Jumat, 24 Juli 2020

Jalan-Jalan ke Tanah Lot, Ngadem, dan Ngrujak



 

Ujug-ujug ada di Bali....

Ini jalan-jalan tahun kapan sih Mbul ?

Masih dalam rangkaian mlampah-mlampah Madam Beby Mbull di Pulau Dewata pada tahun 2016 silam Qaqa.. sebelum ada beiby alias masih berduaan aja ama Pak Su waktu 3 tahun penantian momongan #mau bilang hanimun tapi bukan hanimun, wong waktu itu aku lagi 'dapet', ahahaaaa..




Nah, dikarenakan dulu nulisnya aku jadiin satu sama banyak tempat dalam bentuk itinerary, maka kelihatannya jadi ga begitu fokus ngulas per satu tempat-satu tempatnya. Uda gitu fotonya masih kujadikan grid/kolase lagi (itu loh aplikasi foto yang bisa bikin banyak foto digabung jadi satu alias dalam bentuk kotakan-kotakan), jadinya kurang begitu kelihatan. So, here we go, aku tulis ulang aja lah moment-momentnya karena sayang kalau fotonya mangkrak tanpa cerita.... Yaaa, itung-itung buat mecahin postingan bulan Agustus biar ga kopong-kopong banget arsipnya....hihihi

***

Pada suatu pagi yang cerah itu (kalau ga salah ini hari ke-4 dimana aku dan Pak Suami jalan ke Bali pada tahun 2016 silam, dimana kami caw-nya pada bulan-bulan berakhiran 'ber' tapi belum masuk masa peak season. Sekitar September atau Oktober ya aku lupa. Tapi yang jelas bulan-bulan segitu. Walaupun tetep aja kami masih random per harinya mau ke mana aja. Belum tau akutuw mauk kemana duuuh.. #busyeng ya si Mbulll....masa uda jauh-jauh terbang ke Bali, tapi itinerarynya ga jelas begini, wkwkw... Jadi, dalam total 5 hari 4 malam itu, kami jalan sesantainya aja, kemana kaki ini akan melangkah ya itu yang disatronin. Bikin itinerary sih bikin...tapi pada kenyataannya ga begitu saklek karena disesuaikan aja ama kondisi di lapangan. Soalnya ada aja moment dimana kami pengen melenceng dari tujuan awal. Untunglah, kami udah banyak mengantongi tempat-tempat cakep pada hari sebelumnya, jadi ga getun-getun amat lah ya dalam hal memaksimalkan harinya. Kami udah sempat mampir ke Ayam Betutu khas Gilimanuk, malam mingguan di pedestriannya Kute sambil ngematin sepintasan bule-bule yang pada party dan ngebeer-ngebeer sementara gw cuma bisa nenggak bear brand  >____________<", lalu paginya ngadem dan mainan pasir di Pantai Legian, mampir sejenak ke Pantai Padang-Padang sambil ngelihatin Festival Ukir-Ukiran Buah, makan di peyetan Bu Kris, lalu ke Pasar Seni Ubud dan jalan jauh ke depan plangnya Monkey Forest thok (ga sampai masuk) dan berakhir dengan ngopi-ngopi cantik di Starbuck sambil nungguin kura-kura Bus datang, en then malamnya dilanjut mamam seafood di bibir pantainya Jimbaran sambil ngedengerin deburan ombak dengan ditemani cahaya lilin (ow sungguh syahdunya). Jadi udah lumayan lengkap kan ya.





Nah, di hari-hari terakhir ini, kami tinggal itung kancing aja apakah mau eksplore sampai ke Desa Panglipuran, Trunyan, Tanah Lot, GWK, mbaleni Ubud lagi karena sebelumnya belum puas eksplorasi sana, Bali Zoo, Tegalalang, Bali Pulina, Istana Tampak Siring, dll. Ini ntar mau aku ulas satu-satu. Tungguin aja yes... Eh tapi yang opsi Desa Panglipuran dan juga Trunyannya ga jadi deng soalnya waktunya ga nyandak...kayaknya itu agak jauh dari tempat wisata lain, jadi ya skip aja... Apalagi carter mobilnya juga agak mehong...jadi bisa-bisa nyampai sana ga kebagian srengenge lagi sehingga dikhawatirkan ga bisa futu-futu...#e tetep ya gw mah ngincernya bagian futu-futunya duank...wgwg..

Okay, ini intro ngapa kepanjangan ya #kebiasaan, maapkan. 










Naik Taksi ke Tanah Lot

Aku lanjut lagi ya Gengs...

Tadi sampai mana?

Oh ya, hari ke-4 itu kan ya. Jadilah, pagi-pagi betul kami langsung mandi, nyarap di hotel, lalu let's go to tepian jalan raya. Lha ngapain ke tepian jalan raya...ya buat nyegat taksi lah Qaqa karena tujuan kami adalah Tanah Lot. Diputuskan begitu karena kami pikir Tanah Lot menarik juga buat dikunjungi setelah hampir 10 tahun ga ke sana. Sebab terakhir ke sana waktu aku masih SMA. Ikut darmawisata sekolah. Cara ke sananya gimana? Ya by taksi lah...Berhubung hotel yang kami inapi ada di Denpasar dan berseberangan ama Mall Galeria Bali pas, maka ga heran kalau banyak taksi yang berseliweran di situ. Sebenarnya kami juga sempat galau antara mau nyewa mobil dari pihak hotelnya langsung, naik kendaraan umum, atau taksi. Masing-masing tentu ada plus minusnya. Kalau rental mobil memang bisa dikatakan agak mahal, nyampe Rp 400-an sekian ribu..dan itu kalau untuk 1 tujuan tempat wisata ya mahal banget. Kalau masih ada rangkaian tempat wisata lainnya aku sih okey,...lah kalau cuma ke Tanah Lotnya thok ya termasuknya mahal. Kalau ngebis, kayaknya banyakan transitnya deh...eh tapi pas kucheck lagi, ternyata ga ada deng Trans Sarbagita atau Kura-Kura bus yang nyampai sana. Jadi satu-satunya cara yang paling masuk akal sesuai ama dompet kami adalah naksi...huehehhe... 

Nah, akhirnya setelah jalan agak jauhan dikit dari pelataran hotel dan sempat ngeliwatin pinggiran kali yang kelihatan banyak ikannya, kamipun dapat taksi....







Singkat cerita, biasalah awal-awal perkenalan dulu dengan drivernya yang aku bilang sih lumayan ramah. Kami juga sempat ditawari mau ditungguin atau ga, tapi berhubung kalau ditungguin kena tarif Rp 400 ribu (lha sama aja dong dengan nyewa mobil tadi, #kraii)....yaudah kami jawab aja untuk sementara ini didrop saja dulu pak...hihihi. Padahal si bapaknya udah bilang kalau uda nyampai sana bakal susah lagi nyari taksi...malah ga ada yang bisa ngantar sampai Denpasar. Adanya ya sewa mobil. Eh kami malah nyantuy aje kayak di pantuy....gampanglah ntar juga dapat....batin kami saat itu. Eh begitu pulangnya kejadian beneran ga dapat taksi...baru lah mamam deh gw wakakka #kawus ora kawus ora... Tapi itu ntar aku ceritakan di akhir postingan. Sekarang saatnya kita fokus ke perjalanan menuju Tanah Lotnya.

Dalam hati, kami bersuka cita karena pemandangan di luar jendela begitu indahnya. Kadang melewati pasar, pemukiman warga, juga pertokoan yang menjual aneka cindera mata. Pas liwat pasar dan mendapati penjual makanan khas Bali seperti tipat cantok, tipat blayag, nasi jinggo, lak-lak, jaje, dsb..rasa hatiku pengen tereak...berhenti dulu Blih...aku pengen foto...tapi ya ga mungkin laaaa karena kenyataannya kami terus jalan di atas aspal halus yang makin ke sini makin meliuk-liuk. Mana kiri kanannya uda membentang hamparan sawah dengan padi yang sudah menguning lagi. Jadi kerasanya tuh indaaaaaah banget. Kayak suasana di lirik lagu desaku. Sesekali kami juga melewati jalanan yang sepi dan bagaikan tiada berujung #lagu kalik ah. Memang bisa dikatakan rutenya cukup jauh. Dan bentuk aspalnya uda mulai bergelombang-gelombang. Tapi menurutku sih asyik. Walaupun tetep aja dalam hati deg-degan juga pas ngelihatin argo taksinya #mana jalannya cepet banget lagi haha....sampai akhirnya tuh argo berhenti di angka Rp 175 ribu.







Hore Pagian Udah Nyampe Tanah Lot !!

Tak lama kemudian, sekitar jam 09.00 WITA, kami tiba juga di area wisata Tanah Lot yang berlokasi di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Waktu tempuh dari hotel yang kami inapi sekitar 2 jam-an. Lumayan jauh juga. Tapi ga masalah, karena kami emang uda kangen banget ama Tanah Lot setelah sekian lama ga ke sini. Dengan membayar tiket untuk 2 orang yang kalau ga salah ingat sebesar Rp 30 ribu (tahun 2016), kami pun bisa bernostalgia kembali dengan salah satu pesona wisata di Pulau Dewata yang disakralkan ini.





Tanah Lot sendiri berasal dari kata Tanah yang artinya dataran atau tanah, dan lot yang artinya dataran yang berada di tengah laut. Ciri khas yang menjadi daya tarik wisatawan baik mancanegara maupun dalam negeri di tempat ini adalah keberadaan 2 pura yang  menghadap ke Samudra Hindia dan bangunannya berada di atas tebing batu karang yang berwarna hitam.

Satu pura yang berada di tepi pantai sebelah kiri dikenal dengan nama Pura Tanah Lot. Saat air pasang, pura ini akan terlihat seperti sebuah kapal besar yang sedang mengarungi samudera karena area di sekelilingnya akan digenangi air. Tinggi airnya bisa mencapai 2 meter atau lebih sehingga untuk menuju ke sana bisa menggunakan moda transportasi kapal. Namun, pada saat air surut, pengunjung dapat melihat dasar batu karangnya yang menjadi tempat bersarangnya ular suci Tanah Lot berada.




Sedangkan pura yang satunya lagi--yaitu yang berada di sebelah kanan--pada bagian tebing bawahnya terdapat semacam lubang besar yang kerap dilalui oleh ombak besar. Jadi pemandangan alamnya begitu dramatis, karena mata kita akan dimanjakan oleh biasnya warna biru laut yang kemudian bertemu dengan biru langit dalam satu garis cakrawala dengan diiringi oleh deburan gulung-gulung ombak yang menabrakkan diri ke karang.

Keduanya adalah tempat suci bagi umat Hindu di Bali sehingga tidak semua orang diperbolehkan masuk  kecuali untuk keperluan sembahyang yang mana pada saat sembahyang pun diwajibkan memakai busana sesuai ketentuan yang berlaku.

Tapi pada saat itu, kami ga sampai turun ke pantainya langsung sih... Jadi kami ga ketemu pasirnya. Kami hanya asyik bercengkrama di atas setelah gerbang masuk karena tempatnya cenderung adem, banyak pepohonannya. Oh ya, sebelum masuk ke sini, kami disambut dulu oleh sepasang patung penari yang menghubungkannya dengan area Pasar Seni Tanah Lot







Pasar Seni Tanah Lot Bali

Usai melewati pemeriksaan tiket, kami harus melewati Pasar Seni Tanah Lot sebelum benar-benar mencapai pantainya. Area pasar ini cukup luas dengan dilengkapi pedestrian yang rapi dimana di hadapannya banyak berdiri toko souvenir dan oleh-oleh khas Bali. Ada kaos barong, kain sarung Bali, topi, sandal, lukisan, ukiran kayu, hiasan kerang, patung, juga payung. Sempat kami ingin beli payung tapi akhirnya nyewa saja karena tentunya lebih murah. Kami juga beli topi biar ga panas-panas amat ini kepala kena gaharnya matahari yang mulai meninggi.






























Klepon Jajanan Khas Tabanan

Selain cinderamata, di area Pasar Seni Tanah Lot juga terdapat banyak restoran serta kios yang menjual aneka makanan dan juga minuman ringan. Yang kulihat selintasan sih ada jagung bakar, sosis, buah-buahan lokal (kayak salak, pepaya, naga, belimbing, pisang, markisa, dll), kelapa muda, dan juga klepon. Dua yang terakhir ini menarik perhatian karena akhirnya Bebih Mbull beli dong...#udah kuduga. Kami sengaja mandeg di kios kelapa muda dan minta diplatokin 2 butir yang waktu itu kenanya Rp 15 ribu per butirnya. Alhamdulilah seger dan cukup mengobati haus setelah berpanas-panas ria di sepanjang Pasar Seninya. Mana daging kelapa mudaya lembut banget lagi, jadi menurutku harga segitu cukup whort it lah walaupun di Tangerang seglundungnya boleh dapet ceban alias Rp 10 ribu #ya nama pun juga tempat wisata ya, jadi ya wajar harganya segitu. Lalu untuk klepon, kami beli aja di bakul ibu-ibu yang duduk di emperan dengan tampah dalam pangkuan. Isinya? Tentu saja hamparan bulatan klepon warna ijo yang bertabur parutan kelapa. 

Selidik punya selidik, klepon ini ternyata memang jajanan asli Tabanan yang terbuat dari beras ketan dengan isian gula merah. Kami beli gopek dapat setangkup daun pisang yang diisi beberapa bulat klepon sebesar gundu. Begitu diceplus, makcressss lumer isian gula merahnya..ugh sedap !











Menikmati Keindahan Pantai Tanah Lot Sembari Ngadem dan Ngrujak-Ngrujak

Dari Pasar Seni, sampailah kami di gerbang masuk kawasan wisata Tanah Lot dimana kami bisa melihat pemandangan pantainya dari atas. Nah, ternyata area ini ga aku temui saat darmawisata SMA 10 tahun yang lalu karena perasaan abis turun dari bus langsung ketemunya ama pantai. Kemungkinan besar karena pembangunannya belum setertata sekarang jadi aku memang baru ngehnya baru-baru ini. Dalam hatiku, loh kok Tanah Lot sekarang jauh lebih hijau dari saat kunjunganku yang pertama. Soalnya banyak taman dan pepohonannya. 

Kami aja begitu sampai langsung tergoda buat nyantai si gazebo yang tersedia di beberapa area. Tak lupa niat hati buat nglarisin beberapa penjual makanan seperti rujak buah, seriping pisang dan kacang bawang #uceedh klepon uda masuk pelud, lanjooot rujak dkknya ituh ya Mbooolll hahai.. Tapi enak, sambil ditemenin semilir angin, mulut ga berhenti ngunyah buah yang terdiri dari jambu biji merah, nenas, belimbing, pepaya mengkal, mentimun, bengkuang, kedondong, dan jambu air yang diiris tipis sembari di atasnya diguyur sambel kacang uleg kasar. Dicimitinnya pake tusuk gigi...huh hah. Pedes binggow tapi nagih...nyem-nyem....





























Abis itu futu-futu.. 
futu-futu... 
futu-futu... 
futu-futu... 

"Mbulll Mbull..mbok kene ngadem-ngadem ama Mas, ojo futa-futu ae, kae loh pemandangan pantainya dinikmati..."
"Heuw.. iya iya iya..."
#si Mbul Nyiet-Nyiet pun melipir bercengkrama bareng Pak Su sambil menikmati hembusan angin dan deburan ombak..

Pura Batu Bolong Tanah Lot

Oh ya, kami juga mampir sejenak ke depannya Pura Batu Bolong yang berada di sisi barat laut dari Pura Tanah Lot. Sama halnya dengan 2 pura sebelumnya, Pura Batu Bolong juga dibangun di atas tebing karang, namun kali ini terdapat jalan layang dari batu karang yang menghubungkan antara daratan dengan lokasi puranya. Pengunjung yang tidak berkepentingan dilarang masuk, jadi kami cuma jalan di area setapakannya aja yang berada tak jauh dari lokasi. Yah duduk-duduk di bangku gazebo sekitar 15 menitan sebelum akhirnya memutuskan pulang.

Nah pas baliknya ini kami akhirnya menyadari bahwa omongan si bapak taksi yang mengantarkan kami pagi tadi adalah benar adanya. Yaitu bakal susah nyari taksi lagi yang mau mengantarkan sampai area Denpasarnya kecuali kalau kami niat sewa mobil yang pada ngetem di situ... yah tau gitu tadi percaya aja ya apa kata bapaknya dan minta tungguin, tapi udah kebanjur gitu jeh. Jadi mau ga mau pulangnya kami musti sewa mobil. Eh tadinya beberapa mobil pada buka rate Rp 400 ribuan. Tapi pas kami balik badan dan dipanggil lagi, seorang bapak nyemlong "Emang adek-adek ini mau ke mana dan maunya berapa." #mantab kami dipanggil adek-adek, berarti tampang kami masih layak disebut sebage anak sekolaan yes hahahha #penting diumumin padahal datangnya juga pasangan bukan ucul dari rombongan bus darmawisata sekolah.




































"Kami adanya Rp 200 ribu nih Om, nyampe Denpasar." 
"Oh ya sudah deh, naik. Ayok ga pa pa Rp 200 ribu."

Horeeeeey, akhirnya kami bisa pulang ke Denpasar dengan lega, walau itungannya PP itu ya sama aja sih kayak itungan andai sewa mobil aja dari awal hihihi..
Bersambung......




20 komentar:

  1. Waah udah lama juga aku nggak ke Tanah Lot! Sepertinya terakhir ke sana di tahun 2014 deh, nemenin calon mertua (waktu itu hihi) jalan-jalan ke sini, namun berakhir kapok karena mereka nggak betah panaaas hahahaha

    Yang kusuka di Tanah Lot justru liat-liat pasar seninya. Walau nggak beli tapi suka aja liat jajanan dan barang-barang yang dijual. Ini kalau liat dari foto-fotonya Mba Nita, kayaknya waktu ke sana lagi nggak terlalu ramai ya?

    Aku ngakak banget dong kalian berdua dipanggil adek-adek sama supir, padahal beliau nggak tau ajaa si adek-adek ini lagi dalam rangka ingin bertemu adek bayi hihihihi

    Kebanyakan teman-teman yang liburan ke Bali pasti sewa mobil sih, soalnya males banget harus tawar-menawar dengan supir seperti ini. Soalnya harga yang dibuka pasti wow banget. Tapi syukurlah akhirnya dikasih juga yaa 200rb pulang ke Denpasar :D

    Maacihh Mba Nittt udah cerita jalan-jalannya ke Bali. Mayan lah mengobati rasa kangenku ingin pulang ke Bali hihi

    Btw, foto-fotonya ada yang double yaa, Mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya sejak 2014 itu aku belum pernah ke Tanah Lot lagi, Mbaa. Tapi pulkam mah rutin tiap tahun hihi cuma harusnya libur lebaran kemarin pulkam lagi, kan anak-anak libur sekolah yaa, ehh si corona lah membatalkan semua rencana trip kami T_T untungnya pas Imlek kemarin udah sempat balik. Tetep aja kangen keluarga di sana hiks

      Iyaa betul, Mba Nit. Kalau memang destinasinya ke tempat wisata kayak gini (apalagi yang jaraknya jauh dari kota), lebih baik sewa mobil aja tanpa supir, puasss nanti jalan-jalannya :D

      Siapppp aku tunggu episode selanjutnya! πŸ˜†

      Hapus
  2. huwaa aku tahun 2016 desember juga ke tanah lot
    tapo sama rombongan guru guru dan foto di gapura yang oranye itu
    inget banget mbak sama bentangin sepanduk gede banget wkwkwk

    sayang aku ga bisa eksplore banyak terutama makanannya soale keburu waktu dan ragorang pada ngendon di tempat belanja ahahahah

    aku suka sih tanah lot bagus ombaknya gede bisa liat dari atas

    apalagi pas pagi seger banget
    diuh itu degannya seger banget

    BalasHapus
  3. Saya belum pernah ke Bali mbak, jadinya belum bisa melihat pura di Tanah Lot gitu. Yah, seperti biasa, dana menjadi kendala.🀣

    Tapi enak juga rekreasi ke Bali ya, soalnya di Bali banyak bule bule gitu, jadi kesannya seperti di luar negeri biarpun kalo lihat fotonya malah sepertinya ngga ada bulenya. Yang ada orang Bali lagi sembahyang, ibu penjual kelapa muda, patung, pantai plus jajanan klepon.πŸ˜‚

    Ke Bali naik pesawat apa mobil mbak? Sepertinya naik pesawat karena lebih cepat ya. Tapi yang pasti tidak naik becak apalagi odong odong ya.🀣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, yang kadang bikin kagum itu masyarakat nya juga mensupport tempat pariwisata nya sehingga jadi maju ya. Mereka gotong royong agar tempat itu maju, jika maju otomatis banyak orang datang, masyarakat lokal juga kecipratan rejekinya.😊

      Bali memang terkenal, kalo ngga salah aku pernah baca artikel mbak Pipit, orang Jepang lebih kenal Bali dari pada Indonesia.πŸ˜‚

      Wah dapat harga promo tiket pesawat pasti murah ya. Apa semurah di shopee yang harganya cuma 9999 saja mbak? 😁

      Kalo ada, aku mau dong, nanti cari penginapan juga yang harganya 9999 juga.🀣

      Eh, begitu balik lagi ke Jakarta sudah harga normal sejuta.😭

      Hapus
  4. Uww pas masih berduaan. Hihi
    Lah mo ikutan bilang kawus tp ga tega karena ga nemu taksi pulangnya. Eh untungnya dipanggil adek2 jd cukup bayar 200rb, xixixi
    Pengen ke tanah lot, huhu

    BalasHapus
  5. wah mantab sekali jalan-jalan ke balinya mbak mbul, foto-fotonya lengkap, bikin pengen ke bali juga hehe :D.. foto laut dan ombaknya berasa semriwir di deket pantai, tapi sepertinya panas yaa :D... yang gw tau bali terkenal pantai kuta nya aja, ternyata banyak sekali yang bisa di datengin pas kesana, jadi inget jalan-jalanya om hao pas ke trunyan :D

    BalasHapus
  6. Baca postingan ini jadi menghitung sendiri kapan terakhir saya ke tanah Lot ya? wakakakak, sudah lama banget, tahun 2010 kayaknya. Sering ke Bali tapi buat kerja jadi waktu buat explore ga banyak heheheh. Foto foto mbak Gusti bagus bagus, itu rujaknya sukses bikin ngeces

    BalasHapus
  7. Ha..ha.. Berkat mirip adek-adek bisa dapat diskon 200 rebu ya mbk... Salah satu keuntungan awet muda😁
    Tapi saya perhatikan, Mbak mbul kalau dolan kok kaya saya, makanan sama foto yang diincar. Kemana pun mainnya saya selalu mau coba jajan-jajan yang ada di sana. Tapi sayangnya perut saya cepet kenyang. Jadinya kudu milih mana yang paling kelihatan enak, setelah makan pasti saya pengen cepet-cepet keliling. Sendiri juga nggak masalah, soalnya mau berburu fotoπŸ˜‚
    Cekrek-cekrek sampai memory penuh sama foto dan vidio.

    BalasHapus
  8. Wih banyak yang bisa dilihat, mulai dari wisata hingga seni. Apalagi tempatnya itu, asri gak ada sampah, jadi pingin mampir kesana kak..

    BalasHapus
  9. Duh enaknya mba hanimun di bali, saya belum kesampean nih, hanimun aja di rumah kontrakan wkwkwk..memang Bali ini top markotop buat tempat liburan ya btw ini foto waktu masih langsing2nya ya hehe becanda mba nita 😁

    BalasHapus
  10. aduh ini kok mirip sama akuh ya, jalannya kapan, posting blognya kapan wqwqwq

    ya ampun aku selalu senang lho ke tanah lot, apalagi sama pasangan yaaa, kan banyak jalannya, terus endingnya pantai, duh bikin syahdu :')

    btw, foto2nya terlihat sepi ya, karena masih pagi kah? rasaanya tanah lot itu kok gak pernah sepi ya, meskipin low season pun tetap jadi jujugan favorit. berarti dirimu beruntung yaaa :D

    ditunggu kisah selanjutnya,,

    BalasHapus
  11. kadang aku pingin lho liburan tanpa itinerary. kayak spontan saja ala2 di film begitu hahaha (padahal kan di film spontannya akting ya? hahaha)


    apa daya diri ini sangat perfeksionis, jadi harus banget dipersiapkan. kadang jadi stres sendiri kalo gak sesuai itin hahaha
    kudunya liburan ya kayak mbak Nita ini, santuy, dan let it flow. dibawa santai saja, dinikmati liburannya. huhu envyyy baca liburan ke bali.
    semoga corona lekas usai dan kita bisa jalan2 lagi yhaaa

    BalasHapus
  12. Pisangnya begitu menggoda, saya suka sekali dengan pisang, apakah sama pisang disini dengan di bali ya

    BalasHapus
  13. Niiit, Ampe skr yaaa aku penasaran Ama ularnya. Walopun takut juga sih kalo mau liat. Tapi ga pernah di kluarin dari pura yaa? Soalnya pas ku ke Bali Ama pak suami, ke tanah lot juga, dan ada bli yg sedang bawa ular piton gitu di pundaknya. Trus boleh dipegang2 Ama turis. Bukan ular itu kan yaaa yang dianggab suci?

    Pertama kali ke tanah lot, itu pas aku SD. Jujurnya, tempat ini yg paliiiing aku inget banget, karena banyak cerukan2 batu yg berisi air lautnya. Dan karena pantainya sendiri ga bisa direnangin, main di cerukan2nya itu udah asyik banget utk anak2 dulu :D.

    Makanya pas ke Bali LG, aku lgs minta Raka ke sana lagi.

    Mahal jugaaa sewa mobilnya yaa. Aku kalo ke Bali berdua Ama Raka, selaku sewa motor. Bukannya napa2, tapi macetnya Bali ga nahaaaaan hahahaha. Mnding motoran. Kecuali kalo ajak anak2, baru deh sewa mobil. :D. Walopun yaaaa , sampe JKT itu aku slalu gosong dan balik ke warna kulit asal bisa makan waktu 7 bulanan -_- ... Sebeeel.

    BalasHapus
  14. Yang saya inget ke tanah lot itu udah lama banget. Ke sana cuman buat foto-foto doang.

    BalasHapus
  15. Aku belum pernah ke Bali, Mbak. Cakep banget ya pemandangan di Bali. Harus nabung dulu nih aku biar bisa liburan ke Bali.

    BalasHapus
  16. "Jadi adek-adek ini kabur dari bus darmawisata buat pacaran berdua?, nggak boleh ya dek! pamali pacaran masih kecil!"
    Wakakakakakakakak.

    Memang tampang dirimu itu imoet banget sih, suamimu juga, klop sudah kalian kek anak SMP yang kabur mau pacaran :D

    Tapi memang Denpasar - tanah Lot itu jauh banget loh.
    Diriku juga tahun 2013 dulu ke Bali, sempat 2 kali datang ke tanah lot.
    Sengaja 2 kali, karena pertama kali datang, astagaaa rame banget.
    Kedua kalinya datang, eh rame juga hahaha
    (menurut loe Rey? orang memang tempat wisata)

    Etapi diri kami nggak bisa lebih menikmati kayak kalian, saking bawa si kakak, waktu itu usianya masih 3 tahun, dan pas nyampe di sana dia krenki karena baru bangun plus panas banget pula (ye kaaann, namanya juga pinggir laut)

    Memang paling enak tuh jalan-jalan pas belom punya anak, atau pas anak-anak agak gedean, biar bisa lebih menikmati, apalagi kalau kayak kami, mau liburan itu biasanya nekat banget, karena nyukup-nyukupin duit yang seiprit hihihi

    Kalau juga nggak bisa dinikmati kan sayang banget.

    Oh ya, kalau ditanya apa yang menarik dari tanah Lot?
    Futu-futunya hahahaha.
    Sama beli oleh-oleh (buat diri sendiri, hahaha)

    Lainnya, atuh mah, bete saya ke sana itu,
    Udahlah panas, si kakak krenki, pas kami mau duduk-duduk santai dekat pemandangan laut tuh, eh disuruh pergi dong sama mamak-mamak yang kayaknya turis dari China.

    Btw, foto-fotomu ini jadi bikin kangen ke bali lagi say.
    Biar kata tanah lot panas, tapi ngangenin juga buat balik hanya untuk foto di sana hahahahahahaha.

    BalasHapus
  17. Tanah Lot ini destinasi wajib jaman dulu ketika ada darmawisata, dikit dikit tanah lot :D
    habis jalan di bawah teriknya matahari, terus ngadem sambil makan klepon plus es kelapa muda ditambah ngerujak, duuhhhh enyak pokoknya dahhhhhh

    BalasHapus
  18. Nyesel saya ngebw-in postingan ini. Kan rasa keinginan untuk plesir ke Bali saya menggejolak lagi jadinya :( sudah 10 tahun lalu kali ya maen-maen ke sana. Waktu itu nyampe sana baru juga jalan bentaran doang eh turun hujan. Yadah ngabisin waktu di Tanah Lot cuma buat numpang berteduh aja.

    BalasHapus