2 November 2016, Hari terakhir di Bali sebelum take off ke Soeta...uhm...sedihnya....#dadah-dadaaaah ama Bali. Sampai jumpa lagie di lain waktu hihihi. Kali ini tujuan terakhir kemana? Pertama Bali Pulina. Karena eh karena Beby Mbul itu mau nengokin luwaknya. Nah, Bali Pulina itu ekowisata kopi dimana salah satu produknya berupa kopi luwak. Makanya ada luwaknya pula yang ditangkarkan. Berhubung Beby Mbul suka sama luwak yang kumisnya unyu, maka ga ada salahnya dong kalau Mbul mampir ke sana.
Sebenernya sih kami random aja direkomendasiin oleh Pak Wayan yang jadi tour guidenya. Tapi karena katanya ada pemandangan terasering atau sawah yang bertingkat-tingkat mirip ama yang di Tegallalang, maka kami pun okay. Walau kami jarang banget ngupi sih di rumah. Lambungnya bisa ngambek kalau num kupi wkwkwk. Sebab tiap kali ngupi langsung deg-degan ini dada berdebarnya minta ampun...dug dug dug gitu. Jadi kami emang ga pernah ngupi. Ya ke sini ini karena pengen sinau saja tentang perkopiannya Bali Pulina kayak gimana, walau ga medang kopinya secara langsung selayaknya coffee lover, tapi lebih ke ngeteh. Yuk lah, bawaaaa Beby Mbul bertemu dengan si kumis unyu luwaknyoooow...ahaghaghag....
Menempuh perjalanan usai check out dari Grand Mega Resort and Spa, di Denpasar, akhirnya siang kami menuju area Bali Pulina. Letaknya sekitar 7 km sebelah utara Ubud tepatnya di Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Agak jauh memang. Sekitar 3 jam dari kota ..tapi yang jelas areanya udah masuk dataran tinggi, dan di situ banyak terdapat terasering. Jadi di bawah ada kebun kopinya, nah di atasnya ada tempat untuk mimik kopi sekaligus melihat pemandangan alamnya. Kopinya diproses mulai dari awal sampai akhir. Bahkan kandang luwak beeserta isi-isinya juga ada di bawah. Karena kan luwak mam buah kopi yang merah-merah itu ya. Lalu proses selanjutnya pupnya si luwak itu bijinya masih utuh. Nah, itu tuh dicuci lalu dijemur selama seminggu. Abis itu kulit si kopi dipisah dan disangrai. Prosesnya bisa nyampe 45 menit. Pakenya wadah yang terbuat dari tanah liat.
Biji kopi yang telah disangrai (kurang lebih 10 menit) selanjutnya akan dijadikan bubuk kopi kasar. Habis itu akan disaring lagi dan kemudian diolah jadi kopi produkan akhir.
Nah, para wisatawan nih termasuk Beby Mbul dan juga Kamase bisa banget nyicipin 8 jenis kopi dan teh hasil dari kebon Bali Pulina itu sendiri. Jadi nanti akan ada nampan panjang terbuat dari kayu yang diisi 8 cangkir kopi dan juga teh secara berurutan. Mulai dari lemon tea, ginger tea, ginger coffee, ginseng coffee, chocolate coffee, pure cocoa, vanilla coffee, dan pure bali coffee. Ini gratis ya. Tapi kalau mau beli lagi bisa...kurang lebih percangkirnya itu tahun 2016 Rp 50.000. Tapi berhubung kami ga isa ngopi, jadi icip-icipnya setegukan duang. Seteguk-seteguk itu juga ga semua cangkir sih. Sebab kayaknya terlalu strong. Bagiku yang bukan peminum kopi, ga terlalu bisa lambungnya. Tamas pun sama...Beliau egak ngupi. Rokok juga egak. Makanya sedikit aja dah cukup. Yang dihabiskan cuma tehnya aja. Kalau ga salah lemon tea ama ginger teanya. Itu enak karena diseruputnya pas masih anget. Jadi perut masih welcome. Gulanya juga dikit sih ibaratnya sak-crutan aja. Jadi ga terlampau kemanisan. Alias manis samar, tapi malah enak dan bikin nyaman. Sebenernya yang paling Mbul suka emut-emut itu yang ada di leyehnya tuw. Yaitu cemilan kentang goreng yang diserut menyerupai kentang yang biasa dijadiin lauk, kentang mustofa. Nah ini enak banget. Apalagi diseruputnya sambil liat rice terraces yang ijo cantik menyegarkan mata. Subhanalloh indahnya.
Nah, dikarenakan lokasinya lumayan dekat dengan Tegalalang, akhirnya sekalian aja abis pamitan dari situ langaung ke tekapeh. Medannya emang udah penuh dengan terasering dan di sepanjang pinggirannya banyak yang menjual kerajinan tangan termasuk busana berenda-renda yang Mbul pengen...terutama white crochet crop topnya yang renda-renda putih campur krem. Hmm...berasa manis kali ya kalau Mbul pake itu ya sambil golar-goler di tempat tidur...hahahhaha.. pas banget buat santai di rumah, hihihi. Selain itu banyak pula lukisan dan souvenir lainnya.
Nah, bawahnya udah berupa Tegallalang yang merupakan sawah berundak indah banget dengan hamparan padi yang masih menghijau. Memang cocoknya ke sini sebelum musim panen, jadi padinya masih menghijau, belum menguning hihihi...
3 komentar:
Aku keBali terkahir Agustus 2018 mbk..wooow lama banget wwkkk..tapi foto"ku masih banyak tersimpan..enti kapan"buat postingan lagi yg jalan"..ð
Kopi luwak rasanya gimana mbk Mbul.
Aku palingan kopi luwak white kopi sasetan ð
Kalau yg asli belum pernah..karena secangkir kecilnya aja lumayan mahal yah
wkwkkw....ayo post ugha mba heni..mbul kalau udah tulis cerita tiyep perjalanan mbul ke blog rasanya udah lega ðĪ
kopi luwak cuma seteguk...waktu itu agak pahit...soalnya aku ga isa mimik kopi pait...biasanya cuma nyruput yang pake gula hahhahahha...itupun ga habis karena mataku bisa jreng jeng jeng melek mpe pagi kalo udah neguk kopi mba...ga isa bobok kan gawad.
iya kalau aku juga sukanya luwak white kopi sachetan yang legi mba hahahhah
aku ga beli cuma nyoba yang gratis itupun seteguk aja...yang kuhabiskan lemon tea nya aja yang seger ð☕
wadduhh mbak mbul kecil udh ke bali ya.. mantapp ð
Posting Komentar
I'm Mbul. Thanks for visiting here and dropping by. Your comments are always appreciated. Happy blogging āļ (^・Ï・^āļ )