Assalamualaikum wr wb...
Hari ini pukul 15.30 WIB, cuaca sedikit berangin. Daun pintu berderit kecil ketika aku turun dari balkon dan mengambil pakaian. Tadi pagi aku mencuci banyak sekali. Siangnya sudah agak kering, jadi tinggal kuangin-anginkan saja. Sebagian lagi langsung kulipat. Tanaman juga sudah kusirami. Mawar-mawarku, bunga sepatu, tanaman jambu. Semuanya basah. Kelopaknya tampak kuyup tapi terkesan 'hidup.' Aku suka sekali aroma hujan. Melihat segalanya basah, warnanya segar. Itu sangat menyenangkan bila dipandang. Aku berharap yang lain akan segera mekar satu per satu....
Hujan adalah hari terbaik untuk tinggal di rumah. Merapatkan pakaian, menggenggam erat secangkir susu, menyeruputnya dengan penuh penghayatan. Panas bibir saat menyentuh pinggir cangkir tak membuatku tergesa untuk segera menghirup kentalnya susu adonanku. Dua bungkus Milo bubuk ukuran kecil, ditambah air panas langsung dari cerek. Tak usah pakai gula. Itu adalah caraku. Cuaca di luar rupanya langsung memanggilku untuk membuat minuman hangat ini. Tak lupa hidangan favorit, semangkuk mie rebus dengan telor masih bulat sempurna pada bagian kuningnya.
Pagi sebelum hujan, sebenarnya aku sudah memasak. Aku ada kangkung satu ikat. Juga papan tempe yang belum terlalu jadi. Biasanya kubuat ongseng saja ditambah dengan sedikit terasi, lalu tempenya kugoreng dengan bumbu bawang. Aku menghidangkannya 1 kali makan langsung habis. Jadi siang atau sore aku masak lagi.
Makan sore aku lalu kepikiran mie rebus (rasa soto mie itu favoritku). Mie yang masih panas mengepul dengan kuah sedikit buket, air rebusan pertamanya tentu saja dibuang, jadi kuahnya terlihat clear.
Aku lalu teringat Minggu kemarin masih ada kiriman kue-kue selepas paginya Mas ada rejeki untuk membeli beberapa bungkus es teller. Ada 1 pack mika besar berisi kue talam pandan dan serikaya, ketan uli, jenang, pie buah kiwi-anggur-dan jeruk, lapis merah putih, lapis ungu, risol, dan keripik. Aku senang sekali menerimanya karena entah kenapa akhir-akhir ini aku sedang senang mengunyah keripik. Aku jadi teringat keripik waktu aku berlibur di desa kemarin. Rasanya renyah sekali. Aku sedang suka yang asin-asin.
Aku juga sempat membungkus kado pada malam hari sesampainya di kota karena ada yang ulang tahun di sekolah. Mas mengantarkanku ke sebuah toko stationary tapi aku yang disuruh pilih sendiri kadonya bersama A. Jadi aku membungkusnya dadakan. Aku masukkan beruang ungu dengan pita manis di bagian dada. Juga tak lupa kertas kado. Tadinya aku ingin beli bag yang sudah ready, tinggal distaples saja tapi beruangnya tak masuk. Itu kebesaran. Jadi tidak muat masuk ke dalam bag. Akhirnya aku tetap membeli kertas kado dan kubungkus sendiri di rumah. Di dalamnya tidak pakai kardus lagi. Kardus yang seukuran beruangnya tidak ada. Jadi langsung kertas kado. Aku memang belum jago membungkus kado ⊂(● ̄(エ) ̄●)⊃ tapi ini sudah kulakukan dengan susah payah hihihi. Aku tak tahu ini bentuknya apa, hahaha... tapi aku paling suka membungkus kado. Itu membutuhkan ketelitian karena tangan harus lengket-lengket akibat double tip atau isolasi. Terakhir, hal yang paling membuatku semangat adalah memberikan kartu kecil berisi ucapan selamat ulang tahun. Aku gambari dengan kelinci lengkap dengan makanan kesukaannya wortel. Tapi di dalamnya masih ada gambar lagi, dan itu kumasukkan di atas dada beruangnya
(● ̄(エ) ̄●)(。・ω・。)
Malam hari cuaca bertambah dingin. Hujan tinggal rintik-rintiknya saja. Tapi suasana sehabis hujan memang yang paling kusuka. Lampu depan rumah sudah menyala. Tak ada laron yang jika lepas sayapnya membuatku geli. Tak ada pula bunyi kodok mengorek seperti di desa. Juga jangkrik atau garengpung. Di sini adanya bunyi ceriap burung-burung pagi dan sore yang kerap hinggap di dahan. Membawa jerami untuk membuat sarang atau menotoli sumber makanan. Kawanan burung dengan paruh lucu dan badan menggembung sedikit gemuk, berjalan diantara kakiku yang telanjangg. How Cute (づ ̄ ³ ̄)づ. Lantai balkon memang hanya di-cat. Tapi sudah water proofing. Itu yang selalu aku suka setiap kali berada di atas balkon. Suasana pagi di rumahku yang mungil ini hihihi...Selalu membuatku ingin mengucap rasa syukur.
Usai magrib, Mas pulang bersamaan dengan deru mesin kendaraannya. Aku mendadak bangkit dari acara tidur-tiduranku yang malas. Bergumul dengan selimut bulu dan guling dalam pelukan. TV yang menyiarkan serial Netflix kutinggalkan begitu saja. Kadang aku suka melihat series dokumenter tentang makanan Asia di sana. Tapi kadang aku juga menonton random saja. Akhirnya, tak menunggu waktu lama, kubuka pintu ruang tamu dan di sana Bapaknya anak-anakku sudah membawakan sekantung sarden kalengan dan lauk pauk yang bisa kumasak besok. Setelahnya aku pun menyiapkan makan malam untuknya dan kamipun bisa kembali ke kamar sambil nonton TV dengan riang.