Mbul Maem di Sate Kambing Wong Madiun Pak Sumo

Assalamualaikum wr wb...

Usai berlelah-lelah ria (tapi senang) di Kota Batu, akhirnya kami memutuskan untuk balik ke Surabaya lagi. Karena pertimbangannya adalah besok pulangnya bakal lebih gampang rute-rutenya. Mau bablas ke Surakarta atau Semarang kayaknya ga keburu. Jadi paling reasonable ya stay semalam di Surabaya. Baru besokannya bisa lanjut ke arah-arah Solo-Surakarta. Apalagi aku sempat pengen ke Grojogan Sewu di daerah Tawangmangu Karanganyar. Jadi rute selanjutnya bisa ke arah Jombang, Nganjuk, Caruban, Madiun, dan Magetan yang ke arah Sarangan deket Karanganyar Tawangmangu. Tapi itu besok. Karena sore itu kami harus berlelah-lelah ria dulu di Malang untuk bisa nyampe di Surabaya dalam kurun waktu 3 jam ke depan.  

Sesampainya di Surabaya itu jam-jam menuju Isya dan langsung on the spot pesen hotel yang deket Balaikota dan Alun-Alun. Pikir Tamas kalau deket Alun-Alun mau cari kuliner malem gampang. Ga taunya susah hahahah...Soalnya kan area Alun-Alun jarang pedagang kaki lima. Tapi kami tetep cari hotel di sekitaran situ. Biar kalau pagi mau liat-liat area kota tinggal jalan kaki. Maka kami pun pilih Grand Surabaya, mumpung lagi dapat promo. Untuk kamar yang luas banget dengan fasilitas yang lumayan lengkap kami cuma dapat Rp 375 ribu aja. Itu udah dapat sarapan yang diantar ke kamar. Tamas yang tentukan sarapannya yaitu nasi goreng ama mie goreng. Kalau fasilitas kamarnya sendiri itu udah ada bath up, air panas, AC, mini refrigerator, water heater, air mineral, teh, gula, kopi, TV, bahkan hair dryier. 

Pas malam-malamnya itu kami dah ga sanggup beli maem di luar karena saking teparnya dengan kepadatan kendaraan di Malang. Jadilah malam-malam pesan makanan pake ojek online aja walaupun kenyataannya datangnya nyampe sejam hahhaha. Pesannya sambal penyetan Surabaya tapi sambelnya dipisah. Kami pesan lelel+terung+tahu+tempe, telor dadar+terung+tahu+tempe, paket tahu tempe lebih banyak lagi. Nah sambel yang diplastikin sendiri itu ada beberapa macam, diantaranya sambal teri jengki, sambal tomat, dan sambal ijo. Rasanya enak deh, tahu tempenya kerasa, dan telur dadarnya juga gurih banget. Untuk terung dan lelenya aku ga ngicip tapi sepertinya enak. Sambal teri jengkinya juga enak banget. Ga gitu pedes. 

Malam yang demikian tepar ini akhirnya kami pergunakan untuk istirahat aja, sebab emang di sini cuma pengen nglemesin badan buat besok jalan lagi karena kami mau ke arah Sarangan kalau ga Karanganyar Tawangmangu, tapi sebelumnya kami musti lewat ke beberapa kota dulu di Jawa Timur. Ada yang lewat tol, ada pula yang lewat kotanya. Tergantung sikon.

Keesokan harinya, setelah pamit dari Surabaya, kami pun bertolak menuju kota pertama karena bertepatan dengan Jumatannya Ramane. Ya, belum ngepasi jam-jam Jumatan pas sih, tapi biar lega, paling ga kami musti cari masjid dulu biar ga ketinggalan Sholat Jumat. Jadilah keluar tol dan masuk ke Kota Jombang yang ternyata termasuk kota yang bersih dan rapi. Banyak pondok pesantren di sini sehingga emang hawanya cukup religius. Singkat kata, menuju bedug dzuhur kami menuju ke Masjid Agung Jombang dan setelahnya baru bisa makan siang di warung klasik rekomendasi Suamiku yang emang suka makan di warung klasik yang pengunjungnya biasanya Simbah-Simbah Kakung atau pinisepuh gitu, hahhaha...Katanya yang warungnya klasik kebanyakan makanannya tuh enak. Tadinya kan aku kepengen mimik es krim di Tivoli tapi ga jadi soalnya Ramane nrenteng pengen ngajakin aku ke lodeh kikil di warung sederhana yang klasik itu. Letaknya nyebrang rel kereta dan ada di pinggir jalan raya. Agak susah parkir jadinya kami musti parkir di tempat yang agak jauh dari warung makannya.

Kami makan di Nasi Kikil Mak Temu yang catnya berwarna biru. Dan seperti yang kami prediksikan dari awal kebanyakan yang makan di sana adalah Mbah Kakung-Mbah Kakung yang habis kondur Jumatan hahahah. Jadi pas kami kulonuwun badhe nderek maem juga, maka yang ada adalah pemilik warungnya kaget tapi seneng sumringah gitu karena yang maem tetiba sepasang anak muda hahahhahah....Terus beramah tamah deh tanya kami datang dari mana dan ada tujuan apa nyampe mampir ke Jombang. Kami bilang dari kota kami cuma pengen jalan-jalan ngrandom aja ke sini. Ga ada tujuan pasti. Yang penting nyenengke anak bojo, begitu kata Suamiku yang langsung dengan semangat pesen nasi lodeh kikil, satu-satunya menu yang dijual di sini. Lodehnya bisa pedes, bisa pula ga pedes. Aku seperti biasa pesen yang ga pedes, karena kan maemnya sama Kakak A dan Mas Montogh. Lodeh kikil ini isinya nangka muda atau thewel yang disanten bareng kikil dan juga tetelan. Rasanya gurih dan paling nyamleng dimakan bareng kerupuk. Oiya, di muka meja warung juga terdapat nyamikan lain seperti biji dawung yang kukira tadinya kacang mete, terus ada kue, roti isi dan legen khas Tuban. Harganya juga bersahabat banget karena ga sampai Rp 50 ribu kami makan di sini sudah dengan minumnya.

Usai mengisi perut di Jombang dengan nasi kikil khasnya, kamipun melanjutkan perjalanan menuju kota-kota selanjutnya yang meski ga diendegin lama tapi paling ga jadi tahu tata kotanya seperti apa. Kami lewat Nganjuk, Kediri, Caruban, dan Madiun. Beberapa jadi keinget banget karena baca sentra oleh-olehnya, misal kalau di Kediri itu oleh-oleh khasnya ada Tahu Taqwa dan Tahu Pong. Kalau Madiun sepanjang jalan itu nasi pecel ama rawon. Pas nyampe Madiun nih yang sejenak takjub. Sebab begitu melewati kotanya aku langsung pengen memuji kerapihannya. Lampu-lampu kota tertata cantik, pedestriannya bersih dan penuh pepohonan yang dipenuhi bunga-bunga berwarna lavender. Cantiiiik banget. Beberapa kali aku turun dari kendaraan dan memotretnya karena beneran setakjub itu aku dengan kota yang dijuluki Kota Pecel ini. Apalagi di sekitaran situ sedang ada acara jadi semakin semarak aja dengan beberapa dekorasi Natal dan Tahun Baru yang tampak meriah.

Sebenernya pas di Madiun itu aku pengen mampir ke Depot Es Segar yang terkenal dengan macam-macam esnya yang lucu-lucu. Ada es cinderella, es putri salju, es jelita dan lain sebagainya. Sayang pas ke sana Depot esnya tutup jadi akhirnya kami ga jadi mampir deh. Sebagai gantinya, kami maem di Warung Sate Pak Sumo aja yang masih ada di sekitaran situ dan pas lewat sepintasan kelihatannya kok enak. Kami dadakan aja sih ke sini. Karena sebelumnya belum nyate lagi, akhirnya pas liwat warung sate ya udah cobain. Lokasinya ada di Jl. Cokroaminoto No.04, Pandean, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa Timur. Seberang Toko Oleh-Oleh Mirasa dan dekat dengan Holland Martabak Terang Bulan.

Di Sate Pak Sumo, Satene Wong Madiun ini menu utamanya ada sate kambing, sate ayam, tongseng dan gule. Kami sendiri pesan sate kambing dan gulai yang kuahnya ga pedes. Sate diproses oleh 2 orang Mas-Mas yang juga sibuk melayani pesanan 3 orang Bapak-Bapak yang sedang mengobrol di meja depan. Sedangkan kami di meja paling mburi. Memang dari warungnya saja terlihat cukup legend karena di dindingnya terdapat banyak foto-foto orang terkenal yang pernah mampir ke warung sate ini.

Sate kambing dan gule pun diantarkan memang agak lama. Musti sabar menunggunya. Tapi karena kami ga diburu-buru waktu dan sambil menikmati suasana yang ada jadi ga masalah. Pas mateng dan disajikan ke atas meja, daging satenya termsuknya langsing-langsing mengisi tiap tisikannya, maksudnya kalau menurutku mirip potongan sate Madura yang dagingnya langsing-langsing. Tapi dari wanginya sih menggugah selera. Warnanya coklat karena marinasi bumbu dan juga kecap. Dalam sepiring sudah disatukan dengan irisan kubis, bawang merah, tomat, dan sambal kecap. Namun di atas permukaan satenya dikasih sedikit bumbu kacang yang menjadikan ketika satenya dibalurkan pada sambal kecapnya akan lebih kental lagi.

Sate kambing Pak Sumo ini tekstur dagingnya empuk. Mungkin kambing yang digunakan adalah cempe ya, jadi rasanya itu mantab. Ga ada bau prengus sama sekali dan ama sambalnya itu pas-pas aja. Secara harga, memang di atas rata-rata karena mungkin di pusat kota, tapi kalau mengingat rasanya enak, wajar aja sih...