Senin, 20 Juni 2022

Review Buku : Red Leaves, Thomas H. Cook



Sinopsis Red Leaves, Thomas H. Cook

Oleh : G Nita

Eric Moore mulanya hanyalah seorang pemilik toko cuci cetak biasa di kawasan Wesley. Hidupnya normal layaknya orang tua pada umumnya. Ia tinggal bersama seorang istri yang tampak menarik, Meredith dan anak laki-laki mereka Keith. Abangnya Warren (Paman Keith), sempat menumpang sebentar di rumahnya saat dalam masa penyembuhan pinggulnya yang patah pada akhir September lalu. Ia menempati kamar Keith yang ada di lantai atas. Ia hanyalah pria menyedihkan sejak masa kecilnya dulu. Selalu diejek sang ayah, diacuhkan sang ibu, hingga sekarang saat dewasa pun kelakuannya masih seperti bayi. Tipe lelaki yang suka mencari simpati dan kekanak-kanakan. Ia doyan merengek, juga betah membujang. Tidak punya anak dan juga istri. Sehari-harinya ia habiskan untuk minum minuman beralkohol usai mengerjakan aktivitas mengecat rumah-rumah warga. Badannya gemuk dan juga gombyor. Ia sering mengantar Keith ke tempat cuci cetak karena Keith punya tugas mengantarkan foto yang sudah dipigura. 




Saat pinggul Warren sudah pulih, ia kembali menyendiri di 'sarang bujangannya' di sebuah rumah dengan jendela kecil persegi yang menghadap langsung ke arah lapangan bermain sekolah dasar. Sedangkan keluarga Eric berada di satu rumah yang bisa dibilang di tengah hutan. Rumah yang dibangun dari kayu kuno kasar dan langit-langit yang ditopang balok-balok tebal. Pekarangannya dipenuhi pepohonan dan semak belukar. Ada sebuah pohon yang menjadi kesukaan Eric yaitu pohon maple jepang yang ia tanam di sudut gang. Rantingnya dipenuhi daun-daun yang saat matahari bersinar, ada semburat merah jambu yang menerobos lewat celah-celahnya. Indah sekali. Sebuah driveaway melingkar-lingkar panjang juga ada di sana. Lebih tepatnya driveaway tersebut berada sebelum mencapai depan rumah. 

Suatu kali, saat Eric sedang tidur-tiduran di kursi, telepon di rumahnya berbunyi. Ternyata dari Keith. Rupanya anak itu sedang bertugas menjaga gadis kecil bernama G di rumah keluarga Giordano. Usai menidurkan anak manis itu, ia bilang akan keluyuran sebentar bersama beberapa orang teman. Sebelumnya ia juga memesan pizza di Nico's Pizza. Baru setelahnya, mengebel ayahnya ke rumah. 

Semula Eric heran dengan pernyataan putra remajanya itu. Sebab selama ini ia dikenal sebagai anak yang sangat pendiam. Tak pernah sekalipun ia terlihat mempunyai teman. Ia adalah anak lelaki yang pemalu, kurus, pucat, kikuk, suka menyendiri, dan mudah terluka. Ia seperti tak memiliki ketertarikan terhadap apapun. Jadi begitu mendengar Keith akan bertemu teman-temannya, maka Eric berpikir bahwa itu baik. Lalu ia bertanya kapan Keith akan pulang. Katanya sebelum tengah malam. Eric pun berkata okey. Yang penting jangan sampai terlambat karena Meredith akan marah. Setelahnya Eric beranjak ke tempat tidur. Dan saat Meredith pulang, mereka sempat bersenda gurau mengenai putra mereka yang sudah beranjak remaja. Mereka menebak-nebak apakah Keith akan memiliki seorang pacar atau menjadi Peeping Tom (Tom si Pengintip). Setelahnya keduanya pun mengantuk. Tapi yang tertidur hanya Meredith. Eric tak bisa tidur. Ia hanya bolak-balik memandangi wajah istrinya yang tampak lebih muda dan bersemangat akhir-akhir ini. Sampai akhirnya, ia mendengar suara derum mobil berhenti di ujung driveaway lalu mobil itu kembali ke jalan. Eric menuju jendela dan ia melihat Keith berjalan menapaki driveaway. Ia masuk ke rumah, naik ke atas dengan melewati tangga. Saat akan membuka pintu kamarnya, Eric menyapa Keith, namun anak itu tampak menegang aneh. Bagian bawah kemejanya kusut. Ia segera pamit untuk tidur dengan tergesa. 

Esoknya, telepon sialan itu berbunyi. Dari Vince, ayah gadis kecil bernama G yang malamnya dijaga Keith. Vince mengabarkan sesuatu yang mencengangkan! G hilang. Tidak ada di manapun. Gadis kecil putri pasangan Vince dan Karen, pemilik toko hasil bumi yang masih satu kota dengan Eric. Vince percaya Keith melakukan sesuatu terhadap gadis manis itu. Ia kemudian memanggil Detektif Peak dan Krauss untuk menginterogasi Keith. Kamar Keith pun digeledah. Ternyata ditemukan hal-hal kurang menyenangkan yang bisa memberatkan Keith. Sesaat sebelum G hilang, di bawah jendela kamarnya ditemukan beberapa puntung rokok Marlboro yang tercecer di sana. Merek rokok yang sering dihisap Keith. Juga isi foto-foto yang ada dalam komputer Keith. Foto apakah itu?

Sebagai seorang ayah, nalurinya untuk melindungi terus menguasai batin, tapi ia juga ragu dengan putranya itu. Terlebih karena pribadi Keith yang penyendiri dan memiliki masalah dengan harga diri sesuai dengan profil pengidap tertentu. Benarkan putranya adalah seorang paedofilia? 




Review Red Leaves, Thomas H. Cook

Red Leaves karya Thomas H. Cook seperti membungkamku tanpa ampun dengan menasbihkannya sebagai genre suspense yang cantik dan memikat. Bahasanya indah. Puitis yang nyaris menyentuh di setiap bagian. Metaforanya acak. Tapi jalinan kata per katanya indah. Begitu enak diucapkan. Begitu deras mengalir bagaikan air. 

Aku juga dibuat terkecoh dengan bagian endingnya. Apakah G benar-benar hilang? Ataukah ia bisa ditemukan lagi dalam keadaan selamat? Atau justru ia meninggal dunia? Apakah ada yang meninggal lainnya selain G? 

Permainan pacenya di awal-awal terbaca lambat seperti adegan slow motion dalam sebuah film, ketegangan yang dibangun tidak langsung brutal ditampakkan di awal. Tapi sedikit demi sedikit dibangun mulai dari cerita profiling masing-masing tokohnya sampai saat G dinyatakan hilang. Jenis ketegangan yang ditulis rapi dan justru dari situlah terasa lebih mencekam. Bagaimana penulis menceritakan sedikit kisah dari keluarga Eric saat kecil yang menyita perhatian, dimana ada cerita kelabu juga di sana. Tentang ayahnya, ibu dan adik kecilnya Jenny yang meninggal dalam waktu berdekatan, juga Warren yang selalu saja begitu dari dulu hingga kini. Setelahnya baru profiling Eric saat dewasa, begitu pula Meredith, dan tentu saja Keith. Warren juga lagi-lagi dihadirkan. Baru setelahnya banyak tokoh lainnya yang lumayan menjadi kejutan hingga saat semua dihubungkan akan menjadi sebuah benang merah yang menggelisahkan. Ya, benar kata New Mystery Reader Magazine bahwa buku ini menggelisahkan. Kita seperti diseret masuk ke dalam ceritanya. Sebuah potongan-potongan kelabu yang menggelisahkan. Bagaimana merasakan menjadi Tuan Moore. Bagaimana akhirnya hati menjadi sangat bersimpati pada Keith yang dituduh melakukan sesuatu yang tak ia lakukan. Bagaimana mencoba menata hati dengan permainan psikologis yang dialami oleh masing-masing pemainnya. Semua ini berhubungan dengan paranoid. Terutama yang terjadi pada tokoh utamanya yaitu Tuan Moore. Ia antara ragu dan tidak harus mempercayai putranya. Karena Keith bersikeras tak melakukannya. Bahkan sampai membentur-benturkan kepalanya ke tembok karena saking frustasinya dituduh ini itu. Tapi apakah benar kata-katanya. Karena sungguh kejam jika tuduhan itu disangkakan padanya andai ia tak melakukannya. Salah-salah ia yang tak bersalah bisa depresi atau bahkan berakhir dengan lebih parah lagi yaitu suicide. Begitulah kejamnya difitnah/dituduh. Sungguh efeknya bisa sangat menyedihkan. 

Singkat kata, buku ini benar-benar gloomy dan susah dilupakan. Thomas H. Cook adalah penulis yang mampu menggetarkan hati para pembacanya, untuk genre suspense sekalipun. Must read!




2 komentar:

  1. Kalau baca awalnya sepertinya ceritanya lambat ya. JAdi pembaca wajib sabar mengikuti alur cerita. Ini bisa gawat buat pembaca gak sabaran kyk akoeh yg akan lgsg nengok halaman belakang :))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. mba rie....mbul pun hihihi
      aslinya aku ga tahan tahan pengen buka halaman akhir...liat endingnya gimana....si gadis kecil itu meninggal apa bisa kembali dengan selamat..lalu bagaimana dengan Keith ...siapa yang menghilangkan gadis itu hwahahha....aku beneran terkecoh...tebakanku di awal salah dan ga sama ama akhir cerita yang sesungguhnya dari buku ini....mantab

      akhirnya setelah 2 hari ngebut bisa kurampungkan bacanya menjelang bobok mba riii wkwkkwkw...

      Hapus