Sabtu, 20 Maret 2021

Review Rumah Makan Umaeh Inyong, Purwokerto


(Postingan 23 AUG 2019 aku naikin lagie)

Assalamualaikum wr wb...

Setelah lega karena berhasil membooking hotel di Java the Heritage, Purwokerto, ba’da magrib, perut kami mulai terasa keroncongan. Maklum saja, perjalanan panjang dalam rangka mudik balik ini memang biasa dihantui oleh rasa lapar yang teramat sangat akibat malas mencari tempat makan on the spot yang belum tentu rasanya. Jadi, mumpung udah dapat hotelnya nih, yaudah, malamnya kami putuskan untuk berwisata kuliner saja di dekat-dekat hotel.



Lalu kemanakah kaki ini akan melangkah? Mas bilang sih kenapa kami ga mencoba saja makan di restoran ‘Umaeh Inyong’ yang berada tak jauh dari situ? Sebelumnya memang beliau sudah searching-searching terlebih dahulu mengenai wisata kuliner apa yang sekiranya enak di Purwokerto? Lalu ketemulah kami dengan review Umaeh Inyong yang mewakili tempat makan ala-ala Purwokerto Banyumasan. Aku sendiri tadinya ga ada bayangan sama sekali tentang konsep tempat makannya kayak apa. Tapi berhubung Tamas cukup antusias dan berani menjamin bahwa makanan di sana enak, yaudah aku ngikut aja. Katanya sih tempatnya cakep. Terus bisa banget buat foto-foto. Kan lumayan buat nambah-nambah konten

Karena kupikir juga perut udah lapar banget, yaudahlahya aku nurut aja. Yang penting rasanya enak, harganya murah, hahhahahaha….













Selepas magrib, kami meluncur ke Umaeh Inyong yang berada tak jauh dari lokasi hotel Java The Heritage, tempat dimana kami menginap. Alamatnya di Jl. Jend. A. Yani 47, Purwokerto Utara. Ancer-ancernya : sebelum kampus IAIN/STAIN Purwokerto. Atau kalau dari arah alun-alun kota Purwokerto, silakan masuk ke jalan masjid, lurus terus ke utara, baru habis itu sampai jalan Jend. A. Yani, nah dia ada di kiri jalan sebelum kampus IAIN Purwokerto.

Bangunannya itu berupa rumah tua peninggalan Belanda. Warnanya putih dan di depannya terdapat plang bertuliskan gede-gede yang berbunyi : Umaeh Inyong, yang merangkap sebagai sentra oleh-oleh Purwokerto-Mbanyumasan. Berdasarkan informasi yang aku dapat, dia buka setiap hari dari jam 09.00 – 22.00 WIB, namun khusus untuk malam minggu bisa sampai jam 23.00 WIB.













Dari luar, area parkir disediakan dengan cukup baik karena ukurannya yang super luas sehingga mampu menampung banyak kendaraan besar termasuk juga bus pariwisata.

Umaeh Inyong ini memiliki desain klasik campur tradisional yang bangunannya mempertahankan sisi keasliannya. Seperti yang sudah aku sebutkan di awal, dia merupakan rumah bergaya Belanda dengan ornamen daun jendela yang besar-besar disertai berbagai perabot yang Njawani banget.

Selanjutnya kami masuk melalui sisi selatan (kiri) yang menghubungkan kami dengan sebuah lorong bernama Selasar Cipendok. Selasar Cipendok ini ditandai dengan sepasang patung perempuan dan laki-laki berbusana Jawa yang menyambut dengan senyum sumringah dan tangan menyiratkan ucapan ‘Selamat Datang’. Baru setelahnya sampai di lorong yang kanan kirinya dihiasi kolam ikan sementara langit-langitnya terpajang lampu berkap bambu. Mentok sampai ke ujung, ada sebuah area yang bisa digunakan sembari lesehan dengan pernak-pernik yang sekali lagi, Njawani banget.

Untuk bisa memasuki tempat yang bisa digunakan untuk makan, maka kami harus melalui area kasir yang bersisihan dengan pusat oleh-oleh Banyumas yang bertagline Olih-Olih Inyong. Oh ya , inyong itu dalam bahasa jawa berarti aku atau saya. Sedangkan umah berarti rumah. Sementara olih-olih adalah oleh-oleh atau cendera mata. Oleh-olehnya ini ada yang berupa Soklat Inyong, Keik Soklat Kayu Manis, Bandeng Pepes Inyong, Galeri Batik, dan alat permainan serta ornamen Mbanyumasan.








































Selain itu, beberapa space juga dihiasi dengan berbagai macam benda klasik seperti mesin ketik tua, cerek enamel bergaya khas Jawa dengan sentuhan hijau atau biru lorek-lorek, juga beberapa lodong (toples) dan barang pecah belah bergaya vintage.

Mulai memasuki area tempat makannya, terdapat tempat duduk yang didominasi oleh kayu klasik dan juga resban (kursi kayu panjang) atau kursi tradisional ala Banyumas.

Ada pula yang bentuknya pondokan lesehan yang masing-masing berada di sisi taman sebelum pendopo yang konon katanya bisa digunakan untuk berbagai macam acara. Misalnya, silaturahmi keluarga, meeting kantor atau instansi, dan pernikahan.

Di sini juga ada program yang dikhususkan untuk anak-anak seperti program ayo Njoged yang mengajarkan tari tradisional Banyumas juga choco class tentang bagaimana cara membuat coklat. Waktu kami makan di situ, kebetulan sedang ada semacam acara silaturahmi keluarga dimana anak-anaknya diperbolehkan mengeksplore taman dan juga mainan yang telah disediakan seperti bakiak dan juga dakon. Nah, kami sendiri lebih memilih tempat duduk lesehan agar lebih leluasa makan.




Adapun menu yang disediakan oleh Umaeh Inyong berupa menu-menu tradisional, baik yang berat maupun ringan. Contohnya, Segane Iyong, Tenongan Rika, Jangane Yu Bawor, Lawuh Medang, Medangan Kang Bawor, Panganan Liyane, Segeran Yu Bawor, Es Peresan Buaeh Mbekayu Sinten (jus) dll. Sungguh nama-nama menunya sangat unik ya apalagi kalau diucapkan dalam logat ngapak,… pasti akan terdengar lebih mantul lagi, hihihi.

Kami sendiri kala itu memesan menu yang cukup umum yakni nasi goreng. Entah kenapa malam-malam rasanya paling nikmat menyantap nasi goreng. Aku memilih nasi goreng semrawut, sedangkan Tamas memilih nasi goreng buto ijo. Entah kenapa namanya begitu, yang jelas akan kami pahami setelah piring sampai di atas meja. Menu lainnya berupa kepala ayam goreng dan juga ikan wader goreng yang tak lupa kami pesan sebagai alternatif untuk makan kakak A yang kadang rada pilih-pilih lauknya. Sementara minumannya kami pilih jus alpukat, es duren srikandi, wedang ronde dan juga es teh tawar #banyak amat Mbul hahaaa…iya nih biasaaa yang pesennya nrenteng begini adalah hasil request Tamas ya, ya Mbul mah manut aja. Katanya sayang kalau cuma makan nasgor uda jauh-jauh nyampe Purwokerto. Jadi sekalian pesan yang spesialnya juga dong. Haha, oke baiklah, ntar klo kewaregen jangan dilimpahin ke aku semua ya makanannya hahaha…

Oke langsung aja review pesanan kami kayak gimana…

Cekidotz…

Pertama nasi goreng pesananku yakni Nasi Goreng Semrawut. Nasi goreng ini terdiri dari nasi, mie jawa, suiran ayam goreng, irisan telor dadar, acar timun wortel, potongan timun, sawi dan juga tomat. Semua ornamennya ludes kulahap tanpa sisa. Kenapa begitu? Karena rasanya endol banget. Wuinukkkk. Bulir nasinya panjang-panjang dan rasanya itu ada sensasi sangit-sangitnya ala-ala dimasak pakai tungku yang biasanya ada di pawon khas jawa. Sedikit rasa sangit itu menurutku menambah cita rasa yang jauh lebih nikmat ketimbang nasi goreng tek-tek biasa. Serius rasanya tuh di kecapan pertama bener-bener susah dilupakan sehingga untuk kecapan berikutnya benar-benar membuat ketagihan. Gimana ya ngejelasinnya. Gurihnya itu pas. Ga kepedasan ataupun over hambar kayak yang biasa aku temui di menu nasgor resto pada umumnya yang khusus bukan nasi goreng. Jadi ini tuh beneran pas bianget, ga pake boongan. Cocok ama lidah saya, haha….








Nah, mengenai istilah semrawutnya itu, yang aku asumsikan sih karena berasal dari campuran mie jawanya. Jadi mawut-mawut gitu lah penampakannya. Banyak terdapat serabut mie kuning di sana-sini. Tapi biarpun begitu, rasanya tuh ga ada semrawut-semrawutnya sama sekali. Dengan kata lain enakkkkk ! Udah gitu yang bikin hepi lagi adalah irisan telor dadarnya yang banyaaak bin melimpah alias ga medit. Malah hampir mengisi setengah piringnya. Love banget deh !

Kedua, nasi goreng pesanan Tamas yaitu nasi goreng buto ijo. Dinamakan begitu karena ternyata nasinya berwarna hijau setelah diberi sensasi cabe hijau. Nasinya wangi banget. Bulirnya juga panjang-panjang. Memang warnanya lebih pucat dari nasi gorengku yang kecokelatan, tapi kata suami sih rasanya enak walau beliau pesen bukan yang galak alias pedes. Porsinya juga fulltank banget dan perintilannya juga komplit. Ada irisan telor dadar, suiran ayam, acar, irisan tomat dan juga timun. Bedanya dengan punyaku, rasanya lebih berat dan cukup ngenyangin.

Ketiga, kepala ayam goreng yang kalau di buku menu dinamakan endas pitik. Sepiring terdiri dari 5 potong kepala. Digorengnya cukup garing, walau kata suami lumayan oily, cuma ga tau kenapa aku suka banget ama rasanya. Gurih asinnya meresep sempurna, apalagi bagian gulu alias lehernya yang full kulit. Itu tuh maknyus bener sampai aku bingung mau nyendokin nasi gorengku duluan apa ikut nyemilin kepalanya ahahah #galau.

Keempat, ikan wader goreng. Ikan ini berupa ikan kecil-kecil yang digoreng tepung dan terasa renyah waktu dipuluk pakai nasi putih.

Kelima, es durian srikandi. Porsinya juga geday amat, ya Alloh hahaha. Tadinya memang penasaran karena ada durennya yang which is selalu digoda suami buat pesen daripada gw penasaran, hahhahahha. Dan ketika tu mangkok tiba di atas meja, yang ada hanya bisa geleng-geleng kepala, saking bingungnya antara udah lumayan wareg tapi juga pengen nyobain durianya. Galaaaao. Walhasil duriannya kami makan sama-sama karena manisnya itu otomatis bikin kenyang banget kan. Rasanya sendiri, tentu aja seger ya. Potongan durennya juga full daging, di samping perintilan lainnya juga ada pisang plus nangka yang disiram sirop framboze warna merah jambu dan kental manis. Aromanya harum pisan euy. Duriannya sengaja dimakan terakhir karena itulah jackpotnya hahahhaha…

Keenam, wedang ronde. Semangkuk terdiri dari wedang jahe, irisan kolang-kaling, empat buah indil-indil berwarna merah dan juga hijau, serta kacang goreng. Rasanya segar menghangatkan tenggorokan.




Sementara itu jus alpukatnya untuk jatah putriku yang teksturnya kental segelas jumbo. Gerrrrr banget lur, seger !

Dari segi harga, aku bilang cukup murah ya. Ibaratnya kayak harga mahasiswa gitu lah. Mungkin karena Purwokertonya deketan ama Unsoed kali ya jadi rata-rata harga makanannya murah meriah. Padahal ya tempatnya jauh dari kata ecek-ecek. Dengan kata lain berkelas banget. Terutama karena mengusung tema vintage dan budaya jawanya yang terkesan ningrati.

Kesan-kesan Makan di Umaeh Inyong :

Tempatnya unik banget
Bangunannya serba vintage, khas gaya kolonial
Kental nuansa jawa, terutama Banyumasan
Banyak spot instagrammable
Ada taman yang terkesan hijau dan banyak tanaman hiasnya
Tempat parkirnya luas
Ada pusat oleh-oleh dan souvenir khas Banyumas dan Purwokerto
Menunya banyak dan enak-enak
Harga makanannya murah meriah
Porsi makanannya besar-besar
Ada area yang bisa digunakan untuk pertemuan, gathering, reuni, sampai nikahan
Ada permainan tradisional untuk anak-anak juga




Secara keseluruhan, aku suka makan di sini. Rasa enak. Harga juga murah. Pas lah buat balik lagi suatu saat nanti andaikata ada kesempatan mampir Purwokerto. Untuk nilainya sendiri, antara range 1-10, aku kasih 9,5. Becoz everything just parfait….halah haha… 

"Umaeh Inyong, Purwokerto"
Jl. A. Yani No.47, Karanganjing, Kedungwuluh, Kec. Purwokerto Bar., Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
Jam buka : setiap hari dari jam 09.00-22.00 WIB, namun khusus untuk malam minggu bisa sampai sampai jam 23.00 WIB.