Sabtu, 22 Juni 2024

Mbul Jalan-Jalan ke Pantai Ancol


Assalamualaikum wr wb...
Hallo...hallo....hallo, jumpa lagi dengan Shirahoshi Beby Mbul Nita di sini? Apa kabarnya, Teman-Teman? Semoga selalu dalam keadaan baik ya. Kali ini Mbul mau cerita tentang jalan-jalan kemaren nih, fresh from the oven banget, yaitu Rabu, 29 November 2023 waktu Mbul diajakin Tamas ke Pantai Ancol. Wow? Baru sekalinya aku ke Pantai Ancol. Kalau sebelum-sebelumnya belum pernah. 




Cuma pernahnya ke Gelanggang Samudra, biasa anak muda... pacaran dulu hahahha. Kalau ke Dufan (Dunia Fantasy) juga belum pernah sih. Soalnya ga ada wahana yang bisa dinaikin #anaknya takut ketinggian atau sesuatu yang diputar-putar pula. Jadi Dufan ga pernah ada dalam pikiran. Tapi aku hapal lho sama boneka maskotnya. Itu lho yang idungnya lucu.. Soalnya dulu sering liat iklannya di TV lalu tau-tau keinget sama jingglenya... Bunyinya kayak gini : "Tralala trilili senangnya rasa hati, ditengah canda suasana gembira. Yo santai bersama~ ye ye Ancol~ di alam fantastis ye ye Ancol~ di Taman Impian Jaya Ancol..." Siapa yang baca ini sambil nyanyi, ngacuuunk? Apa cuma Mbul aja ya, hehehhe...Iklan Dufan juga biasanya ada di sela-sela halaman Majalah Kelinci Bobo...

Dan pada kesempatan kemarin, aku baru bisa menginjakkan kaki ke Pantai Ancol, yeaaaay! Ancol sekarang bagus ya? Cantik dan terawat. Bersih banget. Banyak pepohonan dan kembang warna-warninya. Termasuk ada pula pohon Kigelia africana yang kayak di Ka eR Be, atau orang bilang namanya pohon sosis. Meski buahnya mirip asam besar. Banyak pula kembangan yang warnanya pink tapi aku ga tau namanya apa ya. Pokoknya bagus deh. Itu ditanam di sepanjang pinggir jalan dekat parkiran menuju ke area pantainya. Sore-sore sekitar jam 16.00 WIB dari rumah, melipir tembus ke Ancol. Rabu kebetulan hari cerah. Matahari bersinar hangat. Padahal Selasanya mendung dan hujan seharian. Nah, Rabunya cerah banget. Ga taunya abis Cengkareng berawan. Jakarta ga begitu panas sore itu. Cenderung adem. Tapi agak macet sih. 






Nyampenya itu udah mau matahari terbenam. Sebelumnya maem siang dulu pake pecel pincuk beli di Abang pick-up-an yang biasa ngetem pagi-pagi. Tapi baru sempet kemaemnya siang. Sambal kacangnya dibuntel sendiri biar sayurnya ga basi atau masih enak dimakan biarpun udah siang. Ada lontong dan peyek rebonnya juga lho. Lontongnya hijau karena dibungkus daun pisang (tapi udah diirisin). Peyeknya renyah dan crispy. Kadang-kadang aku lebih suka peyek rebon atau ikan teri ketimbang peyek kacang. Aku suka yang gurih-gurih. Tapi aku ga maem pake lontong atau nasi sih. Aku maem pecel sayurnya aja. Kalau yang lain maemnya buat sarapan, kalau aku maemnya siang...hahahaha...kebiasaan skip sarapan.

Nah, sore jam 2 siang Ramane udah kondur kantor, langsung sat-set-sat-set nepok-nepok pantad Beby Mbul ehem...maksudnya nyuruh aku segera ganti jilbab dan baju dulu biar kami bisa segera berangkat. "Mau kemana emang?" Mau cari sunset. Eh, lha kok cari sunset. Bukannya mau ke tempat Mbakku? "Kan jalan-jalan dulu Dek siapa tau mau mampir pantai, ya kaaaaan. Dedek mau ke pantai pow uraaak, ayoooo ndang?" Maukkkk dunk. Masa ditawarin begitu gamau. Bukan Beby Mbul namanya. Dan beneran akhirnya kami ke pantai. Pantainya Ancol pula, hahhahahha.









Tapi sebenernya ke sini itu ga sengaja deng. Tiba-tiba Ramane tercetus ide dadakan mau ajakin aku ke pantai. Tujuan utamanya sih seperti kataku tadi mau main ke rumah Mbakku. Tapi karena Mbak dan suaminya masih kena office hour jadi kami ngadem dulu di pantai. Dan Ancollah tujuannya. Kalau biasanya ke pantai yang deket-deket sini, nah kali ini ke Ancol. "Wah, ke Jakarta Utara nih kita, hihihi." Yoiiii.

Jalanan pas udah deket ke Ancolnya itu agak padat ya (1 arah). Banyak juga yang menuju ke sini sore-sore termasuk beberapa rombongan bus yang mau kampanye. Terus kami ke loket dan bayar karcis. Untuk dewasa itu per orangnya dikenai Rp 25 ribu. Abis itu masuk ke wilayah pantainya dan parkir. Baru aja turun dari kendaraan, seorang Mas-Mas pengemudi kapal langsung menawari kami untuk naik ke kapalnya. Ya, karena Ramane orangnya royal, akhirnya doi ga pake lama langsung bilang okey. Hahhahahaha...dia mah suka begitu. Tapi ga pa pa lah ya... kan doi yang mau traktir Beby Mbul naek kapal. 

















































Ada beberapa buah kapal yang tertambat di bibir pantai dengan tali tambang yang ditancapkan ke dasar pasir menggunakan pasak kayu. Kami sendiri menuju ke kapal yang berwarna hijau dan ada gambar lumba-lumbanya. Untuk menuju ke bagian bangku yang ada di dalam, terdapat pula sebuah papan penghubung yang ada pijakan kakinya. Lumayan sempit dan menjulang. Jadi agak ngeri takut kecemplung. Tapi tenang saja, Mas Kapalnya siap membantu kok. Kalau ada yang takut, penumpang bisa ijin memegangi pundaknya sebentar agar merasa aman saat meniti papan kayunya. Aku sendiri digandeng Ramane buat naik karena dia kelihatan antusias banget mau muter-muter pake kapal, hihihi. "Gini Dek, yang namanya wisata. Ora mung foto-foto ae tow. Duduk, ngene iki jenenge dinikmati karo dieling-eling dalam ingatan. Ga musti foto-foto terus tow." Ow gitu ya...hihihi. Tapi biarin.... wleeek...kan Mbul teuteup pengen foto-foto teuk......"Owalah Dek..Dek...yo dah sana, foto-foto, tapi jangan jauh-jauh ya. Ntar kamu nyasar lagi." "Iya tapi foto pemandangannya tar abis pulang naik kapal." #sambil elus-elus dunk pastinya. Eh udah kayak Mpuss Miong aja ya Mbul sukanya dielus-elus wkwk.

Begitu masuk ke bagian dalam, ternyata banyak bangku yang masih kosong. Bahkan kami sendiri adalah penumpang pertamanya. 















































Mas-Mas Kapal tadi pun ga lama langsung dapat calon penumpang lain yaitu serombongan pemuda dan keluarga yang terdiri dari Kakek Nenek, Anak serta cucu-cucunya. Per orang dikenai karcis Rp 20 ribu. Nanti dibawa muter-muter dari ujung hingga ujung sambil menikmati sekeliling pantai. Ada beberapa bagian yang viewnya tuh indah banget. Ada apartemen di ujung sana, cottage, kapal pesiar (sepertinya resto tapi aku ga tau), juga jembatan tempat beberapa orang Bapak-Bapak pecinta burung nerbangin burung kakak tua kesayangannya. Cantik deh burung Kakak tuanya. Warnanya merah dengan sayap serta buntut gradasi hijau-biru-kuning kalau ga salah. Kalau kalian engeh ada salah satu foto dimana ada burung melintas di atas kapal, nah itu siluet burung nuri atau kakak tuanya si Bapak-Bapak yang lagi berdiri di jembatan bareng komunitas pecinta burungnya. 

Kalau yang di sisi kiri, baru ada bebatuan karang tempat menclok burung-burung pantai lainnya yang jumlahnya cukup banyak. Hembusan angin sore, ditambah matahari terbenam diantara langit yang berwarna pastel agak keunguan juga gumpal-gumpal awan yang mirip gula kapas, menjadikan sore itu semakin indah.

Akhirnya, karena dirasa udah ga ada penumpang lagi, maka kapal pun segera diberangkatkan oleh Mas Pengemudinya. Aku dan Ramane mengambil posisi di bangku bagian depan (tapi ga depan banget), sementara depan kami ada 2 orang pemuda lagi yang siap dengan handphone masing-masing sepertinya hendak membuat konten. 










"Brummmmmm...brummmm....brummmm!!!" suara mesin kapal pun dinyalakan. Dan kapal melesat mengikuti debur ombak dan riak-riak gelombang berwarna biru tua. Sesekali air muncrat ke dalam membasahi sebagian kecil busanaku tapi itu tidak mengapa, sebab suasana sore itu sangat indah. Kapal kami memutari pinggir-pinggir area yang biasa untuk kapal melintas. Sesekali kami bersisipan dengan speed boat atau sesama kapal lainnya. Nama-namanya mengambil beberapa nama tempat di Indonesia. Sekitar beberapa menit kemudian akhirnya tiba di ujung, dan kapal pun berbalik untuk selanjutnya kembali ke bibir pantai. Seiring dengan itu pula matahari sudah tenggelam dan suasana di pantai pun semakin temaram. Beberapa lampu-lampu kedai makanan dan minuman kemasan langsung dinyalakan, dan adzan magrib pun berkumandang. Biarpun sudah petang, Pantai Ancol ternyata masih ramai pengunjung. Ada yang santai-santai, ada pula yang olah raga lari sebelum magrib tadi. Kami akhirnya berhenti sejenak untuk membeli air mineral, teh botol sosro, dan fruit tea rasa Apple+Blackcurrant. Meneguk dinginnya teh rasanya nikmat. Tapi perut tiba-tiba keroncongan. Teringat maem pecelku tadi siang cuma sama sayuran rebusnya aja siram sambal kacang. Sekarang udah ngelih lagi. Ku pun kemudian bilang udah laper. Mauk maem..... "Arep maem ning ndi Dek?" Ehmmmm.....dimana ya? Pengennya di luar Ancol aja. Soalnya kalau di dalam Ancol belum ada pengalaman. Nanti udah dekat-dekat tempat Mbak aja gimana maemnya? Boleh.... Kami pun akhirnya memutuskan untuk segera cabut dari situ karena hendak meneruskan acara ketemuan sama Mbak. 













Singkat cerita...usai masuk area Grand Wis Bekasi, ternyata dapat info Mbak lagi renov, jadi rumah lagi ada pengerjaan Pak Tukang, akhirnya diputuskanlah kami ketemuannya di rumah makan aja deh yaitu SHSD, Sambal Hejo, Sambal Dadak. Wah kayaknya ini rumah makan baru nih. Kami tiba di sana duluan. Jadi takpesenkan makan aja dulu. Modelnya itu diantarkan piringan gitu. Jadi nanti lauk yang dimakan per potongan ya itu yang dicaz. Nah, set makanannya itu terdiri dari bermacam lauk (ada dadar jagung+cimplung, empal, rendang jengkol, ayam kampung basah goreng, pepes, tahu+tempe, lalap timun, kemangi, daun mint), kalau mau ada tambahan sayur boleh aja, tinggal bilang ke Mas-Mas Pramusajinya. Kami pesan cah kangkung dan sate maranggi (sate sapi), es teller, es teh manis. Sambalnya yang maknyus banget, soalnya ada beberapa macam rasa. Ada yang merah dan ijo. Rasanya pedes banget hahahhaha. Aku cuma cobain sate maranggi, ayam kampung basah goreng, cimplung yang bulet-bulet lutjuuw (takpikir itu tadi kroket kalau ga tabul atau tahu bulat hahahha), kangkung. Sambelnya nyobain dikit ternyata ga kuat...takut perutnya meronta, akhirnya sakcumil aja. Abis itu ga lupa es teller. Es tellernya ada alpuket, nangka ama degan atau kelapa mudanya. Enak deh...Terus konsep tempat makannya itu serba jadoel. Ada banyak pernak-pernik era tempoe doeloe yang menjadi pemanis suasana. Misalnya rantang-rantang lurik, pajangan dll. Lutjuw deh...


























































































Pulang dari Bekasi itu malam. Di Jakarta kena ujan deras dan agak macet. Tapi sampai rumah cuma gerimis tipis-tipis. Esoknya harus bangun pagi-pagi. Siapkan segalanya hihihi. Eh alhamdulilah aku bangun pagi juga. Sedari subuh dah mendung. Malah gerimis turun lagi. Aku udah masakin kangkung, telor dadar dan bakwan jagung sih. Abis itu Tamas panggil-panggil Mbul. "Noh Dek, Kucing orenmu teko neh. Tapi udu sing gede. Sing mandang cilik sijine..." Ah masa? "Kui loh ngiyup ning teras." E ya aku langsung lari dunk, abis itu liat dia beneran lagi ngiyup bentar di situ. Asyik....teras Mbul kedatangan kucing lagi, hihihi. Kasihan, biarin aja dia neduh sampai ujannya reda. Habis hujannya reda dia pun pergi lagi, hehehhe...