Senin, 05 Agustus 2024

Mbul Maem di Ayam Bacem Goreng Mbah Tun Wirun, Kutoarjo



Assalamualaikum wr wb....
Siang itu, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB lebih sedikit. Usai ketiduran karena tepar pada hari sebelumnya, Tamas pun mengguncang-guncangkan badan demplon ini dan berkata, : "Dek, Siro arep maem neng Mbah Tun gak? Sholat Dzuhur ndisek..." tanyanya memastikanku yang berusaha membuka mata  sebentar lantas mengulet laksana kucing persia. Tak menunggu waktu lama bagiku untuk segera tersadar bahwasannya aku sudah ketiduran, saking pulesnya malah seperti bayi *bayinya bayi besar tapie hahahha...





Ke tempat Mbah Tun? Weteteteteddd!!!! Ditawarin seperti itu tentu saja aku mau. Karena sebelumnya aku memang belum pernah ke sini. Dan Tamas sempat mengiming-ngimingin diriku supaya rasan-rasan ayam bacem gorengnya Mbah Tun. Bulan sebelumnya, Tamas udah sowan sini dalam rangka menjamu konco kantor yang main. Ada Mas Agung Kecil, Om Nanang, Ponakan Bujang Mas Alba dll, pokoknya cowok-cowok deh, jadi Mbul ga nderek. Mana Mbul sempet didongengin pula tentang betapa legendnya tempat ini..... ditambah cerita tentang konsep warung makannya yang emang kesukaan kami banget yaitu warung makan klasik dengan resep masakan asli dari kalangan Mbah-Mbah. Wah siapa yang tidak kepingin?

Dari sepanjang cerita kulineran, kami emang lebih banyak mengunjungi warung makan klasik hasil resep tiyang sepah ketimbang yang kekinian. Ntah kenapa, kami cocoknya di tipikal masakan yang kayak gitu. Kalau makanan yang kekinian malah jaraaaaang banget, sepertinya bukan tipe makanan kesukaanku hahahaha... Emang masalah selera saja kali ya, dimana biasanya selera tiap individu itu berbeda-beda. Seperti halnya rekomendasi Tamas kali ini dimana aku udah lama pengen banget nyobain ayam bacem gorengnya Mbah Tun.






"Ada lalapan suring dan oseng kembang katesnya juga lho Dek..." Tamas tambah mempersuasi diriku supaya makin pengen. Tak heran tatapan mata Mbul mulai nenerawang. Terbayang dalam benaknya rasa juicy si ayam kampung yang diculke jadi notole makanannya dari alam bebas.
"Ada kursi panjang kayunya juga, koyo seng neng gone Opor Petruk Kemranjen kae lho Dek..." 
"Masaaaa?"
"Iyes..." 
"Lha Mbul waktu itu nda diajag kok...huft...padahal Mbul udah pend ikooot..."
"Yowes, ndang siki ganti klambi...jilbaban seng manis, trus budhal..."
"Ow gituw ya?"
"Lha yo iyo to Embulllll.....Nek gak cepet, gak sido lho...Bubuk meneh..."
"Eeeettttttt siappp mangkat, Mbul otewe ganti klambi..." abis itu Mbul masuk ke kamar dan ted ted teeteedd teteeeeeed....sampun ganti ageman dan krudungan yang manis #plaaak. Yagimana soalnya Mbul udah pengen dari kapan tau. Diajakin ke sana? Oh...tentu saja Mbul makin kepingin, hihi...Mbul itu suka maem ayam. Tapi yang ada legit-legit bacahnya gitu deh. Huhuhu...

Maka, pas ada kesempatan pulang kampung selama 4 hari kemarin, Mbul sempat diajakin ke Mbah Tun lagi biar paling ga Mbul pernah maem di sini nih. Jadi sehari sebelum besokannya balik kota lagi, Mbul otw Wirun karena emang lokasi warung makannya ada di Jl Kutoarjo km 5, Wirun, Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Kami jalan dari Pasar Kutoarjo ke arah-arah belakang, itu luruuuuuus terus lalu melewati Gunung Tugel. Abis itu bablaaaas lagi lanjut Mbruno dan sampailah di tekapeeeh. Persis di sisi kanan jalan dan berdampingan dengan area persawahan, Warung Makan Mbah Tun Wirun berada. 









































































































Dengan daun jendela hijau tosca yang dibuka dari arah samping, Warung Makan Mbah Tun Wirun ini menawarkan suasana klasik yang ngangenin seperti ketika kita dolan ke rumah Nenek. Halaman parkirannya luas, banyak terdapat spot untuk parkir kendaraan roda 4 maupun 2. Kalau dari arah depan, ruangan dibagi menjadi 2 yaitu yang utama untuk ruangan dengan bangku kayu panjang pada umumnya. Dan yang berikutnya adalah ruangan untuk lesehan. Sebenernya akan lebih terasa klasiknya andai nderek maem di ruangan dengan bangku kayu panjangnya karena di sekelilingnya terpajang aneka kalender yang menegaskan bahwa warung makan ini memang legend. Kalender yang dijajar-jajar berderetan memenuhi 1 sisi dinding. Maklum saja, sudah berdiri sejak tahun 80-an dan kini sudah diturunkan oleh generasi kedua. Karena Mbah Tunnya sendiri sudah sedo, jadi otomatis lanjut ke putranipun Mbah Tun-nya. 

Lalu di atas meja juga terdapat toples-toples bening berisi berbagai macam klethikan seperti peyek kacang, kerupuk kulit, dan kerupuk uyel atau kerupuk warung. Ada pula kelan atau sayur matangan yang terdiri dari terik tahu tempe, terik ayam, dan buntil. Buntil ini terbuat dari daun lumbu yang diisi dengan parutan kelapa dan klandingan berbumbu. Rasanya gurih pedes dan juga basah. Nanti dibungkus pake si daun lumbunya ini dengan cara ditaleni supaya isiannya aman tertahan di dalam. Kuahannya sendiri adalah bersantan. Jadi secara keseluruhan akan terasa pedas gurih yang cukup strong dipadu dengan lembutnya si daun lumbu itu tadi yang membungkus parutan kelapa di dalamnya atau biasa disebut pelas. Buntil yang enak bisa mengubah rasa gatal menjadi gurih dan nikmat. Jadi kalau kurang lihai membuat buntil, maka biasanya daun lumbunya itu bikin gatal. Tapi kalau lihai, semua akan berada dalam porsi yang pas. Tidak gatal sama sekali. Maka dari itu harus benar-benar diperhatikan bagaimana cara mengolah lumbu yang baik agar buntil yang dihasilkan enak, tidak bikin gatal. 






Selain terik dan buntil, ada pula kelan matangan lainnya yang biasanya berupa oseng-osengan atau bisa dikatakan masakan rumahan. Misalnya yang pernah Suamiku dahar adalah oseng kembang kates pada bulan sebelumnya waktu makan bareng Om Agung Kecil dkk. 

Adapun primadonanya sendiri yaitu ayam bacem kampungnya,  dia adalah berasal dari ayam kampung liar yang berbeda dengan joper atau ayam kampung jowo super. Yang ini ayam kampungnya adalah tidak ditaruh di kandang, jadi dibiarkan sobo cari makan sendiri. Dari sini tekstur dagingnya itu jadi terasa lebih empuk, berbeda dengan ayam yang di-pur, karena memang makannya itu notolin sendiri di alam. Saban hari kurang lebihnya sekitar 30 potong ayam kampung liar didatangkan ke sini dalam keadaan fresh lalu diolahi dan dimarinasi dengan bumbu-bumbu pilihan terutama bumbu khas baceman, baru setelah itu digoreng dadakan begitu ada pengunjung yang datang dan memilah-milah sendiri bagian mana yang dipengenin. Ayam dibagi menjadi beberapa bagian, seperti paha, dada, kepala, maupun ati ampelanya... Memang bentuknya imut-imut karena ayam kampung ya bukan ayam pedaging atau babonan broiler hahahha. Ayam bacem yang digoreng fresh akan mengeluarkan aroma yang wangi menggelitik penciuman karena masih ada tekstur basah-basahnya dan juga remah-remah bumbu marinasinya. 
















Untuk oseng kembang katesnya, kebetulan siang itu sudah habis, begitupula dengan lalap daun suring rebusnya karena memang udah jam-jam makan siang. Makanya kami pesan yang ada aja yaitu ayam bacem goreng, tempe goreng garit, lalap timun, sambel, juga terik tahu. Tak lupa es teh manis untuk menemani acara makan siang di tengah cuaca yang demikian hot ini. Diantarkan tak kurang dari 10 menit, kamipun lantas mendapatkan sambutan yang hangat serta nyemedulur sekali dari pemilik warung makannya. Keramahtamahan seperti ini membuat suasana makan terasa lebih nyaman, terlebih saat membayar pun nantinya masih berasa dibonusi lagi karena harganya yang memang terjangkau.

Ayam bacem goreng memang menjadi ciri khas ayam goreng Jawa Tengahan dimana teksturnya itu masih semi basah dan ada legit-legitnya gurihnya juga dari bumbu baceman. Begitu dipotek dengan kalem saja, daging ayam langsung lolos dengan mudahnya, mencirikan ayam dimasak dengan tingkat kematangan yang sempurna sehingga gampang dikunyah. Terlebih kulit luarnya yang mengkilat menggoda selera, sangat nikmat begitu dipertemukan dengan nasi hangat, sambel pedas, dan timun yang kranci dan juga segar. Sayang saja, suringnya sedang habis. Pasti kalau ada akan terasa lebih nikmat lagi, meski makan begini saja sudah lebih dari cukup. Sudah enaknya melebihi ekspektasiku. Dalam artian ternyata enaknya pake banget. Di lidahku itu cocok. Saking enaknya, ga kuragukan lagi untuk mengatakan bahwa ayam ini enaknya enaaaaaaaaaaaaaaaaaaak banget. Sampai a-nya agak panjang tuh hahhahah...Jadi kalau ditanya ayam bacem di sini recommended, aku bilang sih YES!





















































Sambel menggunakan pure rawit sehingga pedasnya itu bikin merem melek. Setelah diuleg agak kasar, sambel disiram dengan menggunakan minyak panas untuk memberikan kesan gurih. Pedesnya itu bisa dikatakan langsung hot jeletot banget sehingga aku mengambilnya dengan komposisi sambel dikit aja, nasi sakcawu'an, daging ayam dan kulit yang agak banyak, tak lupa slice demi slice timun yang menjadi penetralnya. Hmmmmm....terasa membuat kebayang terus bagaimana rasanya. Ternyata ayam bacem goreng bisa seenak itu sampai susah untuk dilupakan bagaimana cita rasanya. 

Review dariku :

Warung makannya klasik
Halamannya luas, bisa untuk parkir banyak kendaraan
Ada meja bangku panjang, ada pula lesehannya
Pemiliknya ramah dan nyemedulur sekali
Cukup legend dan terkenal seantero jagad Kutoarjo dan sekitarnya
Spesialis ayam kampung bacem goreng
Rasa ayam cocok banget sama selera Mbul, legit, gurih, nikmatnya susah dilupakan
Khasnya itu ada lalapan suring dan terik tahu tempenya
Sambelnya maknyus























Persia yang mirip ama Mbul (。・ω・。)






"Ayam Goreng Mbah Tun Wirun"
Jl. Kutoarjo km 5, Wirun, Kutoarjo, Purworejo
Jam buka : 09.00-18.00 WIB

Note : siro : sapaan kamu buat anak yang lebih muda ala-ala logat Kutoarjo-Purworejo

18 komentar:

Margaret D mengatakan...

All the flowers are looking beautiful, orchids are gorgeous. The food is looking good too.

Tom mengatakan...

...Dandang Jasmine Tea? It looks delicious!

Angie's Recipes mengatakan...

I miss those marinated chicken necks. Beautiful orchids and cute kitties!

uncle gedek mengatakan...

Lebatnya bulu oyen!

Kangg Mas Joe mengatakan...

haloo mba mbul, pa kabar nich.. aku kalo makan sama kepala nya. gak sanggup. rasa gak tega haha. Aku cuma makan sampai ke bagian leher doang

Indonesains.id mengatakan...

Tiap maen ke blog ini, rasanya aku penhen nanya, "apa mbul gak capek ya upload potonya buaanyaaaak bgt?" 🤔

Yonal Regen mengatakan...

Ayam goreng yang sebelumnya dibacem dulu tuh bumbunya suka kerasa banget sampai kedalam-dalam. Kebayang dah nikmatnya, ditambah tahu tempe, lalapan, plus sambel. Dahlah ngiler nih jadinya

carlos perrotti mengatakan...

Echaba de menos tus entradas, leerte, amiga Mbul, echaba de menos tus comidas, tus flores y gatos... en especial ese precioso minimo amarillo color de llamarada que se parece a mi Francisco.
Abrazo hasta vos.

carlos perrotti mengatakan...

Echaba de menos tus entradas, leerte, amiga Mbul, echaba de menos tus comidas, tus flores y gatos... en especial ese precioso minimo amarillo color de llamarada que se parece a mi Francisco.
Abrazo hasta vos.

Mbul Kecil mengatakan...

Makasih banyak Margaret, Mbul pecinta anggrek bulan atau yang warnanya purple
ฅ(^・ω・^ฅ)

Mbul Kecil mengatakan...

True Tom...Dandang Tea has a genuine taste...for me...Not sugary sweet, but more aroma and flavors that are reminiscent of sweet things :)

Mbul Kecil mengatakan...

Kayak sulak iya Uncle?

Mbul Kecil mengatakan...

Alhamdulilah kabar baik Mas Dodo Nugroho. Iya memang sesuai selera ya. Kalau kami memang suka bagian kepala ayam hehe

Mbul Kecil mengatakan...

Ga kok Mas Wawan. Kalau capek tinggal minta pijitin aja hahahahhahahha

Mbul Kecil mengatakan...

Thank's for your appreciation Carlos, My Friend. Your cat has a cool name, Francisco that remind me about a big town in USA, San Francisco 😊

Mbul Kecil mengatakan...

Marinated Chicken necks called as bacem ayam kampung goreng Angie, well known in Wirun Kutoarjo...

The orchids has a beautiful color...and the kitty has a same name with me, the Kitty is called as Mbul too...ฅ(^・ω・^ฅ)

Mbul Kecil mengatakan...

Terima kasih Sahabat Carlos atas apresiasinya. Sangat berkesan dan membuat semangat ngeblog dengan aneka kulinari lokal dari negaraku Indonesia...Juga pemandangan di pedesaan atau sudut sudut kota...dan kucing di atas, panggilannya sama sepertiku yaitu Mbul 😊

Mbul Kecil mengatakan...

Iya leres Mas Yonal. Kalau di Jawa Tengah ayam goreng tapi marinasi bumbunya lebih ke baceman Mas, kayaknya ada sedikit beda dengan marinasian ayam di Bumi Pasundan njih...jadi rasanya lebih ke manis gurih dan basah...tapi enak. Kalau di Ayam Goreng Mbah Tun Wirun ini tahu tempe gorengnya pas lagi entek entekan...jadi tinggal tempe goreng aja digoreng bumbu bawang tanpa tepung. Kalau tahunya dibikin kuah terik...wenak dan recomended menurut Mbul
(*・ω・ノノ゙☆゚゚

Posting Komentar

I'm Mbul. Thanks for visiting here and dropping by. Your comments are always appreciated. Happy blogging ฅ(^・ω・^ฅ)