Minggu, 07 Juli 2024

Review Kupat Blengong Mas Diryono, Tegal



Assalamualaikum wr wb....
Selain batibul (cempe bawah tiga bulan) dan balibul (cempe bawah lima bulan), Tegal rupanya punya sate menarik lainnya yang berasal dari daging blengong. Unggas hasil perkawinan silang antara bebek jantan (itik) dengan entog betina ini mampu memberikan warna tersendiri di dunia persate-satean Tanah Air. Dagingnya yang kenyal dan padat sangat pas jika disajikan dengan kupat kuah kuning mirip opor namun kali ini santannya lebih kental. 







Hal ini tentu sangat berbeda dengan sate-sate kebanyakan yang menggunakan nasi atau kupat saja sebagai unsur karbohidratnya. Keberadaan si kuah opornya ini memberikan rasa nikmat yang tak tertahankan, terlebih jika dipadukan dengan remasan kerupuk udang di atasnya. Menjadikan rasa gurih, pedas, dan manis berpadu jadi satu di dalam mulut. Penasaran bagaimana rasanya? Simak terus kulineran Mbul yang sempat mencicipi kuliner khas Tegal berikut ini ya. 

Puas menjelajahi Semarang selama 3 hari 2 malam, akhirnya pada Minggu siang kami bersiap untuk pulang. Pagi, kami sempat mampir Kota Lama Semarang dulu, lalu dzuhur mampir beli oleh-oleh lunpia mini di Adya Surya, baru setelahnya menuju tol Kaliwungu untuk selanjutnya 'gas' ke Jakarta. Makan siangnya belum sempet, nanti mau carinya di Tegal aja. Pengennya sih nyicipin sate blengong.

Kami lalu keluar Tol Slawi pada jam-jam 15.00 WIB dan lanjut mencari sate blengong yang sekiranya enak dari beberapa daftar kuliner khas Tegal yang sudah kami list. Setelah membaca satu per satu ulasannya di google, akhirnya kami sepakat pergi ke Kupat Blengong Mas Diryono, khas Tegal, salah satu kedai Sate Blengong yang lumayan tersohor seantero Tegal Raya.

Berlokasi di Jalan Sawo, Asem Tiga, Kraton, Tegal Barat, Jawa Tengah, kami pun berhasil menemukan kedainya yang ternyata agak mblusuk-mblusuk dari jalan raya. Alhamdulilah sampai juga berkat bantuan dari gmaps dan ketelatenan Suami dalam hal menyetir dan mencari alamat rumah makan yang modelannya hidden gem. Kurang lebihnya jam 16.00 WIB, kami nyampe lokasi. Surprisingly depannya itu ternyata kebun/sawah, sementara sampingnya adalah rumah mewah.. Nah, sebrangnya pas itu baru kedai Kupat Blengongnya. Dengan dibantu oleh seorang Bapak, kami menyeberang jalan yang lumayan ramai (walau kecil) habis itu mataku yang bagai burung celepuk ini langsung berbinar manakala melihat etalase samping bakaran satenya sudah terhidang aneka olahan blengong yang menggugah selera. Ada yang sudah matang, ada pula yang baru akan diolah. Ada yang digoreng, ada pula yang hendak dijadikan sate. Tinggal ditambahin bumbu sate saja yang sedikit spicy, tapi juga ada manis-manisnya. Sementara di etalase bagian bawah sudah tertata piring-piring berisi potongan kupat.







Sebelum dibakar di atas bara api, daging sate blengong direbus dulu agar dagingnya terasa lebih empuk dan bumbunya meresap.  Per tisik sate diselipkan beberapa slice daging blengong dan juga satu bagian kulit. Nah, kulitnya ini benar-benar menul-menul serta gurih. Apalagi setelah dioles bolak-balik dengan sambal kecap. Itu mantab pol. Sambal kecapnya terdiri dari irisan bawang merah, cabe rawit dan juga tomat. Irisan tomatnya termasuk yang gede-gede. Jadi seger.... Oiya, untuk tisikannya sendiri pakenya lidi yang cenderung tipis ya, jadi daging serta kulitnya nda susah buat dikeluarkan pada saat kita mau mengunyahnya...

Selain sate blengong bakar, ada pula sate pelati blengong yang mana tadinya aku ga ngeh apa itu pelati. Kutanya Suamiku : "Sate pelati tuh apaan yak?" Benakku mencoba mencari jawaban lewat kertas menu yang sudah dilaminating. Ternyata setelah tahu jawabannya, ku langsung pengen senyum gitu karena pelati tuh artinya ampela ati.... Owalaaaah hahahhaha. "Pelati yo ampela ati to Dek...Dek...Piye tow Siro, wkwkwk." Iya ya.... soalnya aku baru tau hihihi...













Untuk kupatnya sendiri agak unik ya, karena dibungkusnya agak beda dengan kupat lebaran. Yang ini kurang lebih mirip buras atau arem-arem khas Jabodetabek yang bentuknya emang ga begitu pokro atau lonjong banget, udah gitu ga gitu panjang. Dia pengikatnya pake daun pisang yang diselipkan lidi setelah mengikuti diameter kupatnya, jadi ga dibiting ujungnya kayak arem-arem khas Jawa Tengah. Tapi itu cuma masalah style aja. Kalau rasanya enak, Mbul tetap suka..... Kebetulan kupatnya ini rasanya tetap enak. Teksturnya pulen dan juga padat. Nanti dia diguyur dengan kuah santan yang mirip-mirip kuah opor tapi yang ini lebih kental. Warnanya kuning cerah dan nanti bisa direquest mau pedas atau ga. Karena bisa juga dibikin ga pedas (bagi pecinta kuliner nonpedas sepertiku). Nah, di dalam kuahnya itu ada potongan daging blengong yang empuk banget, ga keras sama sekali. Kalau yang wuled itu justru yang blengong goreng. Tapi biar begitu rasa gurih asinnya bikin nagih...

Konsep penyajiannya itu di meja bakal diantarkan dalam bentuk piringan dengan isian lauk yang sudah lengkap. Ada beberapa slice daging blengong goreng baik kepala, paha maupun dada, sate telur, sate usus, sate pelati, sate balungan dan juga kupat blengong + sate bakarnya itu sendiri. Nanti yang diambil berapa, nah itu yang dibayar. Jadi ga berdasarkan porsian piringnya. Tapi berdasarkan satuannya hehehhe...Kalau misal di piring ada 5 pcs daging blengong goreng, dan Mbul ambil 1 nih, ya yang dibayar 1 thok. Ga bayar 5 pcs atau porsian piring. Begitu pula sate pelati dan sate telurnya. Kalau yang bayar full porsian baru sate daging bakar blengongnya yang dari segi jumlah juga bisa direquest berapanya. Ga meski 10 tisik, tapi mau 5 tisik juga boleh.










































Minumannya sendiri ada beberapa macam. Ada teh manis anget, es teh manis, es jeruk atau wedang jeruk anget. Ada pula soda gembira yang warnanya pink. Nah, tersebab karena warnanya pink itulah, maka Mbul akhirnya pilih soda gembira aja hahahah #random banget ya alasannya. Kalau Tamas es jeruk asli (tanpa tambahan apapun termasuk gula) jadi kecut kecut seger gitu...hihihi. Aku bahkan disuruh icipin ama Tamas, dan abis neguk sesruput dua sruput...wadidaw bikin merem melek wkwkwk

Tapi untuk harganya sendiri emang bikin gembira sih. Soalnya itungannya murah meriah. Untuk semua yang kami pesan cuma Rp 59-an ribu aja, kalau ga salah ingat. Apa Rp 60-an ribu lah. Kira-kiranya segitu.. Jadi udah rasanya enak, harganya pun bikin semangat. Ditambah suasana kedainya yang asyik pula. Sederhana tapi bikin nyaman. Walaupun sesekali asap mlepek...tapi ga tau kenapa justru menurutku kalau kedai sate asapnya mpe nggembuleng gitu biasanya pertanda satenya enak. Nah, dah terbukti nyata di kedai kupat blengong Mas Diryono ini yang emang rasanya bikin pengen balik lagi suatu saat nanti kalau singgah ke Tegal lagi...









Blengong (yang warnanya putih), hasil perkawinan silang antara bebek dan entog, foto milik Mbul www.gembulnita.blogspot.com




Okey demikianlah review kulineranku di Tegal yang alhamdulilah ketemu kupat blengong enak dan ga terlupakan. Malah Bapak pemilik kedainya merasa seneng banget kedainya aku liput. Dia bahkan ngebercandain aku suruh banyakin fotonya termasuk proses pengipasan satenya. "Wow beneran nih Pak." Ya bener lah Neng...ben tambah akeh ujare". Alhamdulilah tambah lengkap deh reviewku berkat keramah tamahan si Bapaknya. Next time, semoga bisa menjelajahi kota-kota lainnya dan seseruan kulineran lagi ^_____^ (foto jalan-jalan dan kulineran milik Mbul Kecil, www.gembulnita.blogspot.com)