Dongeng dan Cerpen Majalah Bobo 90-an yang Mbul Suka (Part 4)
Hantu Berkepala Tiga (Majalah Bobo No. 49 th XX, Disadur dari The Three-Headed Ghost oleh Kurnia)
Dongeng ini bercerita tentang seorang petani yang sangat ramah bernama Zhang. Orang-orang menjulukinya Zhang si Peramah. Suatu hari keponakannya akan datang sehingga ia dan istrinya sibuk menyiapkan jamuan. Ia sudah menyembelih ayam dan membelikan anggur. Tapi Zhang masih merasa ada sesuatu yang kurang. Ia kemudian teringat pada buah semangka yang ia tanam di kebunnya dan ia berpikir bahwa kenapa tidak ia petikkan saja keponakannya itu semangka. Ia ingin membasahi tenggorokan tamunya itu dengan semangkanya yang terkenal merah, besar lagi berair. Tapi mengingat hari sudah malam, istri Zhang agak keberatan karena ia termakan isu bahwa hantu sering mengganggu orang-orang di jembatan. Tapi karena Zhang sudah minum anggur, maka ia pun nekad saja pergi.
Zhang pun berangkat dan berhasil memetik 2 buah semangka di kebunnya. Sayangnya saat pulang dan melewati jalan, ia seperti melihat sosok tapi kepalanya besar sekali. Karena mengira itu hantu, maka ia lemparkan kedua semangka di bahunya hingga mengenai sosok itu. Semangkanya pun pecah bertubi-tubi bersamaan dengan bunyi prang dan tiba-tiba kepala sosok itu perlahan mengecil seperti ukuran kepala normal. Setelah dilihat-lihat lagi, ternyata itu adalah tetangganya yang bernama Pak Tua Li yang habis pulang membeli periuk. Setelah ditelaah, ternyata keduanya sama-sama salah paham sebab Zhang mengira Pak Tua Li adalah hantu berkepala besar, sedangkan Pak Tua Li mengira Zhang adalah hantu berkepala 3, padahal yang 2 itu aslinya semangka yang dipanggulnya hahhahahah. Baca dongeng ini entah kenapa begitu memorable di kepala Mbul karena Mbul tuh keingetan ama semangkanya gitu deh.
Gadis Kecil dan Tukang Beras (Majalah Bobo No. 40 th XX, Oleh Ny. Widya Suwarna)
Di pasar tersebutlah seorang tukang beras bernama Pak Ming San. Di sebelah kiosnya ada penjual kue bernama Hau Ma. Orang-orang suka berbelanja di tempat Pak Ming San karena orangnya ramah, suka bergurau, dan murah hati. Salah satu pelanggannya adalah gadis kecil berusia 9 tahun bernama Beby Mbul Ling-Ling. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam, dan bibirnya mungil. Sayang, hidungnya pesek (kayak sapa ya? Hahahah).
Beberapa hari sekali Beby Mbul Ling-Ling selalu datang membeli beras. Karena orang tuanya kurang mampu, maka ia hanya bisa membeli eceran. Setiap kali Ling-Ling datang, Pak Ming San memberinya tambahan segenggam beras, bahkan kadang 2 genggam. Tak lupa ditariknya hidung Beby Mbul Ling-Ling sambil berkata. Kalau hidungmu mancung kamu pantas jadi nona muda di kerajaan kelak. Lalu Pak Ming San akan menarik hidungnya sekali lagi sehingga Nenek Hau Ma yang berjualan di sebelahnya berkata, "Lekas berikan dia kue mangkok merah". Maka gadis kecil itu pun akhirnya mendapat kue mangkok merah sambil mengucapkan terima kasih. Pak Ming San dan Hau Ma pun terbahak-bahak melihatnya kepolosan gadis itu. Kadang-kadang Ling-Ling bosan dengan kue mangkok. Jadi ia akan menutup mata dan pura-pura mau menangis. Dari situ Pak Ming San berseru pada Hau Ma supaya ia memberikannya kue mochi, bakpau atau apa saja yang akan ia bayar. Bahkan jika Ling-Ling teringat saudaranya di rumah, maka ia akan minta ijin untuk mengambil 2 atau lebih dan Pak Ming San pun menyanggupi.
Tahun demi tahun berlalu. Ketika Ling-Ling sudah berusia 12 tahun ia tidak disuruh ke pasar lagi. Adik laki-lakinya yang menggantikan tugasnya. Ling-Ling sibuk belajar memasak, menyulam, dan membaca kitab-kitab yang berguna. Namun demikian tukang beras itu tetap mengingatnya walaupun tak ada kesempatan menggoda Ling-Ling lagi. Ia sering bertanya pada adik Ling-Ling : "Apa kabarnya anak manis itu? Apakah hidungnya sudah mancung? Salam dari Pak Ming San." Kadang-kadang ia mengirimkan kue 4-5 buah untuk Ling-Ling lewat adiknya.
Semakin bertambah dewasa, Ling-Ling semakin bertumbuh menjadi gadis yang cantik jelita, cerdas, dan rajin. Apa yang terjadi selanjutnya ya? Silakan tebak sendiri, hihihi.
Pangeran Kerempeng dan Puteri Kerempeng (Majalah Bobo No. 50 th XXV, oleh Ny. Widya Suwarna)
Tersebutlah seorang saudagar keliling yang bersifat periang bernama Pak Ahmed. Suatu ketika ia pergi ke sebuah kerajaan. Saat singgah ke sebuah toko untuk membeli barang, tak sengaja ia melihat sebuah gambar yang terpajang di dinding. Ia bertanya siapakah orang yang kurus kecil itu? Sang pedagang pun tertawa dan mengatakan bahwa itu adalah putra mahkota kerajaannya dengan kata lain Pangeran. Pak Ahmed tentu saja terkejut. Ia jadi teringat putri di kerajaannya sendiri yang juga kurus ceking, kecil sekali. Kata orang sang putri tidak suka makan apa-apa kecuali nasi dan emping. Ia pikir kalau keduanya berkenalan maka akan jadi sesuatu hal yang bagus.
Keesokan harinya, ia pulang ke negerinya dan mengirimkan sebuah vas bunga kepada sang putri. Dikatakannya vas bunga itu pemberian dari pangeran di negeri yang ia kunjungi kemarin. Saat Pak Ahmed hendak berangkat ke sana lagi, Sang Putri pun menitipkan surat dan buah tangan untuk pangeran lewat Pak Ahmed. Ya hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih. Pak Ahmed pun menyampaikannya pada pangeran. Tapi di sini pangeran jelas merasa bingung karena tak mengirimi vas bunga kepada sang putri. Akhirnya Pak Ahmed mengaku bahwa ialah yang mengirimkannya. Ia pikir bahwa orang baik seperti pangeran jika bertemu dengan orang baik seperti sang putri maka akan terjadi sesuatu hal yang baik pula. Lalu pangeran penasaran dan ingin bertemu dengan sang putri Sayangnya Pak Ahmed berkata belum saatnya. Putri akan bersedia bertemu jika sudah mencapai berat badan yang sempurna karena ia menghormati pangeran. Pangeran pun mengangguk-angguk dan menitipkan hadiah untuk sang putri. Ia sendiri juga bertekad untuk menambah berat badannya sehingga tidak terlampau kurus. Ia mulai makan 4 sehat 5 sempurna juga rajin olah raga. Begitu pula sang putri. Saat Pak Ahmed mengatakan pangeran adalah orang yang baik, gagah, tampan, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, serta berbudi luhur maka sang putri pun tergerak hatinya untuk berubah. Ia mulai memperhatikan penampilannya. Mulai memaksakan diri untuk makan makanan 4 sehat 5 sempurna tidak nasi dan emping lagi... hingga tidak terlalu ceking atau kekurusan atau kerempeng. Kini berat badannya tampak ideal dan proporsional, cantik, segar, juga bercahaya sehingga wajahnya selalu terlihat awet muda seperti bayi hahahha. Untuk selanjutnya, sudah bisa ditebak sendiri lah ya endingnya seperti apa.
Rumahku Istanaku (Majalah Bobo No. 34 XXIV, Oleh Widya Suwarna)
Bercerita tentang pengalaman Mita yang mengunjungi rumah temannya. yang sangat sederhana, lebih tepatnya rumahnya itu numpang di lantai dasar Stasiun Kereta Api. Rumah yang baru dibeli ayahnya masih dalam proses renovasi. Sehingga untuk sementara waktu ia dan keluarganya tinggal di stasiun tempat ibunya berjualan di warung. Ketika Mita ke sana, hanya ada rak-rak kaca sebanyak 3 buah membentuk letter U. Lalu pada sisi yang keempat ada tiang penyangga yang besar dan tumpukan karton minuman softdrink. Mereka tidur di tikar dan mandi di kamar mandi umum milik Stasiun.
Saat keduanya tiba di rumah sang teman, mereka duduk di atas lantai beralaskan tikar. Pemandangan di depan, cukup memberikan rupa-rupa kehidupan. Banyak sekali tuna wisma yang juga tiduran di lantai depan eper warungnya. Sesekali ada pula yang membeli permen di warung ayah temannya itu. Karena sibuk memperhatikan suasana yang ada, si teman tiba-tiba saja sudah datang dan menyodorkan 2 gelas air es dan sepiring nasi plus lauk pauk yang dibelinya dari warung makan padang di seberang jalan. Meskipun keluarganya sederhana, tapi dalam hal menjamu tamu mereka totalitas. Mita sangat terharu karenanya. Begitupula dengan temannya itu, ia juga terharu karena menganggap Mita mau berteman dengannya tanpa merasa malu seperti teman-temannya yang lain. Keduanya pun sama-sama mendapatkan pelajaran hidup yang berharga. Dan suatu saat Mita sangat ingin temannya itu gantian main ke rumahnya.
Kotak Ajaib, (Majalah Bobo No. 40 Th XXIV, Oleh Nathalia Y. Susanto)
Oma Sara akan pindah rumah. Selama ini Oma Sara tinggal berdua dengan putri tunggalnya. Ketika putrinya itu menikah, Oma Sara pun diboyongnya. Sementara itu, Andi sekeluarga bertetangga dengan Oma Sara. Rumah Oma Sara sendiri bangunan tua tapi cantik dengan kebun penuh pohon buah-buahan seperti jeruk, mangga, belimbing, dan jambu. Andi dan Tono sering main ke sana untuk memetiknya. Oma Sara juga sering mengajak mereka untuk minum teh sore sambil duduk-duduk santai.
Saat pindahan itu, keduanya diminta membantu membersihkan barang-barang milik Oma Sara. Ada jam besar yang setiap lima belas menit sekali berdentang keras dan agak menyeramkan. Lalu lukisan yang dipenuhi foto-foto klasik. Ada pula cermin berbentuk lonjong di sebelah pintu.
Suatu sore setelah kepindahan Oma Sara, Andi meminjam kunci pintu rumah beliau yang dititipkan pada mama dan papanya. Rupanya ia ingin bermain catur bersama Tono di rumah Oma. Akhirnya keduanya pun pergi ke sana. Namun sebelumnya Tono ingin mencoba merasakan kursi goyang Oma Sara. Sementara Andi sibuk membersihkan kertas dan mengumpulkannya di kardus supaya suasananya nyaman untuk bermain catur. Kadang ia menemukan majalah tua, kaleng bekas, botol-botol dan.....kotak kayu yang terdapat lukisan penari serta tulisan yang tidak dimengertinya. Dan yang paling menariknya lagi adalah terdapat kunci kecil di bagian depan kotak. Kok seperti kotak yang ada dalam film jumanji ya? Kira-kira apakah kotak ini adalah kotak ajaib? Siapa yang bisa menebak lanjutannya?
Tak Perlu Marah, Putri Kecil (Majalah Bobo No. 40, XXIV, Oleh Widya Suwarna)
Pulang sekolah, putri kecil ngambek. Ia ingin bicara dengan sang ibu tapi ratu sedang mengantar tamu kerajaan ke museum. Setelah ditanya Bibi Dayang, Putri Kecil ingin ke dapur. Sayangnya tidak sembarang orang bisa masuk ke dapur. Itu sudah menjadi peraturan istana. Putri Kecil pun bertambah manyun. Bibi Dayang bergegas memberikan solusi yaitu akan memanggilkan Nenek Buyut yang bijaksana karena sudah berusia sekitar 80 tahun.
Tak lama kemudian, Nenek Buyut menyuruh Bibi dayang membawa putri kecil ke istananya. Sesampainya di sana, dengan suara lembut nenek buyut menanyakan kenapa putri kecil sampai ngambek begini. Lalu berceritalah putri kecil bahwa ia hanya ingin masuk ke dapur untuk latihan mencuci piring juga membuat kue yang berbentuk kucing, ikan, dan burung. Teman sekolahnya sudah pada bisa mencuci piring dan membuat kue serta mencetaknya dari ibu mereka masing-masing. Sedangkan ibunya sibuk. Nenek Buyut pun manggut-manggut dan menganggap itu semua bisa diatur. Tak perlu sampai ngambek begitu kan? Beliau lalu menyuruh bibi dayang memanggil istri tukang kebun yang tinggal di gubuk kecil halaman belakang istana. Dari situ putri kecil akan diajari keterampilan di dapur mulai dari mencuci piring dengan sabun beraroma jeruk sampai membuat kue dan mencetaknya dalam bentuk kucing, ikan dan burung. Betapa gembiranya hati putri kecil. Ia tidak akan ngambek lagi karena segala sesuatunya bisa dikomunikasikan dengan baik.
Keputusan Terbaik (Majalah Bobo No. 5 XXI, Oleh Widya Suwarna)
Pangeran telah berusia 21 tahun. Raja sudah mendesaknya untuk menikah. Ingin sekali beliau memperkenalkannya pada putri-putri anak raja kenalannya. Tapi pangeran ingin mencari jodohnya sendiri seperti yang ada dalam dongeng Cinderela. Maka tak lama kemudian ia mengadakan pesta dansa. 100 gadis tercantik dari masyarakat biasa boleh hadir. Pangeran pun mulai berdansa dengan beberapa gadis. Seorang yang menarik perhatiannya adalah Anabela, seorang putri petani yang cantik alami. Tak memakai riasan kulitnya demikian segar dan ranum. Bibirnya berwarna merah delima. Kulitnya putih, rambutnya hitam, dan ia sangat ceria. Usai pesta, pangeran melaporkan gadis incarannya itu pada sang raja. Raja pun menyuruhnya untuk mengundang si gadis agar dididik di istana supaya dipersiapkan menjadi putri.
Maka tak lama berselang, Anabela diundang ke istana. Setiap hari ia belajar bahasa, tata krama, sejarah, politik, dll. Pangeran sendiri sibuk dengan tugas-tugas kerajaan. Baru 3 hari di istana Anabela merasa pusing. Ia tidak ceria seperti biasanya. Pada petang hari ia banyak melamun di kebun istana. Ia rindu pulang ke desanya dan melakukan tugas seperti biasa. Membersihkan rumah, membuat kue-kue, memerah susu sapi, merawat bunga dan tanaman lainnya. Ia tidak paham latihan banyak hal yang menyangkut istana dan tugas keputrian. Saat sedang melamun, Anabela dikagetkan oleh kehadiran seorang tukang sapu yang menganggapnya pelayan baru. Anabela pun jadi punya teman mengobrol. Ia banyak belajar dari tukang sapu istana itu bagaimana cara menanam tomat yang bijinya sedikit, semangka yang berbentuk segi empat, dan menanam mawar biru. Ia juga banyak bercerita tentang kehidupan di desa dan lebih senang tinggal di sana menjadi gadis petani biasa daripada putri kerajaan. Lalu apa yang selanjutnya terjadi ya?
Dua Putra Saudagar (Majalah Bobo No. 41 XXIV hlm 12-13, Oleh L.H.S)
Tersebutlah seorang saudagar kaya raya memiliki sepasang putra kembar. Suatu hari saudagar itu bermaksud membuka usaha di tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka. Sayangnya sampai sebesar itu, kedua putra kembarnya itu belum pernah meninggalkan rumah. Saudagar tersebut pun merasa bersalah bila menunjuk salah satu putranya untuk ke sana. Takutnya dikira pilih kasih. Padahal ia sudah tua dan berharap salah satunya tetap tinggal untuk menggantikannya. Akhirnya ia bertanya apa mereka bersedia pergi ke tempat yang jauh? Ternyata keduanya menjawab bersedia. Sang ayah pun menjadi semakin bingung karena tak mendapat solusi. Mendadak ia sakit karena banyak pikiran. Akhirnya ia minta pendapat dari seorang bijak yang tinggal di batas kota. Saran yang didapat adalah ia harus menguji kedua putranya untuk sama-sama pergi ke tempat yang jauh. Tapi dengan syarat, yaitu silakan pilih bekal mana yang mau dibawa. Apakah roti, beras, atau ikan asin. Paling praktis memang roti karena tidak perlu memasak seperti beras dan ikan asin....Tapi apakah itu pilihan yang tepat? Putra sulung akhirnya memilih roti, sedangkan adiknya memilih beras dan ikan asin. Kira-kira siapa yang bakal survive dan sampai tujuan ya?
Tsukimi, (Majalah Bobo No. 4 XXI, V. Parengkuan)
Marsia memperkenalkan sepupunya yang dari Jakarta kepada Rubi. Namanya Mbul Nita Manae. Ia kini menginap di rumah Marsia. Kulit Mbul Nita Manae putih, pipinya merah, pokoknya imut-imut seperti boneka Jepang. Karena ia keturunan Jepang. Suatu kali Marsia and the bear mengajak Rubi ke rumahnya karena Mbul Nita Manae akan mengadakan acara tsukimi. Tadinya Rubi mengira itu sejenis makanan jepang. Tapi ternyata bukan. Tsukimi itu berasal dari Tsuki yang artinya rembulan dan mi yang artinya memandang. Jadi jika digabungkan artinya adalah memandang rembulan. Kebetulan di atas langit bulan sedang bersinar bulat sempurna. Cahanyanya terang sekali. Indah menerangi jagat raya sementara anak-anak di bawahnya duduk di atas tikar sambil minum teh dan makan kue apem dengan riang.
Crickleback Way Nomor 13, (Majalah Bobo No. 46 XXIV, Haunting at Crickleback Way, Mari Gordon/ Yok)
Suatu kali di Crickleback Way Nomor 13, tinggal 2 orang anak bernama Tom dan Mandy. Mereka penasaran dan bertanya pada ibunya apakah rumah ini berhantu? Wanita yang sedang mengepel itu tampak kesal dan menasihati anaknya supaya tidak percaya omong kosong itu. Merekapun disuruh main saja di luar.
Suatu kali Tom dan Mandy sedang sibuk merapikan perabotan ruangan tidur. Baru saja membuka lemari pakaian, tiba-tiba terdengar derit pintu gerbang dibuka. Keduanya lalu mengintip lewat jendela yang menghadap kebun. Di sana ada seorang lelaki bongkok dan bermata cekung yang mengenakan mantel hitam panjang. Ia menenteng satu renceng kunci besar yang bunyinya berisik. Keduanya berpikir apakah lelaki itu perampok. Tapi belum sempat melapor pada ibunya, suara langkah kaki itu terdengar masuk ke rumah. Orang asing itu berdiri 3 meter saja dari mereka. Tapi ia tidak bisa mendengar Mandy dan Tom mengobrol. Dan sepertinya tidak bisa melihatnya juga. Keduanya lalu meraih mantel si lelaki tapi ternyata tembus pandang. Tom berpikir dia adalah hantu.
Tak lama kemudian lelaki itu pergi sambil mendesah karena rumah itu begitu sepi seperti kuburan. Sementara orang tua Tom dan Mandy bilang bahwa anak mereka jangan suka kebiasaan banyak main di bawah sinar matahari. Bisa-bisa mereka akan melihat yang bukan-bukan.
Sementara itu, Pak Sproggett mendesah. Ia bilang pada sekertarisnya yang menangani penjualan rumah itu bahwa sulit sekali menjualnya karena suasanannya yang sepi. Banyak anggapan bahwa rumah itu berhantu. Jadi siapakah hantu yang sebenarnya...hiiiiyyy!!!
Baca juga :