan agak ceroboh ini dapat dipercaya informasinya. Karena semakin lama ia semakin terobsesi memata-matai dan membantu tugas kumendan. Dari sini Inspektur Rojali jelas jadi kepikiran. Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah ini yang dinamakan sebagai naluri polisi? Terlebih sebelumnya ia juga sempat bermimpi didatangi idolanya Shah Rukh Khan jadi hasrat melantangkan quote sakti itu muncul, menggebu-gebu ingin ia lantunkan karena sendirinya sudah lelah hanya sering mengetikkan SKCK. Ia ingin menjadi polisi dengan aksi (meskipun kendaraannya hanya motor bebek tua butut). Lalu sanggupkah ia mengurai segalanya?

Merampungkan buku ini dalam sekali duduk sejujurnya amatlah mengesankanku. Aku dibuat sering tersenyum getir saat membacanya. Seolah dalam kepalaku langsung terputar film. Film yang lebih mengarah ke genre action-commedy-crime dibalut dengan pemain watak yang pro dan mumpuni. Asli tiap penokohan yang ada dalam buku ini berhasil memukauku sebagai pembaca. Ya, aku terpukau karena keluguan dan kenaifannya yang menjadi-jadi. Bahasanya satir, ironi, kadang berlebih-lebihan atau hiperbola, tapi itulah khas-nya Andrea Hirata yang dalam hal ini kuakui jos. 

Andrea adalah tukang cerita yang pandai. Iya berhasil menghidupkan peran yang mampu membawakan alurnya begitu comic. Ini adalah tentang kegetiran hidup dibalut komedi satir. Banyak sekali cerita tentang wong cilik yang disajikan dengan humor satir tapi bikin manggut-manggut kepala. Banyak juga sempalan-sempalan cerita yang membuatku haru sekaligus mata menghangat. Tentang keluarga, profesi, dan kesetiakawanan. Terutama bagian yang paling kusuka adalah part dari Inspektur Rojali yang juga memiliki seorang putri yang bercita-cita tinggi sebagai perawat (jangan-jangan namanya adalah Pratiwi...eh?? #candaaaa) Ia yang sendirinya dihimpit banyak tanggungan tapi ingin sekali melihat senyum putrinya itu menggapai impian. Maka di suatu hari saat putrinya yang sering dipanggil kakak itu hendak naik kapal feri untuk tes sekolah keperawatan, dengan sentuhan humor tapi haru itu ia antarkan kakak ke pelabuhan. Sebelumnya ia juga sempat belikan kakak jilbab sebagai kenangan manis antara ayah dan anak. Dari situlah kacamata Shah Rukh Khannya tak ia lepas karena ia akhirnya mewek juga saat adegan 'dadah-dadah'. Tapi beberapa hari kemudian saat kakak telepon dan menyatakan kegagalannya masuk sekolah keperawatan, maka adegan selanjutnya adalah tak kalah mengharukan. Walaupun sempat dibimbangkan oleh pilihan apakah kakak akan dialihkan ke sekolah swasta dengan uang pangkal beryuta-yuta, dipersiapkan untuk kompetisi beasiswa, atau mendaftar sekolah kejuruan yang lebih murah, tapi pada akhirnya kakak memilih kembali ke Belantik dan meneruskan SMA di sana, yang ndilalahnya ngepasi budget orang tua...sungguh anak yang pengertian. Inspektur Rojali ini juga terkenal dengan hatinya yang lurus melebihi lurusnya marka jalan karena beberapa kali hendak disogok, tapi ia tidak goyah juga.....yah walaupun di masa pensiunnya nanti ia akan kelimpungan sendiri mengumpulkan modal untuk membangun kedai kopi impiannya bersama istri. Tapi toh menjadi jujur adalah bukan hal yang salah. Ga tau kenapa aku kadang sering senyumnya itu pas partnya Inspektur Rojali. Ada saja bagian lucu dan trenyuhnya.  Coba tebak aku terbayang siapa dengan adanya figur inspektur Rojali ini? 😝😁




Terakhir aku dibuat terkesima oleh bagaimana Pakcik Andrea Hirata meramu ending ceritanya. Ending yang tidak terduga sampai bisa dibilang aku kehilangan kata-kata. 10 orang yang tadinya digadang-gadang kacrut melakukan aksi perampokan, justru di ending malah menyisakan kesan yang membuatku berpikir agak keras. Asem kenapa jadinya jenius begitu? Keren sih menurutku!!!






11 komentar:

  1. Jarang ada memang kota yang angka kriminalnya diangka Nol melulu. Seandainya ada cuma dinovel karya Andrea Hirata.😁😁


    Lalu kira2 berhasilkah 9 Anak Kunyuk yang mencoba menjadi perampok agar bisa membantu sahabatnya dengan memaksakan untuk kuliah difakultas Kedokteran.😳😳

    Jawabannya nggak tahu? Ingin harus baca bukunya lebih detail yaa mbul.🀣🀣🀣

    BalasHapus
    Balasan
    1. iYa kang satria, yuk baca novel andrea hirata juga, salah satu penulis best seller asal Bangka Belitung Kang hehehe....

      Hapus
  2. Salah satu bacaan favorit aku iniii .. alurnya kadang konyol tapi sarat makna.
    Pahit getirnya orang orang pinggiran yang sangat biasa diceritakan tidak dengan haru biru penuh air mata. Bener ,pakcik andrea memang membuat terkesima. Gaya bahasanya santai ,kadang humor,tapi bikin nangis pilu juga. Campur bawur pokoknya.

    Lanjut baca dan review Guru Aini, mbak mbul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Mbak Dewi, dulu banget pas masih SMA Mbul baru baca laskar pelangi, edensor, ama sang pemimpi...eh sekarang takjub karena buku Andrea Hirata udah ada banyak. Selain Orang-Orang Biasa Mbul jadi pingin baca Sirkus Pohon en Padang Bulan

      (´✪Ο‰✪`)♡

      Iyap setub..setuju sama pendapatnya Mba Dewi, gaya bertutur novel-novel Pak Cik ini khas banget dipenuhi pengandaian dan humor satir. Tapi pesti ada bagian-bagian yang bikin angies ughaaa πŸ₯ΊπŸ˜­πŸ˜±πŸ˜³

      makasih rekomendasinya Mbak Dewi

      (❁´◡`❁)

      Hapus
    2. Sirkus pohon juga baguusss banget mbak mbul. Padang bulan juga oke. Coba juga Ayah, duuh mengharu biru tiap bacanya.

      Saya itu jadi makin banyak baca karya Andrea soale tiga tahun ini didapuk jadi kepala perpus mbak, gratisan bacanya hehe
      Saya juga cenderung baca dulu agar bisa tahu bukunya safe tidak dibeli untuk anak SMA. Dan buku buku karya Andrea Hirata memang terbukti cukup safe untuk katagori bacaan anak sekolahan.
      Sukaaa deh lihat anak muda macam mbak mbul suka membaca :)

      Hapus
  3. Baca nama inspektur nya yaitu Rojali kok malah jadi ingat dengan lagu dangdut.

    Rojali oh Rojali
    Aku cinta padamu
    Dengarlah dulu kan ku jelaskan
    Jangan begitu cepat engkau marah

    🀣🀣🀣

    Sepertinya cerita mulai seru sejak Anita eh Aini pengin jadi dokter ahli dan ke-9 rekan ibunya mulai menyusun rencana untuk melakukan perampokan agar Anita eh Aini bisa jadi dokter ahli.πŸ˜„

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe...lagu siapa itu mas? Mbul belum pernah dengar 😁


      mas agus harus baca Orang-Orang Biasanya Andrea Hirata Mas, mas agus pasti suka gaya bahasanya beliau karena humor satir seperti cerpen cerpen mas agus. Jadi ingat foto profil picture mas agus kan laskar pelanginya andrea hirata, apa mas agus ngefans andrea hirata mas? 🀭

      Hapus
  4. judulnya ada dalam kurung aka slash Mandi Susu 😳😱, maksudnya Rojali ( Mandi Susu), bener ga tuh?

    Bukan Rojali yang mandi susu tapi kang Satria mbul.😁

    πŸšΆπŸƒπŸ’¨πŸ’¨πŸ’¨

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakakakk ini pasti komennya mau balas balasan di komen atasnya, tapi ternyata komennya lompat ya mas agus? πŸ˜‚πŸ€£πŸ˜œ

      Hapus
    2. Perasaan aku klik balas kok, tapi tahu-tahu nongol dibawah.

      Apa mungkin blog ini ada penunggunya ya.😱😱😱

      πŸšΆπŸƒπŸ’¨πŸ’¨πŸ’¨

      Hapus
    3. nah loh jangan jangan penunggunya adalah mas agus ya hahahhahahaha

      😁

      Hapus

Panggil aja aku Mbul. Happy blogging ^___^ Tiada kesan yang lebih bermakna selain kehadiran Teman-Teman/Sahabat Blogger baik yang sengaja atau tak sengaja mampir. Semoga tulisanku bisa menghibur Teman-Teman semua. ΰΈ…(^・Ο‰・^ΰΈ…)