Jumat, 27 September 2019

Komik Sisipan Bobo : Emas untuk Misha


Emas untuk Misha

Misha adalah seorang gadis remaja yang bermimpi menjadi seorang pelari. Sayangnya, impiannya itu tidak pernah didukung oleh sang ayah karena suatu sebab. Padahal selama ini ia tinggal berdua saja dengan beliau. Ibunya sendiri diceritakan telah meninggal ketika Misha masih bayi. Jadi apapun yang dilakukan Misha harus melalui persetujuan sang ayah. Termasuk dalam hal olah raga lari. Jangankan lari, olah raga jenis apapun tetap tidak diperbolehkan oleh sang ayah. Beliau bahkan menyekolahkan Misha di tempat mahal supaya tidak bertemu pelajaran olah raga. Padahal Misha sendiri berpikiran, lebih baik ia disekolahkan di tempat biasa saja asalkan masih bisa menekuni hobinya itu. Sayang impiannya harus kandas karena tak sejalan dengan prinsip sang ayah. 



Bosan setiap hari terkungkung dalam rumah, diam-diam Misha berlatih lari di suatu siang yang cukup terik. Hal tersebut ia lakukan sepulang sekolah saat ayahnya sedang bekerja. Namun saat sedang semangat-semangatnya berlatih, tiba-tiba saja kulitnya terasa seperti terbakar. Perih sekujur tubuh, dari kepala hingga kaki. Rasanya bukan main nyerinya. Ia pun segera pulang dan diperiksakan ke dokter spesialis kulit yang didatangkan langsung oleh ayahnya. Sayangnya, setelah diperiksa justru ia mendapatkan kenyataan yang cukup mengejutkan. Ia divonis dokter menderita alergi sinar ultraviolet yang datangnya dari sinar matahari. Ayahnya pun marah besar karena curiga Misha latihan lari di siang hari yang penuh dengan sinar matahari. Misha lantas meminta maaf walaupun ayahnya semakin bersikeras melarang Misha untuk menekuni hobinya itu. Pokoknya sepulang sekolah harus sudah pulang ke rumah dengan dijemput ayahnya. Tak ada lagi latihan lari, apalagi di siang hari. Kalau ngeyel, jangan harap alerginya akan segera sembuh. 

Seluruh jendela di rumah kemudian dipasangi kaca khusus agar dapat menangkal tembusnya sinar matahari. Begitu pula kaca mobil yang biasa digunakan ayahnya untuk menjemput Misha. Selain itu, ayahnya juga menyediakan banyak buku agar Misha betah di rumah. Beliau juga tak segan-segan meminta pihak sekolah agar memberikan PR yang banyak saja agar Misha tak sempat memikirkan olah raga lari. Setidaknya hal tersebut harus Misha lakukan kurang lebih 2 tahun agar efek alerginya tidak semakin parah. 

Namun demikian, semakin protektif sikap sang ayah, semakin memberontak pula hati Misha. Akhirnya, diam-diam Misha berlatih lari di malam hari. Apalagi dalam waktu dekat akan ada seleksi olimpiade untuk 6 pelari putri yang disponsori oleh brand ternama. Sebenarnya pengumuman itu sengaja diletakkan di dekat area tempat Misha berlatih oleh sosok misterius yang mengusahakan agar Misha benar-benar menjadi pelari. Sosok tersebut kerap mengintip kegiatan Misha dari balik jaketnya sembari terus menilai skill Misha dari hari ke hari. Ia bahkan banyak mendukung Misha dengan cara menyiapkan baju khusus berwarna emas yang dapat digunakan Misha agar dapat berlatih di siang hari, sepatu olah raga, dan juga papan start untuk pelari. Sosok ini rupanya amat sangat mengerti keinginan Misha, bahkan seperti ada ikatan batin meski selama ini hanya berkomunikasi lewat surat.

Selanjutnya cerita bergulir dengan fokus utama tentang perjuangan Misha mengikuti seleksi olimpiade lari. Meskipun dirinya harus menahan malu karena diejek dan diremehkan yang lain karena memakai kostum aneh yaitu baju anti matahari yang berlapis emas. Di sini Misha dikatai yang tidak-tidak oleh kompetitornya seperti hanya mencari perhatian saja dengan penampilan anehnya. Meski begitu Misha tetap berusaha keras sampai titik darah penghabisan, walau di tengah-tengah sempat terlintas pikiran untuk mundur saja dari arena seleksi. Untung saja support dari sosok misterius yang menjadi pelatihnya kembali menguatkan Misha untuk bangkit.

Konflik mulai diceritakan ketika sosok misterius yang dimaksud ternyata adalah ibu Misha, yaitu Elsa Nolen. Beliau merupakan seorang mantan atlet sputnik atau pelari cepat yang semasa muda lebih memilih karirnya ketimbang bayi yang baru saja dilahirkannya, Misha. Itulah sebabnya ayahnya sangat sakit hati dan tidak mengakui keberadaan istrinya. Ia juga sangat membenci apapun yang berkaitan dengan olah raga lari.

Selain "Balas Dendam Winni", komik sisipan Bobo yang satu ini memang cukup membekas di hatiku. Terutama karena tokoh utamanya yang berpenampilan unik dengan baju lari berwarna emas yang membungkus tubuhnya sehingga rasa-rasanya akan selalu terngiang dalam kepala. Walau saat membaca pertama kali yakni pada saat aku masih SD, aku hanya mendapat 1 edisi cerita saja, itupun hanya pada bagian tengah-tengahnya. Jadi kurang tahu awal dan endingnya seperti apa (waktu itu). Untunglah saat sudah dewasa seperti sekarang, aku mendapatkan cerita utuhnya dari bendel Majalah Bobo yang aku dapat dari situs e-commerce. Rasanya jadi puas saja ketika mengetahui oh...ternyata cerita lengkapnya seperti itu toh #lega ahahhah, apaan dah. 

Yang jelas cukup banyak pelajaran yang dapat diambil dari komik sisipan Bobo yang satu ini, diantaranya : 
  • Bagaimana agar kita tetap semangat (pantang menyerah) dalam hal mengejar mimpi walaupun  kita mempunyai keterbatasan
  • Dalam berkompetisi, hendaknya kita saling mengedepankan sikap sportif
  • Lebih baik hidup dalam kejujuran walaupun pahit sekalipun, daripada terus-menerus menyembunyikan sesuatu, karena hal tersebut akan jauh lebih melegakan untuk dijalani di kehidupan yang akan datang
  • Kasih sayang yang utuh dari orang tua adalah harta yang paling berharga bagi seorang anak
  • Sebagai orang tua harus mampu mendahulukan prioritas ketimbang ego semata
Sekedar informasi komik sisipan Bobo yang berjudul Emas untuk Misha ada di nomor : 
  • Majalah Bobo Klasik No. 01- Terbit 16 April 1992 - Emas untuk Misha (1)
  • Majalah Bobo Klasik No.02 - Terbit 23 April 1992 - Emas untuk Misha (2)
  • Majalah Bobo Klasik No.04 - Terbit 07 Mei 1992 - Emas untuk Misha (4)
  • Majalah Bobo Klasik No.06 - Terbit 21 Mei 1992 - Emas untuk Misha (6)
  • Majalah Bobo Klasik No.07 - Terbit 28 Mei 1992 - Emas untuk Misha (Tamat)