Oleh : (Mbul Kecil)
Assalamualaikum wr wb..
Usai mengunjungi Solo selama beberapa hari, Mbul dan keluarga melewati Yogyakarta saat arah pulangnya. Tadinya kami ingin melewati Semarang, Bawen atau Ambarawa, tapi ga jadi karena Om Nanang yang kala itu bertugas menyetir gantian sama Mas Suami ada janjian dengan teman kantor kami yaitu Pak Is yang sudah tiba lebih dulu di kampung halamannya di daerah Kaliurang. Sebab Om Nanang yang di plot satu gawean dengan Pak Is ada barang yang ketinggalan jadilah sekalian aja pilih Gudeg Yu Djum sebagai tempat ketemuannya.
Tiba di sini kira-kira sudah malam ya. Dan suasana Jogja begitu semarak. Banyak lampu kelap kelip dan rumah makan yang masih buka di bagian kotanya. Nah, di Gudeg Yu Djum ini juga lumayan laris pada malam-malam terakhir menuju Lebaran. Sesampai sana langsung aja kami pilih seat yang ada jok empuknya yaitu di deret pinggir mepet tembok. Emang ya Mbul sukanya yang mepet-mepet gegegek.
Sambil menunggu teman kantor kami datang mengantarkan barang Om kami yang ketinggalan, sembari itu pula para Bapak-Bapaknya langsung pesan menu. Pesannya nasi gudeg koyor, krecek, lauk ayam bagian kepala, telur pindang, dan sambal. Ga perlu waktu lama, langsung diracikkan semua dan diantarkan ke meja kami.
Oh ya, bagi teman-teman yang belum tau apa itu gudeg, sini Mbul jelaskan dulu apa itu gudeg. Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda. Atau biasanya kami sebut dengan nama gori atau thewel. Proses pemasakannya melibatkan bumbu tertentu dimana identiknya itu adalah ketumbar. Sudah begitu dimasak dengan santan hingga berjam-jam dan gula jawa hingga menghasilkan rasa yang manis dan tekstur daging nangka yang lembut alias gampang dikunyah karena proses pemasakan yang lama tadi.
Adapun Gudeg Yu Djum sendiri dirintis oleh Ibu Djuwariyah atau lebih dikenal sebagai “Yu Djum” sejak tahun 1951. Ibu Djuwariyah lahir dari keluarga yang terlebih dahulu punya bisnis kuliner gudeg. Sejak remaja, beliau bercita-cita membangun rumah makan gudeg miliknya sendiri. Awal merintis usaha, dengan telaten beliau menjual rumput untuk pakan ternak para tetangga yang berada disekitar rumahnya sebagai modal awal untuk membeli peralatan dan keperluan untuk memasak gudeg. Pertama kalinya beliau menjajakan gudeg buatannya di Kampung Widjilan (sebelah selatan Pelengkung Widjilan), dalam bentuk lapak kecil dengan meja dan kursi yang sangat sederhana, sedangkan dapur tempat memasak gudeg berada di Kampung Karangasem – Mbarek, Jalan Kaliurang KM 4,5 CT III/22. Beliau juga dengan kerja keras dan penuh semangat menjajakan dagangan gudegnya, dengan menggunakan becak pulang-pergi hingga terkumpul modal untuk membeli tanah dan rumah. Pada tahun 1985, warung makan Gudeg Yu Djum dibuka di Widjilan. Nah, yang di Widjilan ini Mbul dan Tamas dulu pernah nyobain makan dine in untuk pertama kalinya sekitar tahun 2015-2016 an sebelum take off ke Adi Sucipto.
Nama Yu Djum sendiri berawal dari para pelanggan yang sering memanggil Ibu Djuwariah dengan sebutan “Yu”. Sementara penggalan kata “Djum” sendiri adalah merupakan nama pendek dari Ibu Djuwariah. Sejak saat itulah usaha gudeg beliau mulai dikenal banyak orang termasuk orang di luar Jogja. Lalu pada tahun 1993, dapur utama yang terletak di Kampung Karangasem difungsikan sebagai warung makan untuk berjualan gudeg (Gudeg Yu Djum Pusat). Karena rasanya yang khas dan enak, maka usahanya makin berkembang pesat hingga bisa membuka cabang di beberapa lokasi.
Cabang dari Gudeg Yu Djum Pusat:
Jl. Kaliurang KM 4,5 CT III/22 Karangasem – Mbarek- Yogyakarta
Jl. Laksda Adisucipto Km. 8,7 (Samping Hotel Sheraton) Yogyakarta
Jl. Wates Km. 5,5 Ambarketawang Gamping, Sleman, Yogyakarta
Jl. Wonosari – Yogya Km.7, Gading Playen – Gunungkidul
Jl. Raya Jogja – Magelang (Depan SPBU Baledono)
Perpaduan antara si manis gudeg nangkanya, ditambah, pedasnya krecek juga telor pindang dan lawuh ayam berpadu jadi satu dalam porsian Gudeg Yu Djum. Nangka dimasak sekian lama hingga memberikan sensasi lembut yang legit menggigit. Kreceknya pun kenyal dengan kuah merah yang pedas menyengat. Adapun lawuh ayamnya memang bervariasi sesuai bagian potongan tubuhnya. Di sini yang digunakan adalah ayam kampung ya, tapi memang ayam kampung yang besar. Mungkin ayam jantan kali ya. Karena beberapa bagian kepala ada jambulnya hehehe. Nah, si lawuh manisnya ini ternyata ga sendirian sebab dia ditemani telur pindang yang putihnya berwarna gelap karena bumbu baceman yang legit. Sumpah tuh telor pindang dalam baskom cantiknya ga ketulungan hihihi.
Mbul sendiri jika disuruh memilih ya paling suka sama gudegnya. Tipikal manis agak kering tapi ada arehnya. Santan yang putih itu loh. Wenak deh. Kalau bagian kepala, telor pindang, dan kreceknya itu hanya sebagai pelengkap sih. Jadi Mbul paling suka jika gudegnya dibanyakin. Dan jika yang lain tidak pakai itu tidak masalah. Minumnya seperti biasa teh panas manis. Untuk daftar harganya sendiri sudah ada dalam foto ya. Bisa dicek sendiri. Alhamdulilah mam gudeg Yu Djum di malam menjelang Lebaran terasa nikmat. www.gembulnita.blogspot.com
Okey, kiranya segitu dulu updateanku kali ini. See you and bye bye!
2 komentar:
Kalau aku sama Gudeg biasa saja mbul tapi kalau lagi lapar bangat yaa habis juga gue lahap.🤣🤣 Tapi kalau keseringan malah segan jadinya makan Gudeg, Karena mungkin terlalu manis kali yee...Meski sekarang ada juga Gudeg yang pedas sesuai selera.😊😊
Kalau di Padang dulu ada sejenis Gudeg warnanya agak kemerahan tapi bukan Gudeg sebenarnya.
Tepatnya Sayur Nangko.😁😁 🤣
Tapi suer lho enak dan pedasnya nampol banget ketimbang sayur Nangka yang ada dirumah makan Padang di Jakarta rasanya biasa2 saja.
Gudeg saya ngga begitu suka, beberapa kali dikasih sama teman ngga saya makan tapi saya kasih ke orang lagi. Rasa manisnya itu di lidah jadi terasa aneh.
Komentar baru tidak diizinkan.