"Moga-moga sesuk bisa lahiran normal yo."
Kata-kata ibu tiba-tiba terngiang sejenak di kepala manakala aku dan Pak Su baru saja menerima 3 opsi tanggal lahiran yang harus dilakukan melalui operasi caesar. Aku dulu sering mendapatkan saran ini dari ibu (atau bisa dibilang doa untuk melahirkan normal) jauh-jauh hari sebelum mendekati hari H.
Alasannya kurang lebih masalah budget dan mungkin juga pemulihan pasca lahiran. Ibu uda pasti khawatir karena operasi caesar di kota (apalagi bawaan rumah sakit swasta pastilah mahal, sampai belasan juta, itupun untuk kelas yang paling bawah. Belum termasuk obat-obatan ya). Sudah begitu caesar itu kan identik dengan pemulihan yang lama, istilahnya enak di awal, namun kurang enak di akhir. Beda dengan normal yang sakit di awal namun enak di akhir....Ya, ini sih karena kondisi fisik maupun psikis tiap orang beda-beda ya, tergantung siapa yang menjalani.
Sebagai salah satu putrinya yang kini memutuskan untuk menjadi full time mom dan menggantungkan hidup dari nafkah suami (ini pun dilakukan demi fokus pada promil yang kala itu harus menunggu 'tiket hamil' hampir 3 tahun lamanya), kadang aku seperti sudah hapal betul dengan jalan pikiran ibu. Takut putrinya ini kekurangan finansial. Ya, wajar memang karena ibu mana yang tak khawatir dengan masa depan putrinya yang mendadak resign dan ingin fokus pada keluarga. Lalu sumber pemasukan hanya ada pada 1 kepala. Namun dengan komunikasi yang santun, aku dan Pak Su kerap memberikan pengertian pada beliau bahwa : sejauh ini kami baik-baik saja. Semua aman terkendali. Istilah jawanya ngayem-ngayemke pikire wong tua.