Hallo Semua...
Assalamualaikum wr wb....
Berkutat saban hari dengan suasana perkotaan, kadang membuat pengen ngadem sejenak nengokin kampung halaman orang tua. Makanya ga heran, meski sesibuk apapun kami, pasti kami menyempatkan diri buat pulkam. Nah, klo udah sampe rumah tuh, pasti kami selalu dimanjakan dengan aneka hidangan nostalgic masa kecil yang enak-enak. Ya ga semuanya dalam bentuk dimasakin sendiri sih, tapi ada pula yang beli–dimana khususon dalam case aku tuh kuliner wajib yang meski aku cicipin sebelom balik adalah Sate Ambal.
Sate Ambal ini aku icipin pertama kali sejak aku masih bocah. Waktu itu (klo ga salah kelas 3 SD), kebetulan kan aku sedang libur sekolah, nah sebagai imbalannya–karena aku dan kakak uda cukup keras dalam hal belajar, maka bapak ibu yang kebetulan jarang libur itu tumben-tumbenan ngajakin kami piknik ke pantai. Tujuannya adalah Pantai Ambal, Bocor, dan Petanahan yang mana lokasinya berada di daerah selatan.
Ya namanya jarang liburan, maka begitu tercetus ajakan itu, kami langsung girang bukan kepalang. Pagi-pagi betul kami sudah bertolak dari rumah dengan mengendarai motor alfa butut milik bapak menuju daerah yang terus terang baru aku jumpai waktu itu juga. Jadi ga heran klo pandanganku begitu takjub khas kegembiraan anak-anak manakala ‘njanjah deso milang kori’ ke wilayah pesisir meski tahun tersebut hidup kami masih serba pas-pasan, (ya bayangin aja kami ke sana (boncengan motor 4 orang, wkkk). Sudah begitu, suasana desa Ambal yang kami sambangi kok ya pas banget kayak suasana di filmnya Totoro yang pernah kuulas di sini, hahaaaa. Orang sekitaran tahun itu, suasananya masih hijau dengan rimbun-rimbun bambu yang lumayan singub juga pohon melinjo di kanan kiri jalan, lalu pemandangan ternak sapi yang banyak menghias teras rumah warga (iya, Ambal tu terkenalnya kan emang banyak sapinya gitu sebagai salah satu bentuk investasi masyarakat selain mengandalkan mata pencaharian sebagai nelayan–sekarang pun klo aku perhatikan masih sih.
Sebenarnya waktu piknik itu, ibu uda prepare bekal dari pagi sih. Bawa nasi sama lauk tahu yang aku namai tahu kipas karena digorengnya pake model megar gitu. Sumpah nulisin ini tu sampe nostalgia gini hihi. Tapi ya namanya juga piknik alias refresing di luar, pasti kepengenan buat jajan ada aja kayak yang menimpa kami selanjutnya setelah seharian puas bermain pasir dan deburan ombak. Tiba-tiba aja ibu ngajakin kami mampir ke warung sate ambal yang ada di dekat situ sekalian nengokin wilayah penyuluhannya (karena kan posisi ibu yang emang seorang penyuluh ternak di desa-desa termasuk pula Kecamatan Ambal). Kata beliau, kalo pas lagi dines di sini, kantornya selalu ngajakin makan para karyawannya di sate ambal milik pelopornya yakni Pak Kasman. Wah mendengar hal itu, kami tentu aja seneng bukan kepalang dong. Soalnya kan selama ini jarang banget jajan di luar. Seringnya sih makan masakan ibu hehehe (namanya juga masih hidup susah, jadi apa-apa serba ngirit hihi).
Jadi singkat kata singkat cerita, kami sekeluarga akhirnya makan sate sebelum pulang. Ya, walau pas tahun itu yang kami dapati masih suasana warung tempo dulu dengan desain sederhana namun rasa yang tak lekang oleh waktu karena sampe sekarang aku masih setia menobatkannya sebagai sate paling enak versiku setelah mencoba berbagai macam sate dari seluruh penjuru nusantara. Rasanya tuh mudik belom lengkap sebelom ngicipin sate ambal dari tempatnya langsung ini.
Sate ini dinamai sate ambal karena memang asalnya yang berada di Desa Ambalresmi, Kecamatan Ambal, Kebumen. Kalo sering lewat Jalan Daendels pasti tau nih lokasinya ada dimana. Yup..,untuk pelopornya sendiri yaitu sate ambal asli Pak Kasman yang merupakan cucu dari Samikin (penciptanya), adalah berjarak 300 meter dari Pasar Ambal yang berada di Jl Daendels (penghubung antara Jogja-Cilacap). Warungnya lumayan gede dengan teras yang cukup luas untuk menampung pelanggan dengan kendaraan roda empat. Kapasitas muatnya untuk makan di tempat sekitar 50-100 orang. Ada bangku model biasa, ada pula yang model lesehan. Pelanggan bisa memilih sesuai selera nyamannya duduk di mana. Toilet dan tempat sholat juga tersedia, yang mana letaknya berdekatan dengan dapurnya tetep ada di si Pak Kasmannya ini. Secara uda legend gitu loh, ahaha…
Adapun yang membuatku ga bisa ke lain hati adalah karena sate ambal ini punya beberapa perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan sate lainnya. Untuk sate Pak Kasman, per porsinya terdiri atas 20 tusuk sate. Satu tusuknya terdiri dari 3-4 irisan daging serta tak lupa pula sejumput kulit ayam yang kenyal dan mengkilat. Potongan dagingnya pun bukan sembarang potong karena berasal dari ayam kampung yang diiris-iris rada gede sehingga dijamin bikin puas yang makan. Jadi bisa kubilang dia ga setipis irisan daging sate madura maupun sate maranggi. Padet tur rengket-rengket menurutku. Sebelum dia dibakar, irisannya dibaluri bumbu-bumbu yang kurang lebih terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemir, ketumbar, pala, kulit, jahe, dan kunyit yang telah dihaluskan. Selain itu rasanya juga manis legit berpadu jadi satu dengan guyuran sambal tempe kukus yang dicamput aneka rempah. Iya, sambalnya itu khasnya di tempe karena beda dengan sate-sate lainnya yang dominan memakai sambal kecap maupun kacang. Rasanya pun ga yang pol pedes, tapi ada rasa manis-manisnya berkat campuran gula merah. Uuuhhh, leziƬs !!
Sate ambal ini menjadi semakin lengkap setelah disajikan bersama ketupat yang boleh kubilang sepiringnya buanyaaak bener porsinya hahaha. Jadi kalo kamu ga bakal kuat ngabisin, aku saranin sih paroan aja.
Oh ya, sebenarnya di warung sate ambal milik Pak Kasman ini ga melulu menawarkan sate sih sebagai primadonanya, tapi juga ada produk anakan lain seperti sentra olahan Ambal yakni emping melinjo dan gula merah. Hal ini merupakan salah satu strategi bisnis juga yang turut melambungkan potensi kekayaan daerah yang ada. Jadiii, pelanggan yang bukan dari daerah setempat pulang-pulang bisa banget ngeborong oleh-oleh tadi