Gerimis Kecil di Atas Atap ^______^

Hallo Assalamualaikum...

Pagi tadi di tempatku sudah diguyur hujan. Angin dingin bertiup kencang menerbangkan beberapa kelopak melati dan dedaunan tanaman yang kami tanam di atas atap. Semuanya masih pada terlelap. Selimut dan guling serasa hangat untuk didekap. Aku sendiri bangun paling pagi karena mendengar bunyi ayam jantan berkokok dari kampung sebelah yang terlihat menyembul dari balik pagar pembatas komplek. Belum membikin susu, tapi aku berjalan sebentar ke arah depan~dengan tangan masih bersedekap, mata baru bangun tidur tapi sudah gosok gigi, dan bibir pun sudah lembab bersemu merah jambu~sedikit. Ingin ku menengok anggrek bulan unguku dan anggrek putihnya Tamas yang kami hunting di Pasar Minggu, Jakarta Selatan kemarin. Awalnya kami hanya sowan ke tempat sedulur di daerah Lenteng Agung, tapi pulangnya langsung kepikiran anggrek...

"Bagaimana kalau kita ke anggrek saja Dek?" Begitu saran Tamas padaku yang lantas kusambut dengan anggukan patuh. Ya, sekedar untuk isi-isi atap teras. Setidaknya untuk akhir-akhir ini sih. Begitu dibuatkan taman mungil di, atas, hasratku akan bercocok tanam tiba-tiba membara...hohoho....

Ya aku sih mau.... sekedar untuk hobi baru, karena atap sekarang jadi tempat favorit. Kalau sudah lelah dengan gawean, sembari menunggu matahari redup, ngadem sebentar di sini....sukaaa... Memandang langit yang bersih warna biru dengan gumpal-gumpal awan seperti kapas...Sesekali angin berhembus membelai pipiku yang tembem... dan segala obrolan hangat pun dimulai. Ah, aku senang mengobrol di sini. Apalagi saat hujan turun, biasanya sisa airnya yang mengalir turun ke parit kecil yang ada di bawahnya membuatku merasa itu seperti sebuah grojokan. Bunyinya banter banget karena lumayan tinggi. 

"Kenapa ga dipanjangin sekalian aja sih pipanya ke bawah Amas?" tanyaku pada Beliau yang langsung dibalas dengan ledekan. "Yo ben koyo munine aer terjun nuw, kan ben Tiyem ga perlu meng aer terjun maneh, umahe dewe wes koyok grojogan hahhahah....." Namun karena hujan lumayan lama, maka tadi pagi ketika terdengar bunyi seperti benda terkena angin, maka mikirku langsung tertuju pada kedua pot anggrek tadi. Benar saja, saat kakiku sudah mulai memijak lantai paling atas dari atap yang sudah kuyup karena sisa gerimis, keduanya jatuh bertindihan.... segera kurapikan lagi pot-pot tersebut pada tempat semula supaya enak dilihat.

Tak banyak tanaman dan kembangan ada di sini. Tapi perlahan-lahan mulai kami kumpulkan. Beberapa ada yang dikasih Kokoh samping rumah Aquatica pacira (yang candanya Tamas juga si Om Tjie Kang artinya pohon duit LOL, tapi tentu saja itu hanya sekedar filosofi semata)  juga jeruk. Pak Tukang juga ikut menyumbang diantaranya kelapa gading dan jambu kluthuk walau pohonnya pendek karena ditanam dalam pot. Esoknya, minggu demi minggu mulai kami lengkapi dengan compacta, melati jasmine, sepatu, sepatu tumpuk, cemara, anting putri, wijaya kusuma, soka, terang bulan, anggrek, mawar, dan jambu madu deli. Wah....jambunya udah nongol 1. Imut merah masih semi kehijauan. 

"Tapi...tapi...kok pas maren Mbul ditinggal dines itu, nganu wijaya kusumane mekar ya Tamas...tapi sakniki kok wijaya kusumane kuncup malih. Apa wijaya kusuma khusus memekarkan diri di hadapan anak manis seperti Beby Mbul aja ya 😂?"

"Hmmmm....mosok tow?"

"Ntuw liad aja...fotonya pas mekar ada di blog Embul..."

"Hohoho..."

"Berarti bener kan wijaya kusumane mekare di hadapan Bebih Mbul doang hhahahahhahah, kalau ama Amas malah mingkup....berarti kesimpulane adalah......."

#jitakin Mbul rame-rame.

"Haiss...ura ah..."

"Urak gimana???!"

"Mbul ura manis, tapi lebih ke legit... legite koyok ...marmut..."

Hmmmmb...(bukannya Mbul koyok terweluw? wkwkwk)

"Pokoke siro ki sing penting ayem, ayem atine. Gede atine. Digedekke mentale. Sing jembar segarane, kepiye wong olehe mengometari awake dewe,  ga perlu digagas kabeh....Jupuken sing apik, buang sing olo. Sebab mbuh koyo ngopo kahananmu taktompo awakmu opo anane. Sing ngerteni awakmu ki awake dewe tow. Wong liyo ga ruh opo-opo. Sing penting awake dewe nek matur karo konco, tetangga, pokoke sopo ae ki sing apik-apik...sebab ajining diri dumunung soko ing lathi. Tapi sing paling penting maneh sih, sing pengen takliat saben ndina mung senyumanmu."

"Hmmm....mosok sih?"

"Yo he em. Lan setunggal malih, samparan iki lho sing siap dipijiti, setiap hari wkwkwkk....itu baru ❤"

"Hmm...ngoten tow?"

"He em."

"Nek siro senyum ki istilah jowone ngerti ra Dek?"

"Nopo niku?" 

"Eseme pait madu. Legit banget, makane jo sering ma....nyun wkwkwk"

"Asem iiikh!"

"Wes ndang disirami kembangane Embulllll!!!"

Okaaaay...

Dan obrolan random pagi pun berakhir karena saatnya diri ini bersih-bersih dengan perawatan kulit yang aku punya. Kemarin sebelum mampir beli anggrek di Ragunan, aku sempat liat ada lulur dan facial foam Sari Ayu favoritku yang rasa buah langsat di rak Indomaret. Karena penasaran aku ijin Tamas beli. Boleh, asal dipake dan dihabiskan...hahahha...Siyaap. Sebenernya facial foam aku suka beberapa. Ada Ponds carcoal ama rojukiss lotus yang wanginya lembut banget. Cuma ngeliat Body Care Sari Ayu varian buah langsat aku pengen coba juga karena aku suka produk Indonesia. Apalagi dulu aku pernah wawancara langsung sama Bu Martha Tilaarnya yang sama-sama asal Kebumen di kantor Martina Berto yang ada di kawasan industri Pulokambing, juga Mbak Wulan dan Pak Kilala generasi keduanya, jadi bagi aku produk Sari Ayu itu rasanya udah kayak terengage dengan baik di benakku. Udah melekat di hati istilahnya (walaupun ini aku ga iklan lho ya, memang beli sendiri karena suka aja). Itu untuk perawatan body aku ke bawah ya. Kalau untuk perawatan rutin wajah sampai leher, aku masih setia dengan wardah. Memang lagi cobain yang ungu ini setelah tahun lalu coba yang white secret. Tapi sejauh ini enak dan nyaman banget di kulit. Bikin pipiku serasa kenyal, bersih dan sehat...karena emang cocok-cocokan...Dan yang ini alhamdulilah cocok ^____^