Mampir Sejenak ke Taman Buaya Tanjung Pasir
"Sayank Tubul, dolan yok. Kemana gitu. Mantai-mantai kek," ajak Si Mas suatu kali di Hari Minggu yang penuh matahari (pada tahun yang telah lampau) saat mendapati seorang Tubulwati sedang ugat-uget aja kayak tatung nangka. Heu...ga deng, bukan begitu cara manggilnya. Doi kan jarang manggil aku Yank, Honey, Bonney, Sweety, Beiby, atau nama-nama lain yang kedengarannya totwiit..... hahaa... Jadi ajakan sebenernya adalah berbunyi : "Dek Nyiet, ayo ndang tangi, kita jalan-jalan ke pantai. Buruuuuu ganti baju, nek ora tak tinggal loh," terus gw ditabok vantadnya biar ga males-malesan aja karena tura-turu sepanjang hari, wakakak...#Sendiko dawuh Gusti.
Karena sudah diajakin begitu, terpaksalah (terpaksalah tapi mengatakannya dengan senang)--gw ikut juga. Lepas ganti baju, kendaraan distarter, dan kami menuju ke area pantai yang paling terkenal se-Tangerang raya, apalagi kalau bukan Tanjung Pasir. Tapi sebelum beneran capcus ke sana, kami mampir sejenak ke area wisata yang cukup esktrem dan searah dengannya yaitu Taman Buaya Tanjung Pasir. Kenapa dikatakan ekstrem? Karena eh karena yang ada di sana adalah B-U-A-Y-A !!! Buaya beneran. Bukan buaya boongan apalagi buaya buntung atau siluman buaya putih.
Berlokasi di Jl. Raya Tanjung Pasir KM 29 Kabupaten Tangerang, Taman Buaya ini sebenernya cukup dekat dengan Bandara Soeta, sebelum pantai Tanjung Pasir yang masih berada di Kecamatan Teluk Naga. Penandanya, kalau dari sisi kanan jalan terdapat Patung Buaya Raksasa yang sedang mangap dan memperlihatkan gigi-giginya yang runcing. Untung saja, aku sempat mengabadikan moment di depannya, supaya kerasa lebih afdol aja gaes...kalau aku udah mampir di tempat ini.
Setelah melalui patung tersebut, barulah kami jalan ke arah penjualan tiket yang dibanderol Rp. 8.000,- untuk orang dewasa dan Rp 4.000,- untuk anak-anak. Masuk lagi ke dalam, baru deh kami sampai di kandang-kandang berteralis berisi buaya-buaya yang bertebaran di mana-mana. Ada pula yang berendam di kolam atau sekedar bengong, mangap, tidur, dll. Cukup sepi sih sebenernya pas kami sowan ke sana. Sebelumnya paling cuma ada keluarga kecil yang terdiri atas 3 orang yang beranjangsana dengan para bajul tapi abis itu langsung pulang (atau mau bablas ke pantainya, i don't know). Tapi lumayan lah, jadi ga terlalu crowded sehingga aku dan si Mas bisa mengulik banyak informasi tentang Taman Buaya ini kepada seorang bapak berbaju ungu yang sehari-hari bertugas menjadi pawangnya. Kata beliau, buaya di sini ada sekitar 500 ekor yang masing-masing dipelihara betul untuk dibiakkan.
"Ada buaya muara, buaya irian, buaya batik, dll, yang antar jenisnya dipisah-pisah, " Si Bapak membuka perbincangan dengan kami sembari menegaskan bahwa buaya-buaya asuhannya ini ada yang sudah mencapai 10 tahun, 15 tahun, sampai 50 tahun. Yang terakhir ini biasanya terjadi di kalangan spesies buaya muara asal Kaltim sana, meskipun umur maksimalnya malah bisa nyampai 70 tahun, walaupun jarang ada yang bisa sebertahan itu.
"OH MY GOD ! 50 tahun ada Pak?", sontak aku kaget disertai keinginan untuk koprol juga kayang karena ya berarti ni buaya uda dalam wujud bapak-bapak menuju kakek-kakek kalau dalam itungannya umur manusia.
"Iya, Mbak...Mas...ada...itu yang gede, di ujung sono noh kandangnya. Kalau yang di depan kita sekarang nih, jenisnya adalah buaya batik, ya pantaran usia 10 tahunan lah, " si Bapak kembali menjelaskan disertai kedua lawan bicaranya ini yang menyimak betul kata-katanya itu. Dalam hatiku sampe bilang, yang 10 tahun aja segede gaban begini, gimana yang bandotannya alias yang 50 tahun ntuh, wekeekkkkekk.
"Cowok cewek dicampur atau dipisah Pak?", lagi-lagi kami bertanya.
"Campur.......tapi yang sespecies dan berdasarkan umurnya aja. Yang kecil tentu dipisah ama yang gede. Yang gede-gede itu biasanya yang jantannya. Kalau betinanya emang lebih kecil. Sekilas ga terlalu bisa dibedain sih antara yang jantan atau betina, kecuali pas masa bertelur ya. Nah, itu baru bisa bener-bener kelihatan jelas...tapi sebenernya kalau dari sisiknya juga agak susah juga dibedain jenis kelaminnya kalau dilihat cuma sekilas. Paling penengernya ya jantannya lebih gede dari betinanya. Umumnya kayak gitu, "ujar si Bapaknya lagi.
Siang yang sebenernya cukup terik itu nyatanya tak menyurutkan semangat kami dalam menggali ilmu seputar buaya, karena terus terang kami jadi tahu banyak hal termasuk tentang pakannya yang berupa ayam segar yang didapatkan dari pengepul di Bekasi. Untung saja di sisi-sisi kandangnya yang bernuansa hijau ini dilengkapi dengan atap peneduh dan beberapa bangku yang bisa diduduki di saat kaki terasa pegal.
"Hari Rabu kami datangin banyakan ayam dari Bekasi, nanti ada proses ngempaninnya, biasanya pagi...ya kalau nggak kena macet sampai sini bisa jam-jam 9-10 pagi, " terang Bapaknya yang mengajak kami ikut berkunjung juga pada saat hari pembantaian ooops maksud ai pemberian pakan itu. Seru juga sih sebenernya, kapan-kapan deh mampir pas moment itu tiba, hihi...
Ga kerasa kami lumayan lama juga ngobrol-ngobrol dengan Bapaknya, sampai tahu-tahu jam menunjukkan pukul setengah 1 siang. Obrolan yang lumayan berfaedah karena kami jadi tahu beberapa hal terkait buaya yang salah satunya banyak dicari karena giginya. Tapi karena kami masih ada agenda selanjutnya yaitu main ke Pantai Tanjung Pasir, akhirnya kami cabut dari situ dan meneruskan perjalanan kembali.
"Taman Buaya Tanjung Pasir"
Jl. Raya Tanjung Pasir KM 29 Kabupaten Tangerang
Pantai Tanjung Pasir
Dulu aku ga tahu kalau Tangerang itu punya pantai. Ya soalnya kan kalau Jabodetabek aku taunya Ancol meleeee....jadi kalau di Tangerang malah ga ngeh ada pantai yang padahal aslinya terkenal banget yaitu Pantai Tanjung Pasir. Lokasinya di Kecamatan Teluk Naga, setelah Taman Buaya Tanjung Pasir. Ancer-ancernya kalau dari Bandara Soeta, kita bisa masuk dari arah pintu belakang bandara Jl. Swadarma (atau biasa disebut M1). Dari situ, ikuti jalan itu ke utara luruuuuuuuuus teruuuuuuuus menuju ke arah Kampung Melayu (tapi Kampung Melayu yang di Tangerang ya bukan Kampung Melayu yang di Jakarta). Nah, abis nyampe di Kampung Melayunya, kita bisa belok ke kanan yang mau ke Tanjung Pasir. Pokoknya ikuti aja Jl. Tanjung Pasirnya yang beberapa kali ada ketemu sungai (yang biasa buat MCK warga setempat dan banyak pula dihiasi enceng gondok, HAHAHA). Nanti kalau udah nyampe Teluk Naga, dia akan ngelewati keramaian pasar sampe ketemu pertigaan. Abis itu dia masuk ke area pertambakan yang di pinggir-pinggir jalannya ada tempat penjualan ikan atau hasil laut lainnya. Nanti dia juga ada masuk ke gang-gang dikit sih yang mana di satu spot ada patung menyerupai dewa neptunus. Nah, kalau udah nyampe situ, berarti uda deket ama pintu masuk yang menuju ke parkiran tempat wisata Pantai Tanjung Pasirnya.
Untuk tiket masuknya, kena charge Rp 35 ribu per 2 orang dewasa dan kendaraan roda 4. 2 bayi ga keitung, hihihi.. Karena sudah pernah beberapa kali ke sana, termasuk pas masih berduaan aja waktu honeymonan belum ada baby dan naik motor ya kenanya lebih murah.
"Eh perasaan pas dulu masih berdua n nitip motor di parkiran, kok masuk-masuk uda ada kapal-kapal yang mau ke Pulau Untung Jawa ya Mas. Kok sekarang ada parkirannya segala dan ketemu pasir yang luas banget ?", aku bertanya cukup heran karena sebelum-sebelumnya belum pernah masuk lewat sini.
"Ya dulu kan kita lewatnya pintu belakang Mbul, yang di parkiran itu. Kalau sekarang dari depan. Jadi kelihatan deh pantai pasirnya."
Ehm...ngono toh..
Begitu memasuki area parkiran, yang kulihat sih ada beberapa spot khusus yang disediakan pengelola Pantai Tanjung Pasir, diantaranya masjid yang berada ga jauh dari patung ikoniknya Tanjung Pasir, kamar mandi untuk membilas badan pengunjung yang sebelumnya main pasir atau berbasah-basah ria mandi air laut, juga warung-warung pinggir pantai entah sekedar menjual aneka makanan seperti seafood, pop mie dan minuman warung, pecel, gorengan, persewaan bangku untuk duduk-duduk, juga kios-kios cinderamata khas pantai seperti hiasan dari kerang, baju pantai, batik, daster, mainan, sendal, dll. Ada pula sewa permainan anak yang dibikin berupa perosotan rumah balon dan mandi bola. Juga odong-odong dan lainnya #duh bisa gawat kalau pas bawa anak, dan anakku nglirik permainan-permainan itu hahaha.... Ada juga persewaan tikar dan penjual layangan yang laris manis diserbu pembeli yang hobi menerbangkan layangan di pinggir pantai karena anginnya kenceng.
Pantai Tanjung Pasir termasuk pantai yang memiliki pasir putih cukup luas. Kami sendiri begitu tiba di depan pantainya, ya akhirnya nggewah-nggeweh aja berjalan di sepanjang pinggiran pantai. Dari ujung hingga ujung bulak-balik sampai capek, sambil itu pula kaki mainan pasir. Aku nyeker aja, lupa bawa sendal jepit. Lupa juga bawa kain pantai dong yang harusnya bisa buat duduk-duduk. Jadi terpaksalah nyewa bangku yang ada di pinggiran situ, sembari pesen indomie goreng ama minuman. Ya, kalau duduk doang kan ada yang kurang ya. Ya udah lah tambahi aja buat gayem-gayem indomie goreng meskipun aku yakin betul kalau di tempat ginian mah indomienya pasti digetok harga mahal, huehehe... Pokoknya 2 mangkuk indomie goreng pake telor, 1 buah air mineral, 1 larutan penyegar cap badak, 1 bangku buat duduk-duduk sepuasnya, itu totalnya hampir cepek (Rp 100 ribu red #meringis deh gw, tapi Pak Su mah biasa aja, haha). Mana rasanya pas udah dianterin indomienya kagak sesuai ekspektasi lagi soalnya dimasakinnya kurang mateng, jadi ada beberapa sisi yang mienya masih keras, dan telurnya juga mabyurrrr hahhaha...tapi ya sudah lah ya, gw makan juga. Gluk-gluk sambil itu tenggorokan gw guyur pake larutan penyegar, biar kerasa lebih enakeun...
Oh ya, sebelumnya juga aku ngliat tukang cilung dan juga telur gulung. Penasaran sih pengen tahu rasanya kayak apa, akhirnya beli Rp 10 ribu. Yang telur gulung ternyata kocag dong, soalnya ga kayak telur gulung pada umumnya. Jadi telur gulung yang ini dalemnya telur rebus dipotong segi empat dan dicelupin ke kocokan telur dan digoreng sampe kriwil-kriwil. Walaupun rasanya enak, tapi sempet kaget aja karena beda ama telur gulung pada umumnya.
Nah, di pantainya ini kami ga lama-lama sih. Abis makan indomie goreng dan ngadem bentar (menikmati sejuknya angin), ya wes, balik pulang. Sebenarnya ada opsi lain yang lebih mendebarkan ketika berkunjung ke Pantai Tanjung Pasir, yaitu ketika memutuskan untuk ikut menyeberang ke pulau seberang. Pulau tersebut bernama Pulau Untung Jawa.
Nah, di pantainya ini kami ga lama-lama sih. Abis makan indomie goreng dan ngadem bentar (menikmati sejuknya angin), ya wes, balik pulang. Sebenarnya ada opsi lain yang lebih mendebarkan ketika berkunjung ke Pantai Tanjung Pasir, yaitu ketika memutuskan untuk ikut menyeberang ke pulau seberang. Pulau tersebut bernama Pulau Untung Jawa.
"Pantai Tanjung Pasir"
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten
Sensasi Menyeberang ke Pulau Untung Jawa
Sebenernya yang agak bersihan lagi adalah pantainya Pulau Untung Jawa. Dia ada di seberangnya Tanjung Pasir dan kalau mau ke sana bisa naik kapal yang kurang lebih budgetnya Rp 50 ribu. Tapi sejak ada baby, jarang juga kami sampai nyeberang, seringnya dulu pas masih berduaan bareng bapake barulah nyeberang, hahaha...
Dan for your info, sensasi naik kapalnya itu loh yang bikin ga bisa lupa tiap kali inget kenangan jalan-jalan ke Untung Jawa yang cuma beberapa menit dari Tanjung Pasir. Eh beberapa menitnya juga hampir sejam deng. Kira-kira 40 menitan lah. Model kapal-kapal yang disewakan itu bangkunya selang-seling dan kalau mau naiknya lumayan Pe-er ya apalagi kalau yang cewek pake rok haha... Jadi kita tuh harus meniti bambu super tinggi dulu yang bawahnya udah ketemu air buat naik ke badan kapalnya. Uda gitu biarpun kapalnya masih ditambatkan pake tali, tapi ya, karena di atas air tetep goyang-goyang. Nanti, jalannya itu nunggu kapal udah agak penuh. Kira-kira sampai 50-100 orang lah baru mau jalan. Sebab kalau masih dikit ya abangnya tekor bensin dong. Eh kok bensin ya, aku ga tau deng bahan bakar kapalnya pake apaan. Nanti, begitu bangkunya udah keisi semua, langsunglah mesinnya dinyalakan dan mengarunglah beramai-ramai dengan terpal yang layarnya berkibar-kibar terkena angin. Sensasinya itu lumayan bikin mabok juga sih sebenarnya. Sebab kadang ya goyangnya agak kenceng, hahaha.... Pernah kan ya, pas angin dan ombaknya saling ketemu, langsung itu aer pada masuk uda kayak adegan Titanic mau dinyanyiin lagunya Celine Dion. Seru dan mendebarkan, takut kapal tau-tau mbalik, hahahhahahha...... Terus kalau pas dapet moment bagus, ya bisa motret kawanan burung camar yang bisa baris rapi pas bertengger di pucuk-pucuk pancang yang ditanam di laut lepas. Serius cakep banget kalau pas dapat moment itu.
Nah, begitu sampai pulaunya nih........pemandangan yang disajikan di sana adalah pasirnya yang kelihatan lebih putih dan bersih ketimbang yang di Tanjung Pasirnya. Ada pula kuliner pantai seperti warung tenda yang menjual olahan ikan laut dan seafood lainnya, lotek, indomie, ciki-cikian, es limun, es kelapa muda, dll. Menuju ke dalam lagi akan ada hutan bakau, rumah warga desa yang dicat warna-warni, juga beragam penginapan atau guess house yang menawarkan banyak fasilitas dengan harga yang terjangkau. Nanti kalau udah menuju jam-jam pulang, bakal dihemput lagi pake kapal yang akan mengantarkan kita ke Tanjung Pasirnya. Bisa dengan kapal yang sebelumnya kita naiki, atau bisa pula beda nama. Tapi ratenya sih kurang lebih samaan, yaitu sekitar Rp 50 ribu.
Saya terpesona.. bukan sama buayanya. Juga bukan sama si tubulwati.... wkwkwkw walau terus terang jadi bingung nape judul blognya Gembul Kecil, karena lihat badannya justru kayak orang kurang makan gitu...
BalasHapusIni pencitraan yang tidak baik yah... orang kurus kering gitu ngaku gembul.. wkwkwkwk
Btw, senang melihat keceriaan keluarga dengan wisata sederhana. Tidak mewah dalam harga, tetapi terkesan ceria dan bahagia. Smoga terus gitu ya mbul...
Cuma kali ini aku ga banyak baca teksnya, justru menikmati essay fotonya yang bagus dan bisa menggambarkan suasana disana.
Untung kamu ga pelit kalau soal foto Mbul. Ukuran juga ga banyak mikir dipasang dalam ukuran lebar, jadi orang ikut terbawa menikmati. Kalau fotonya mini, biasanya aku males liat.. cuma yang ini aku liatin satu persatu..
Sekalian nyari jangan-jangan si blangsak oink oink ditelen sama buaya..Merhatiin perut gendut buaya, siapa tahu si oink oink ada di dalamnya.
Nice posting Mbul
Btw nambah.. ada foto-foto yang dobel ya Mbul.. males meriksa yah?
BalasHapusWakakak, tau aja si bapak, setelah kucek ulang iya ada yang dobel, ya .... ampun aku males ngedit dong ahahhahahha
HapusMba Nita ajari saya menulis seseru ini dongggg, seru banget bacanya, intronya, conversationnya, even penutupnya. Syukaaaakkk! Mana deep banget pula tulisannya :D mengalir dibaca dari atas sampai bawah, ikutan ketawa waktu pasangan mba Nita bilang mau ditinggal sambil tepok pantat hahahahaha. Terus ikutan bete karena bayar makanan sampai IDR 100.000 mana mie-nya kelihatan nggak berwarna (yang lihat fotonya pun sadar kalau itu kurang matang, apalagi yang makan yah, nggak heran agak keras) :3
BalasHapusTerus saya jadi ikutan tau banyak informasi baru mengenai buaya, karena selama ini taunya cuma info soal buaya darat doang hahahahaha :P eniho, baru sadar kalau tipe buaya ada banyak, sampai ada yang jenisnya Buaya Batik segala. Selama ini taunya tipe dan jenis buaya ya itu itu saja, yang giginya tajam dan moncongnya panjang :"D
Ps: terkesima lihat foto mba Nita di atas, mungiiiiiil bingits ~ so pweettyyy <3
ternyata di tangerang ada pantai bagus ulalala
BalasHapuslumayan lo ini untuk ukuran pantai utara
wah aku ngeri mbak kalau buaya
secara pobia reptil ya
eh tapi lucu juga cowok cewek dicampur aku jadi ingat mixed room di hostel wkwk
hahaha iya mbak klo liat harga di pantai atau tempat wisata emang mahal
tapi aku dulu ke BWI makanannya murmer mungkin udah ditentuin sama pemdanya
jadi engga sampe seratus rubu
cuma emang makan mie telor di pantai emang ajeb
serius aku masih baru tau klo di tangerang ada pantai
kukira cuma pabrik doang
harus diupgrade nih pengetahuan geografiku wkwk
Ada mas ikrom, dan akupun baru tahu setelah pacaran ama bapaknya bocah, klo ga ya ga tahu, tahune mung wilayah ancol n muara angke ahahha
HapusTapi sebenere saiki akeh sampahe, huhu, jajal nek wargane pada kesadaran diri nda buang sampah sembarangan, kan pantainya resik
Wakakak, buaya mixed room hostel, manak deh jadinya, eh betelor deng hahahhahahah
Aduh jadi penasaran bwi, enak yo mas nek bagian tempat makanane harganya masih ga terlalu digetok mahal, jadinya ya nda tekor isi dompet hahah
Iya e, ketimbamg makan seafood, aku kok lebih nikmat nyruput pop mie panas atau indomie nyemek, tapi nek masake pas, nek ora yo gelo e hahahha
Ga mas, pantai ada cuma di area kabupaten
Klo kotanya emang pabrik in everywhere n everytime hahahahha
Aku belum pernah ke taman buaya tanjung pasir, padahal dari serang termasuk dekat ya. Kirain aku cuma patung buaya saja, ternyata buaya benerannya ada bahkan banyak sekali sampai 500.
BalasHapusItu gimana ngasih makannya ya, kalo satu ekor buaya sehari makan dua kilo ayam, berarti pawangnya harus kasih makan satu ton ayam. Jika ayam sekilonya 30 ribu, berarti 30 juta sehari ya.😱
Sementara harga tiket cuma 8.000 untuk orang dewasa dan 4.000 untuk anak anak, seribu pengunjung sehari juga masih kurang.😂
Oh ya, di daerah Tangerang juga ada taman solear yang isinya monyet semua mbak, udah pernah kesana belum?
Soal pantai Tanjung Pasir sepertinya ramai ya, perahunya juga penuh penumpang. Banyak burung yang hinggap juga ya.😄
Saya belum kesana apalagi ke pulau Untung Jawa. Nanti sajalah kalo pandemi Corona sudah berlalu, dirumah saja biar aman sekaligus ikuti anjuran pemerintah. Warga teladan aku kan mbak. 😊(Padahal aslinya ngga punya duit buat kesana.🤣)
Iya mas, serang ke Tangerang kan cepet, apalagi klo liwat tol..hahaha
HapusKapan-kapan kalau udah ga ada pandemi dolan sini mas ajak mba sarilah n si dedek plesiran wekekek
Wakakka, seperti biasa jago banget dirimu klo suruh itung-itungan #jiwane jiwa pengusaha euy..iya ayamnya kayaknya satu kali ndatengin bisa setruk gede gitu deh, cuma aku ga tau nyampe berapa ekor ayam idup yang disupply dari bekasi, lupa nanya lagi soale cuacanya mandan panas, ahha
Taman solear? Aku malah baru denger loh, dan baru tahu ada monyetnya wekekek. Aku apale taman kelinci dan kupu-kupu yang sanding jalan tuh, trus taman potret, tapi seumur-umur 6 tahun di tangerang blom pernah ku nyambangi 2 taman itu, soale deket jalan, takut bocahku ucul hahhha
Iya rame mas, dan sebaiknya dolan ke sini memang sebaiknya kalau udah ga ada pandemi, biar bisa jajan popmie atau cilung or telur gulung sampai puas, hahahhahaha
Nanti kalo ada rejeki mau coba ke pantainya saja ah. Kalo ke taman buaya nya agak takut.
HapusOh itu ayam yang dibuat makanan itu ayam masih hidup ya? Kirain aku udah digoreng atau ayam krispi gitu. Kan lebih enak ayam krispi, kriuk kriuk rasanya.😋
Aku ogah jajan di tempat wisata. Soalnya pernah makan bakso semangkok 25 ribu, mana pesannya tiga mangkok lagi. Belum minumannya. Sebenarnya kalo rasanya enak sih ngga masalah, lha rasa baksonya sama dengan yang mamang tok tok jualan pinggir jalan, Duit 100 ribu cuma kembali 10 ribu.😂
Jadi kadang bawa pop mie sendiri ama roti, biar hemat.🤣
Ayam hidup mas, buaya kan demene ama yang seger, masih ada darahe gitu
HapusKlo dah digoreng mah buatku aja hahhahahah
Iya mas memang kalau di tempat wisata mah gitu, suka ga kira-kira regane
Memang lebih hemat bawa bekel aja dari rumah, atau beli di indomaret jauh dari tempat wisata yang lebih murah gitu huhui
Ternyata ada pantai juga di Tangerang yaaa :D. Aku pikir ga ada.. blm prnh ksana pastinyaaa :D.
BalasHapusAku LBH tertarik penangkaran buayanya nit. Trakhir aku liat penangkaran buaya, pas di Medan . Jujur agak serem :D. Aku memang ga pernah berani Ama reptil begini .. lgs merinding. Tp penasaran pgn liat dari dekeeet hahahahha. Kdg suka parno sendiri, ini apa kabar kalo sampe lepas :o
Ngebesarin jantan Ama betinanya, kalo dr ukuran badan sulit juga yaaa. Kalo sesam janta , tp yg 1 agak kecilan, kan bisa aja :D. Memang hrs expert utk bedain gitu
Tp yg jantan dan betina digabung ya nit. Itu jumlah jantan dan betina sama ga yaaa.aku prnh baca, walo buaya sering dijadiin istilah utk menggambarkan laki hidung belang, tp kenyataannya buaya itu binatang setia. Hanya ada 1 pasangan biasanya.
Kalo dicampur begini, tp jumlahnya ga imbang, piyee dong yg ga dapet hihihihi... Maafkan, aku suka mikir aneh2 kalo LG gabut :p
Ada mba faaaan, adaaaa...
HapusItupun aku baru tau setelah pacaran ama pakne cah-cah, terus sejak mukim di tanherang dan ktp brubah tangerang, aku sering dolan ke sana hahahah
Wakkkk, buaya aslinya adalah hewan paling setia? Dan istilah buaya darat adalah cuma idiom semata, ahah, tau ga mba fanny, aku langsung ngegoogling kata kunci di serach engine, mengenai buaya adalah hewan paling setia dan malah dijadikan sebagai simbol kelanggengan dan kesetiaan dalam rumah tangga. Makanya di adat Betawi, salah satu hantarannya adalah roti buaya. Terus aku nemu artikel kalau konon katanya buaya jantan kawinnya cuma sekali dan dia bisa berumur sangat panjang, even though betinanya uda mati duluan, hiks so sweet amat yaaak ahhahah
Eh tapi aku kok waktu itu lupa ga nanya detail yang ceweknya berapa cowoknya berapa kalau di taman buaya tanjung pasir ini, hahahha..
rame juga ya suasana pantainya, jadi kepingin mantai juga nih, secara di tempat tinggal gw lumayan deket pantai :D..
BalasHapusbtw itu buaya-buaya nya temenya mas agus semua kayaknya, buaya darat :V
tapi memang sih kalo di tempat wisata gitu harga makanan jadi mahal ya, indomie rasanya juga gak se enak waktu bikin sendiri dirumah.. mungkin yang bikin mahal sewa bangkunya itu mbak :D
Loh aku baru tahu nif, tempat tinggalmu ternyata dekat pantai? Pantai apa namanya nif, kupikir malah pegunungan loh ahhahaha...jepara kan deket-deket temanggung ma demak yang daerah pegunungan, iya ga sih, kudu buka atlas lagi kan gw hahha
HapusWakakak, ntar lagi yang bersangkutan konfirmasi apa masih jadi buaya buntung eeeh maksudnya buaya darat apa ga ahhaha, tapi sih kayaknya mas agus tipe yang setia dan ga aneh-aneh lah yaaa ahha #mungkin cuma mantan, mantan buaya darat wkwk, becandaaa
Bener banget nif masih enakan bikinanku kemana-mana ketimbang mie yang ini ahahhaha, ga tau apa pas kemrungsung kali bakulnya pas bikin tu mie goreng wkkk
Hmmm....🙄
Hapuswah ni nif orangnya datang
Hapus#kaboooor
sambil ngartiin arti emotikonnya ntar si khanif hahahha
Kalo buka blog mb Nit harus sultan paket data nih.. foto2nya banyak dan res tinggi :)
BalasHapusBtw itu foto jaman SMP ya.. masih unyu2. Uhui :D
Bwahahahhahaha, ampunih hambaaa ya bang day, jadi kesedot kuota sekian mb huahhahaha, #sungkem
HapusWakwaw trakter bakso nih uda bikin adminnya senang ahaha
Wow pantai nya keren banget. Ingin rasanya mandi di pantai. Saya paling suka mengunjungi pantai.
BalasHapusMandi di pantai, sambil bikin istana pasir n cari undur-undur atau kepongpong wekekek
HapusBisa banget, asal sedia selalu sunblock xixixi
Kalau yang biasa ngechat
BalasHapusHaaiii boleh kenalan nggak, udah maem belum... itu termasuk buaya jenis apa ya mbak?? Wkwkwk :D
.
Ngomongin pantai jadi pengen ke pantai juga nih. Wkwk..
Tapi yang di sebelah Selatan, yang pasirnya putih, kalau di deket deket sini pasirnya hitam. :D
Mungkin kalau udah bener bener kondusif langsung gasss ke daerah Yogya nih.
Itu agaknya buaya buntung mas eksa wakakkak
HapusIya mas, aku juga senenge sik pasire putih, nda tau kenapa terlihat eksotik gitu ujarku
Jogja ki ambar ketawang dudu mas? Apa jatilawang ya, eh aku lali..hihi
Tak kiro daerahku Ki pantaine cuma Ancol e Nit...��
BalasHapusBtw..ini sebelum Corona menyerang, atau barusan...kok rame. Di sini, masih pada relatif sepi pantaine..semenjak pandemi ini.
Eh, dirimu..punya dua bocah..tp tetep langsing bnget ya
Oh foto tahun lalu ya, kirain sekarang. Pantesan ramai amat pantainya.😄
HapusBurung camarnya bikin sentimental gitu yah, berasa romantis gimana gitu.
BalasHapusKok saya bertahun-tahun ke tangerang nggak pernah ke sini ya. Sayang sekarang udah pulang kampung. Kalau nggak, pengin deh ke sini.
Iya mandangin camar berbaris rapi diantara biasnya biru laut ama biru langit tpkerasa sentimentil gimana gitu mba hihihi
HapusNext time kalau ke tangerang ke sini lagi mba ^____^
Karena liat patung buaya, awalnya saya ngira ini di Surabaya. Tapi ternyata di Tangerang.
BalasHapusKalo liat fotk buaya sebanyak, jadi ingat berita insiden penangkaran buaya yang di terboso warga setempat dan membunuh semua karena salah satu buaya membunuh warga setempat. Selain itu, yang saya notice lagi adalah harga Indomienya yang super duper mahal. Itu Indomie atau Mie Supreme? Kalo warmindl sini mie cuma 6 rb, mau pake lontong dan telur bisa 10rb dah kenyang 😁
Ga dong, surabaya mah sura dan baya, alias ada ikan dan juga buayanya hehe
HapusMemang hul, begitulah mie di tempat wisata,mharganya jadi berkali kali lipat hahahha
Serem Mbul buayanya, agak merinding gimanaaa gitu liatnya, biasanya saya gitu kalau liat ular, eh ini malah liat buaya juga sama.
BalasHapusMungkin karena pengaruh baca novel, saya ingat dulu pernah baca novel apa ya judulnya, yang ayahnya semacam kena kualat satu persatu anaknya tewas, salah satunya jatuh ke kandang buaya.
Duuhh hanya baca padahal, tapi kebayang sampai sekarang, huhuhu.
Btw, ciri khas dirimu banget tuh, upload foto uakeeehh hahaha.
Dan nggak pake edat edit yang penting ada watermark, udah deh di posting.
Jadinya, kami pembaca jadi kayak liat vidio, karena saking lengkapnya foto.
Saya dulu kayak gini juga, tapi akhirnya dikurangi karena jadi beban buat blog, astagaaaaa.. sungguh nikmatnya ngeblog tanpa didikte itu.
Makanya saya buat blog lain buat corat coret, eh waktunya yang nggak ada buat corat coret hahahaha.
Beteweee. itu keramiknya murmer ya.
Dan ku ngakak baca 100rebo untuk indomie setengah matang.
Saya paling suka indomie nggak terlalu matang, tapi nggak gitu juga kale :D
Btw lagi, kukangen mantai deh :D
wakakakak hu um kak rey seyeeem banget kalai ngebayangin kecemplung di kandang buaya atau buaya ucul wakakka, untung aja pager di taman ini kuat jadi ga ada buaya yang nrobos keluar di samping ada pawangnya ughaaa
Hapusnovel apa tuh kak
aku klo buaya ingatnya malah film horror ratu horror kita, alm suzzana yang ratu buaya putih apa ya kalau ga salah
wakakka iya kak rey, masalah foto aku emang suka yang ukuran gede, biar kelihatan jelas wwalaupun mungkin klo pas ngebuka ga pake wifi yang lancar jaya akan makan waktu juga sih
iyah, mie kurang matang paling mahal yang pernah kumakan wakakak
eh tapi kalah mie kurang matang ala kak rey yang waktu itu bikinnya pake rantang dan air termos mah kayaknya enak 😆😆
Eh betewe Mbul, baru ngeh dengan statistik blog ini, perasaan terakhir saya liat tuh masih 800reboan, sekarang udah sejuta ajah dong, keren maksimal, dirimu juga tenar banget di hampir semua blogger khususnya blogger senior, konsistensimu luar biasa deh :*
BalasHapusEh tapi aku ga tenar kok kak rey, aku mah apa atuh, cuma blogger remah remang rengginang hihihi
Hapuslah baru tau deket tanjung pasir ada taman buaya. subur-subur bahenol banget mak buayanya. haha..
BalasHapusoh ya, ke tanjung pasir tuh ada biaya masuknya ya sekarang? seingetku kok cuma bayar parkir doang ya wkt itu.. apa aku yg lupa ingatan.. wekekek..
kamu nyebrang ke pulau untung jawa mak sama 2 bayi? duh, aku jadi pengen deh. itu biaya kapal 50ribu per orang?
oh ya, btw.. sabar ya untuk harga 2 mangkok mie yg nyaris 100 ribu itu. wakakak.. *mo nangis 😂😂
bisa sedeket ini sama buaya-buaya, jadi nggak perlu jauh jauh juga ke kebun binatang.
BalasHapusmalah mungkin bisa jadi tiket nya lebih murah ini daripada ke bonbin
gara-gara mba nita ngepost ini, aku jadi baru tau kalau di daerah banten tangerang ada pantai, aku mikirnya sama mbak, palingan ya cuman pantai ancol aja
bisa nih buat tempat pelarian sejenak, sambil mesen telur gulung gitu, ngeliat lauttt dan lautttt, maknyess
hu um mba ai, tapi adanya buaya tok, kalau mau lebih lengkap tetep aja melioirku ke bonbin, duh uda lama aku ga ke bonbin, kangen haland haland hahahah
Hapuswakakak, iya mba ai, aku pun baru baru aja tau pantai di tangerang ya ternyata ada, walau di bagoan kabupatennya sih hihi
mantabbb, tapi telur gulunge agak agak menakjubkan soale lain daripada yang lain, alias isine telur rebus njuk dicelup telur lebar itu baru digoreng wekekekek