Sabtu, 04 Juni 2022

Review Buku : Digital Fortress, Dan Brown



Sinopsis Digital Fortress, Dan Brown

Diawali dengan kembang tidur seorang wanita cantik bernama Susan. Ia bermimpi sedang dipinang oleh kekasihnya yang bernama David di sebuah tempat yang sangat romantis, sebuah penginapan di Smoky Mountains. Sayangnya, tiba-tiba terdengar bunyi lonceng dari arah kejauhan dan kekasihnya itu tiba-tiba menjauh. Beberapa saat kemudian, telepon berdering. Susan pun terbangun dari tidurnya dan menggeliat untuk mengangkat teleponnya. Ternyata dari David. Susan tersenyum dan berguling di atas ranjang. Ia bercerita bahwa baru saja ia memimpikannya karena saking kangennya. Makanya ia bilang supaya David cepat datang dan bermain cinta dengannya. 



David sebetulnya ingin sekali, tapi sayangnya ada hal penting yang harus ia selesaikan sekarang juga. Sebab ia diberi tugas oleh suatu lembaga yang masih misteri keberadaannya. Begitu pula dengan pemberi tugasnya. Tapi David sudah terima bayarannya yang melebihi gajinya sebulan. Susan pun bingung. Tapi David bilang ia akan kembali besok, makanya Susan diminta untuk bersabar karena ia pun sebenarnya kangen sekali dengannya. Susan pun manyun.  Perasaannya sedikit terluka. Sebab ia sudah memesan kamar di Stone Manor untuk mereka berdua liburan. Perayaan hari jadi mereka. Anniversary. Tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. David sudah mengiyakan tugas urgent tersebut sebab kini ia sudah akan dijemput dengan menggunakan pesawat khusus. Susan pun hanya bisa terduduk di bak mandinya dan membenamkan dirinya di dalam air bersabun. Mencoba melupakan Stone Manor dan pinangan manis dalam mimpi. Ia bertanya-tanya David akan ditugaskan kemana karena nada bicaranya sangat serius. Saat air di bak mandinya mendingin, Susan segera beranjak dari bak bersamaan dengan bunyi telepon yang dikira adalah dari sang kekasih. Sayangnya bukan. Telepon itu ternyata berasal dari Komandan Strathmore, bossnya. Susan melenguh kecewa. Tapi ia juga heran kenapa di hari liburnya ini sang boss dengan cukup tega meneleponnya. Rupanya Ia membutuhkannya sekarang juga. Ya untuk urusan darurat. Susan Fletcher si wanita bermata bulat yang indah itu kemudian berdiri dalam balutan handuk untuk segera berganti pakaian blus dan rok, memenuhi panggilan Bossnya.

Susan berjalan menuju tempat kerjanya yang ternyata sangat prestisius yaitu di National Security Agency (NSA). Ia membawahi satu divisi penting. Dan pastinya bukan sembarangan. Karena ia adalah wanita cerdas ber-IQ tinggi, meski badannya mungil dan ramping. Sampai-sampai penjaga bersenjata di luar biliknya kerap menelan ludah setiap kali Susan melintas. Ia sangat mengagumi wanita itu. Fisiknya digambarkan dengan sangat indah. Matanya bulat tajam, pipinya bersemu merah jambu segar, juga rambut sebahunya yang masih tampak basah. Bau lembut bedak bayi Johnson sering keluar dari tubuhnya. Bau yang membuat nyaman dan lembut, apalagi kala itu ia mengenakan blus putih yang samar-samar memperlihatkan lekukan behanya. Ia mengenakan rok sepan yang membungkus kakinya yang mulus. Penjaga itu benar-benar hanya bisa menelan ludah dan berkhayal.




Susan Fletcher kepala divisi kriptografi di NSA hari ini diberi tugas penting dan tak terbayangkan sebelumnya. Di NSA sendiri kini terdapat sebuah mesin yang semula disangsikan dapat dibuat.  Setelah memakan waktu 5 tahun dengan budget fantastis, TRANSLTR telah lahir. Sumber kekuatan mesin ini tidak hanya pengolah datanya yang berjumlah besar tapi juga kemajuan di bidang komputer kuantum. Di bawah wakil direktur komandan Trevor J. Strathmore, TRANSLTR diagung-agungkan sebagai penemuan hebat. Mesin ini bisa membantu kinerja intelegent negara. Maka bisa dipastikan kini tidak ada lagi rahasia. Meski dalam pengerjaannya banyak sekali hal-hal di belakang layar yang menuai problem.

Terlebih di satu hari ini yang membuat Strathmore terpaksa harus memanggil Susan di hari liburnya. Pria berambut kelabu tu mengabarkan sesuatu yang cukup gawat. Jika biasanya alat pengolah data komputer tersebut bisa menguji 30 juta kode per detik--100 miliar per jam, tapi kali ini tidak. TRANSLTR masih terus berjalan. Bahkan sudah hampir 15 jam belum juga berhenti. Sebuah rekor yang tak pernah dialami sebelumnya. TRANSLTR terindikasi ketempelan sebuah kode unik yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Kode yang tidak bisa dipecahkan. Salah satu otak kriptografi terhebat sepanjang sejarah telah membuat algoritma ini. Dia dulunya bekerja di Proyek TRANSLTR tapi kemudian tidak sepaham lagi dengan cara kerjanya.  Sebab ia berpikir TRANSLTR tidak sesuai dengan hak asasi manusia karena seperti penguntit (mata-mata) dan melanggar privacy tiap-tiap individu. Padahal setiap orang mempunyai hak untuk menyimpan rahasia. Dia telah berkoar untuk membuat antitesisnya yaitu kode pamungkas yang tak terpecahkan. Benteng Digital. Ya, orang itu adalah Ensei Tankado.

Di sisi lain, di Sevilla Spanyol pukul 11.00 siang, Ensei Tankado memegang dadanya. Sekarat. Orang-orang berkerumun untuk menolongnya, tapi semua sudah terlambat. Ensei Tankado dibunuh dengan cara misterius. Di jemarinya, melingkar sebuah cincin emas berukir yang ternyata menyimpan kunci pembuka kode.

Dan yang ternyata mengutus kekasih Susan untuk mengambil cincin Tankado adalah Strathmore. Sengaja ia pilih David karena ia termasuk orang sipil dari pihak Universitas sehingga diharapkan tidak menimbulkan kecurigaan. Apalagi David juga menguasai banyak bahasa yang pastinya akan terpakai dalam tugas penting ini. 

Sayangnya, cincin tersebut sempat berpindah tangan berulang kali. Mulanya, cincin itu diberikan kepada Pak Tua yang menolong Tankado, lalu berpindah lagi ke seseorang berambut merah yang sedang bersama dengan orang Jerman, dan kemudian berpindah lagi ke seorang bocah punk meski pada akhirnya semua yang berhubungan dengan cincin itu harus dimusnahkan tanpa jejak oleh seorang pembunuh bayaran.

Sementara di NSA, banyak sekali hal-hal ganjil yang terjadi dan semakin rumit saja kelihatannya. Bahkan Susan hendak diperk#sa oleh orang yang dikagumi sekaligus dihormatinya selama ini. Ia dirudapaksa dengan brutal walau dengan agak putus asa sebab katanya pria itu mencintainya. Akankah kode yang menempel di TRANSLTR terpecahkan? Siapakah yang harus bertanggung jawab atas semua ini?

Review Digital Fortress, Dan Brown

Memulai membaca Dan Brown, maka jantung harus siap-siap dibawa melompat karena untuk judul kali ini benar-benar thrilling!!! Tempo cerita berlangsung cepat, menghentak seperti dibawa menonton film action dengan tokoh sentral seorang wanita sexy dan molek bernama Susan Fletcher. Jika di buku Dan Brown yang lain kita akan menemui tokoh sentral laki-laki bernama Langdon (ingat Davinci Code dan Angel and Demon), maka kali ini tokoh utamanya wanita. Semua adegan seperti digandeng urut membentuk satu kesatuan yang tegang, tapi juga asyik untuk diikuti. Baik cerita saat di latar tempat ruang rahasia bawah tanah di NSA, juga Spanyol dimana kejar-kejaran cincin berlangsung. Secara keseluruhan aku suka sih. Maka 500 sekian halaman bukan hal yang sulit untuk dibolak-balik  sampai akhirnya bertemu dengan kata Tamat. Recomended !



3 komentar:

Anto Rahmat mengatakan...

Paling suka Digital Fortress dari keseluruhan buku Dan Brown yang ada. Ga sangka saya sama Strathmore yang diam-diam suka sama Susan Fletcher. David kalau ga salah mati kan ya? Kasihan Susan...agak lupa bagian ending. Mantab reviewnya Mbul :D

Anonim mengatakan...

Dek banyakin resensi novel roman atau komik lagi dong. Mbak suka baca resensi bukunya Adek! Next novel romantis lagi ya Dek

Anonim mengatakan...

Tokoh Susannya fisiknya mirip si admin, matanya bulet belo, lucu :D