Rabu, 20 Mei 2015

Review Buku : The Hound of The Baskervilles, Sir Arthur Conan Doyle





Kematian Sir Charles Baskerville membawa kembali ketakutan akan legenda lama yang menjadi kutukan keluarga Baskerville secara turun-temurun. Tidak ada alasan apapun yang memungkinkannya sebagai korban pembunuhan. Tapi kematiannya terlihat sangat tidak wajar. Pada tanggal 4 Mei, Sir  Charles hendak pergi ke London keesokan harinya. Tapi malamnya, ia justru berjalan-jalan dan tidak kembali. Barrymore sang kepala pelayan pun mencarinya di tengah hujan sehingga jejak-jejak majikannya di jalan setapak sangat mudah untuk diikuti. Sementara itu, di tengah jalan terdapat gerbang yang mengarah ke rawa-rawa dimana hal tersebut mengindikasikan bahwa orang kaya itu berdiri selama beberapa waktu di sana. Setelahnya Barrymore kembali berjalan dan di ujung jalan itulah mayat Sir Charles ditemukan. Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada mayat namun ada sesuatu hal yang cukup meresahkan pada perubahan wajahnya. Sir Charles tergeletak menelungkup, jemarinya mencakari tanah, dan wajahnya memancarkan emosi yang begitu kuat hingga sulit dikenali identitasnya. Apalagi setelah dicek keadaan di TKP,  jejaknya berubah menjadi jejak lain seperti bukan jejak kaki manusia. Ya itu adalah jejak seekor anjing yang memiliki ukuran sangat istimewa. 

Judul : The Hound of The Baskervilles
Karya : Sir Arthur Conan Doyle
Alih bahasa : B. Sendra Tanuwidjaja
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2002
Jumlah halaman : 296 hlm, 18 cm
ISBN : 979-686-738-9




Dr. Mortimer selaku tamu yang berkunjung ke kantor Sherlock Holmes dan Watson menyampaikannya dengan serius. Ia juga mengkaitkan peristiwa ini dengan legenda kuno tentang Kutukan Keluarga Baskerville. 

Dulunya, Baskerville Hall dikuasai oleh Hugo Baskerville, seorang pria liar, kurang ajar, dan tidak percaya pada Tuhan. Ia memiliki selera sinting dan kejam yang membuatnya terkenal seantero Barat. Suatu ketika, berandalan tengik ini jatuh cinta pada putri rakyat jelata yang memiliki lahan pertanian di dekat lahan Baskerville. Tapi gadis manis pendiam seperti Mbul dan memiliki reputasi baik ini selalu menghindarinya karena takut. Hugo dan 5-6 kawannya pun lantas menyerbu lahan pertaniannya dan menculik sang gadis muda tadi sewaktu ayah dan abang sang gadis tidak ada di rumah. Ia kemudian membawa gadis itu ke hall dan mengurungnya di dalam kamar. Hugo dkk kemudian berpesta pora di bawah. Terang saja gadis malang itu sangat ketakutan apalagi para pria itu tengah berdendang, mabuk minuman, dan bersuara kencang. Ia kemudian memutuskan untuk kabur lewat jendela dengan menuruni tanaman ivy sambil merambat ke dinding lalu pulang menyeberangi rawa-rawa yang membentang di antara hall dan pertanian ayahnya. 

Singkat cerita, Hugo pun hendak melihat gadis yang diculiknya ke atas. Sayangnya setiba di kamar, korbannya itu sudah tidak ada. Ia pun murka dan ingin menangkap kembali gadis itu agar dapat memilikinya. Ia pergi dengan menunggang kuda bersama anjing-anjing yang dilepaskan dari kandang setelah sebelumnya menciumkan sapu tangan si gadis petani itu agar bisa dilacak keberadaannya. Hugo dkk pun berkuda selama 1-2 mil sewaktu bertemu dengan penggembala di tanah rawa. Penggembala itu jelas ketakutan karena melihat si gadis malang diburu anjing-anjing Hugo. 






Anehnya, tak lama kemudian kuda Hugo berderap mendekat tanpa penumpang. Mulutnya bahkan berbusa. Teman-temannya pun kebingungan. Apa yang terjadi dengan Hugo? Apakah ia berhasil menangkap kembali gadis yang dicintainya itu meskipun dengan cara yang kasar? Merekapun menuju ke rawa-rawa lebih jauh lagi dimana anjing-anjing itu berada. Hewan-hewan itu rupanya sedang bergerombol ketakutan di tepi lembah, sementara di depan sana, di area lerengnya...si gadis malang itu sudah terkapar tewas. Namun bukan pemandangan itu yang sejatinya menggoncang emosi mereka. Melainkan saat melihat kawannya Hugo tewas dengan digerogoti bagian tenggorokannya oleh sesuatu yang sangat besar ukurannya. Seekor mahluk hitam, besar mirip anjing, tapi lebih besar dari anjing manapun yang pernah dilihat manusia. Sanggupkah Holmes dan rekan duet mautnya Watson memecahkan misteri ini? Adakah keterkaitan antara legenda yang menewaskan Hugo dengan Sir Charles. Terlebih setelah kematiannya, ternyata Sir Charles meninggalkan warisan yang tidak sedikit untuk penerusnya yang terakhir yaitu Sir Henry Baskerville yang kini sedang dalam perjalanan dari Amerika menuju ke London. Belum lagi kejadian-kejadian aneh yang mengusik kedatangan Sir Henry. Surat kaleng yang berisi peringatan untuk menjauhi rawa-rawa, sepatu boots yang hilang di penginapan, juga penguntit. Orang-orang di Baskerville dan lingkungan sekitar rawa-rawanya sendiri bisa dibilang memiliki sesuatu yang sepertinya ditutup-tutupi. Kepala Pelayan Barrymore, Penghuni Merripit House dekat rawa-rawa yang juga pecinta lingkungan dan senang menangkap kupu-kupu Jack Stapleton, wanita cantik dan mempesona meskipun aslinya kalem sekali dan sering merasa insecure yang diduga adik Stapleton, Pak Tua Frankland dari Lafterhall yang pemarah dan suka mengintip rawa-rawa dengan teropongnya, juga desas-desus kaburnya seorang buronan berdarah dingin bernama Shelden.

Kalian akan dibawa berpetualang dengan bayangan  muramnya suasana Baskerville Hall dan rawa-rawa. Seperti saat aku membaca buku ini, yang selalu terlintas dalam benakku adalah betapa mempesonanya Sir Arthur menggambarkan London tua, jalanan di desa-desa dan tempat-tempat yang ada dalam novel. Beberapa digambarkan dengan sangat sendu dan seperti memberikan kesan pilu karena pengaruh legenda kuno yang menghantui Baskervilles. Aku sangat menikmati membacanya karena sejak awal blurb sudah seperti diajak bercanda dengan kengerian yang ditawarkan si anjing dan keluarga Baskervilles yang misterius. Apakah kita dituntut untuk percaya hal itu hanya sebatas takhayul ataukah ada sesuatu hal yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Semua ini pada akhirnya dapat terjawab melalui ending yang cukup menarik dan tidak dapat disangka-sangka sebelumnya. Must read

#PS : The Hound of The Baskervilles adalah buku crime pertama Sir Arthur Conan Doyle yang aku baca saat masih sekolah SD. Lumayan juga ya bacaanku kala itu, hahaha...Memang sebenarnya ini untuk dewasa, tapi kadang aku suka iseng aja baca buku tema apapun sambil curi-curi pandang dari orang tua. Bacaanku malah serial crime 😱😳😉. Detektif Sherlock Holmes pula. Ya, walaupun Agatha Christie masih tetap nomor satu sih di hati jika dibandingkan dengan bukunya Doyle, meski bisa dibilang buku Doyle yang ini juga tak kalah menarik ceritanya.

Buku ini kudapat dari Alm teman Bapak, yaitu Pak Basuki sudah dalam kondisi secondhand, dimana kali pertama itulah aku jadi tahu asal muasal nama Conan si Detectif karya mangaka Aoyama Ghoso yang lebih dulu kukenal ternyata terinspirasi dari nama Sir Arthur CONAN Doyle. Oh ya, aku memang sengaja rutinkan lagi meresensi buku ini di blog karena ingin memenuhi target baca 2022 yang kubuat tahun lalu. Ya, sekedar buat bersenang-senang dan hiburan. Meski ya mungkin model resensiku masih jauh dari blogger buku. Tapi tak apalah setidaknya aku dapat kepuasan karena setelah membaca buku yang aku suka aku bisa menuliskan kesan-kesannya di sini. 

Untuk tema bukunya sendiri bisa variasi, mungkin sekarang crime, kemarin cersil, lalu drama (fabel), kemungkinan besok horror, misteri, fantasy, romance, dan lainnya. Tapi sekali lagi aku mereview buku untuk hiburan belaka ya. Untuk The Hound of Baskervilles sendiri jika kalian tidak punya buku fisiknya, buku ini sudah tersedia di IPusnas lho. Jika kalian penasaran, silakan baca saja di situ. Akhir kata, sampai jumpa lagi di review buku selanjutnya ya. Bye bye!

Salam manies
Mbul