Jumat, 16 Oktober 2020

Review Yokohama Chinatown Fantasy



Kali ini aku akan bercerita tentang salah satu komik kesukaanku yang berjudul Yokohama Chinatown Fantasy karya Yuji Nishi Sensei (story) dan Hikino Shinji (art) dari volume 1-19. Walaupun yang aku baca minus volume 1 dan pamungkasnya volume 19. Aku mandeg sampai 18 Cuy, soalnya sekarang susah beli komik satuan kalau yang modelnya gini (baca : seri). 

Baca juga : Review W Juliet 




Di Blok M aja aku dapatnya 2-18. Di Gramed atau toko buku offline lainnya juga uda susah nemu. Terutama yang 19. Dan ternyata setelah 19 itu sudah tidak ada lagi dikarenakan sang komikusnya telah meninggal dunia dan menyisakan cerita yang masih ngambang padahal lagi seru-serunya. Greget ihhhhh haha.....Cerita yang akhirnya malah kentang ini (kena tanggung) tetap aku nikmati sembari tetap memetik setiap pelajaran yang terdapat di dalamnya seperti tentang kegigihan, passion memasak, keuletan, dan sikap tulus apa adanya walaupun kadang direndahkan oleh jenis-jenis manusia lainnya yang merasa diri paling tinggi atau congkak. Tentunya di sela-sela pemandangan gambar masakan yang berkilauan dan menerbitkan air liur...sluuuppph... nyem..nyem... 

Berfokus pada Hanako Nakamura atau biasa disebut Hana yang ahli dalam hal memasak nasi goreng. Hana yang lugu namun pekerja keras dan berkemauan tinggi ini pergi mengadu nasib ke Pecinan Yokohama untuk menjajal kemampuannya sebagai koki nomor 1 di dunia. Sebelumnya ia adalah gadis biasa-biasa saja yang hidup bersama kedua orang tuanya di sebuah desa kecil di Tokushima. Tapi karena tekadnya sudah bulat untuk menjadi seorang koki, maka ia pun rela hijrah ke Pecinan Yokohama walaupun dalam perjalanannya tak semulus pipi gembil admin blog ini. Terlebih karena ia harus magang di Restoran Manten yang aslinya adalah milik adik kakeknya Tuan Takesaburo yang saat ini sudah dikelola oleh generasi kedua aka menantunya (Tominaga dan juga putrinya sendiri Nakako yang jauh lebih tegas dari suaminya itu). Nah, tugas Hana di Manten adalah dipasrahi sebagai tukang cuci alat-alat masak dan juga pekerjaan serabutan lainnya dengan upah sebesar 30 yen untuk sebulan. Tak jarang karena sikap nrimo in pandumnya itu, 3 orang seniornya yang rese sering menggojloknya dengan semena-mena walaupun ia tetap bersikap baik dan tidak pernah menaruh dendam sedikit pun dalam hatinya. Fokusnya cuma satu. Ingin mendalami masakan China. Itu saja. Jadi ia tidak peduli seberapa pun jahatnya orang lain memperlakukannya, ia akan tetap bersikap baik. 

Sebenarnya Presdir lama aka Tuan Takesaburo masih sehat dan bugar sampai dengan saat ini. Namun, ia sengaja menyamar menjadi penjaga asrama di tempat Hana tinggal sambil memantau kemampuan cucunya mulai dari nol. Hana sendiri tidak tahu akan hal itu, walaupun seringkali ia juga jadi belajar pada sang kakek tentang bagaimana meramu makanan-makanan sederhana namun terasa lezat karena dimasak dengan hati.

Singkat kata, cerita kemudian menjadi semakin seru tatkala Hana bertemu dengan sesosok hantu yang berwujud Selir bernama Yang yang berasal dari kerajaan China pada masa dinasti Tang yang juga sebenarnya bisa dilihat oleh Tuan Takesaburo. Dengan segala kenylenehan dan kenyentrikannya, hantu inilah yang akhirnya mempertemukan Hana kepada sepasang kakek nenek pemilik Kedai Shanghai yang hanya khusus menyajikan nasi goreng sebagai menu utamanya. Walaupun bahan pelengkapnya tentu berbeda-beda setiap harinya namun entah kenapa rasanya bisa jadi sangat enak karena dimasak oleh Hana. Jadi, saat jam istirahat Manten, ia rutin ke Kedai Shanghai dan menggantikan posisi sang kakek yang sudah pensiun mengoprek wajan setelah bahunya cedera. Meskipun tentu saja hal ini dilakukannya secara diam-diam karena peraturan Manten yang tidak memperbolehkan pegawainya memiliki pekerjaan lain di luar resto berbasis Chinese Food tersebut. Yah, walaupun Hana juga sering dicurigai oleh 3 orang seniornya tadi karena setiap jam istirahat tiba, ia selalu menghilang entah kemana. 

Selain itu, kehidupan di balik layar dapur pun menuturkan banyak sekali kehectican yang dialami oleh Hana. Mulai dari atasan yang pelit karena maunya praktis saja dan menuntut karyawannya bisa menangguk keuntungan sebesar-besarnya, kepala koki yang galak dan judes terutama setelah pergantian posisi dari Kepala Koki Chen menjadi Kepala Koki Shimano yang cenderung gemulai, Nona Yuhuan yang merepotkan (padahal ia adalah anak dari investor Grup Raksasa Shanghai yang dititipkan ke Manten untuk belajar ilmu di sana dan akhirnya malah menjadi karibnya Hana), Manajer Yoshida yang menyebalkan, 3 orang senior Hana yang rese, dll. Juga datangnya resto kompetitor yang bawaannya selalu ingin menjatuhkan atawa bersaing kotor--yang dalam hal ini diprakarsai oleh Manajer Arita. Tapi ada bagian lucunya juga sih setelah kemunculan si Arita ini, dimana ia sempat menggaungkan 'Semangat Anti Mubazir' dengan cara memerintahkan para staff di dapurnya untuk memasak kembali makanan sisa agar bisa dihidangkan kepada pengunjung yang akhirnya malah berakibat fatal karena memunculkan kasus keracunan massal. Berkat Arita dan tentunya Kepala Koki Shimano, cerita berjalan semakin parah membuat emosi naik turun karena memang mirip alur sebuah sinetron yang penuh intrik, dimana saat konflik semakin meruncing ingin rasanya aku cepet-cepet berkata bahwa, kapan sih Si Hana ini ketahuan yang jadi kokinya Kedai Shanghai, sosok yang selama ini bisa membuat nasi goreng seenak itu sampai-sampai kelezatannya sudah diakui seantero Pecinan. Kapan sih si Shimano, Arita, 3 senior Hana, Tominaga, dan Nakako (pokoknya yang rese-rese deh) akhirnya tahu bahwa Hana lah cucu Pak Presdir lama yang kelak akan bergabung dengan Manten bukan sebagai pegawai magang saja, tapi pewaris ahaaaha...sumpah ku greget banget...ya walaupun di awal-awal ada beberapa tokoh yang resenya naudzubillah tapi setelah makin ke sini kok ternyata makin wise ya kayak si gemulai Shimano yang sebenarnya sudah mencium potensi Hana dan ingin terus melatihnya supaya makin bersinar.

In the other hand, aku juga jadi belajar banyak hal, terutama tentang strategi penentuan harga sebuah resto terhadap menu-menu makanan yang disajikannya jika dikaitkan dengan timing dan bahan utamanya. Timing yang kumaksud di sini adalah apakah menunya untuk jenis menu makan siang atau menu makan malam. Lalu harga bahan makanannya sendiri kira-kira berapa. Setelah jadi menu bisa dijual dengan harga berapa, perhitungannya bagaimana, supplynya darimana...apakah lokal ataupun dari luar negeri, kualitasnya seperti apa, dsb. 

Kalau dari segi gambarnya sendiri, memang dia bukan lah komik yang garis gambarnya khas untuk karakter serial cantik sih. Tapi lebih ke garis-garis gambar orang in realnya. Jadi kayak orang nyata, ga yang langsing atau cakep-cakep semua, matanya gede, badannya jenjang, gitu-gitu dll. Ga. Tapi macem-macem layaknya orang yang ada di dunia nyata. Misalnya Hana yang baik hati digambarkan dengan tipikal wajah manis, bermata bulat dan selalu tersenyum (walaupun sering ditindas kek admin jaman sekolah dulu), kakek nenek yang penyabar dan tidak tegaan, Shimano dengan wajah lonjong juga mulut mencang-mencong seirama dengan gesture tangan yang gemulai, Selir Yang yang centil namun juga bijaksana dan mampu mengemong Hana agar bisa menjadi orang besar nantinya, Arita yang mengarahkan dia ke karakter muka-muka licik dengan wajah kotaknya, Nona Yuhuan yang cuek bebek, tidak peka, tapi aslinya cerdas dan mau belajar apalagi setelah berteman dengan Hana, Nakako yang dingin, juga Tominaga yang bodoh tapi kok ya isa-isane didapuk jadi Presdir. Terus tak ketinggalan tentu saja Tuan Takesaburo yang seolah jadi gong diantara kesemuanya karena dialah yang paling menentukan di ending (harusnya ya), walaupun volume 19 aku blom baca #nangis sesengukan. Pukpukin Adek dong Bang. Itu dari segi karakter gambar orangnya. 

Kalau dari unsur lain yang tak kalah membuatku kagum adalah gambar background di luar orangnya, terutama makanannya #yaiyalah namanya juga komik makanan hohoho...Menurutku ya, bahan makanan yang digambarkan di komik ini begitu berkilauan. Detailnya itu jelas. Garis-garisnya rumit jadi terasa nyata. Terutama bahan pelengkap nasi gorengnya yang bisa diambil dari unsur hewani, nabati, maupun sayur mayurnya. Taruhlah contoh seperti ketika Hana ditugaskan menemani Nona Yuhuan jalan-jalan dan ia diberikan pilihan dengan uang dari Manajer Yoshida sebesar 30 ribu yen, maka Hana diberikan pertanyaan bakal dibelikan apa uang tersebut, apakah dompet mahal atau satu pick up tomat segar nan merah merekah yang mereka temui di jalan. Nah si Hana ternyata memilih tomat dong pemirsa yang kemudian diolahnya menjadi satu jenis nasgor yang ga gampang dilupakan rasanya dan tentunya menjadi signaturenya Kedai Shanghai. Juga gambar irisan jamur matsutake lokal yang digambarkan sangat detail, terung, telur dengan kualitas terbaik tapi sayangnya terkena isu flu burung sehingga penjualnya yaitu peternakan Hanayama tidak laku tapi kemudian diborong oleh Hana, gingko biloba yang mengantarkan nenek Kedai Sanghai kepada saorang sahabat lama, chasiu atau daging babi panggang merah olahan Tuan Takesaburo, bola-bola nasi campur, dll. Semua tampak digambarkan detail dan menggiurkan seperti aslinya. 

Dari komik ini aku juga bisa belajar bahwa teknik membuat nasi goreng di Kedai Shanghai tidak semuanya pure digoreng. Ada juga yang ditim, dikukus, atau dibakar. Juga campurannya yang berbeda-beda setiap harinya membuat nasi gorengnya terasa sangat istimewa. Ditambah pula filosofi-filosofi bahan makanan yang biasa diselipkan setiap kali memasak menu. Seperti saat Hana bertemu dengan seorang anak lelaki SD yang sedang melakukan kunjungan ke restoran Manten setelah berdarmawisata ke Kuil Mesobyo di dekat Pecinan. Anak lelaki tersebut terlihat gundah gulana dan berdoa sangat kyusuk di hadapan dewi yang ada dalam kuil. Di sana ia meminta supaya ayahnya yang bekerja sebagai pelaut senantiasa selalu diberi keselamatan dan bisa segera pulang berkumpul dengan keluarga. Namun, saat makan di Manten ia terlihat tidak bersemangat. Rupanya ia bersikap seperti itu karena ada makanan yang tidak disukainya hadir dalam piring, makanya ia malas makan. Lalu sepulangnya dari Manten dan ia bertemu Hana di jalan, ia pun diajak Hana (yang juga dibantu oleh Selir Yang) untuk mampir ke Kedai Sanghai karena Hana ingin memberinya pendidikan tentang makanan. Maksudnya supaya ia tidak pilih-pilih lagi terhadap makanan. Dengan begitu, doa si anak waktu di kuil tadi dijamin bakal terkabul dengan cepat. Si anak pun kembali bersemangat. Ia menyebutkan apa saja bahan makanan yang tidak disukainya yang salah satunya adalah terung. Nah, untuk memudahkan misi tersebut, maka diungkapkanlah filosofi tentang "nasihat orang tua dan bunga terung". Jadi, kalau bunga terung sedang mekar, maka hampir semuanya akan menghasilkan buah. Begitu pula dengan nasihat orang tua yang hampir semua demi kepentingan sang buah hati. Jadi, dari situlah akhirnya si anak lelaki tadi akhirnya mau belajar untuk tidak pilih-pilih makanan lagi dan bahkan memakan semua masakan Hana sampai piringnya tandas karena memang rasanya enak.

Lah kok terung bisa untuk nasi goreng? Di tangan Hana tekniknya jadi begini : terung yang aslinya bersifat menyerap banyak minyak bisa diakali dengan cara menaburkan garam dan mendiamkannya sebentar. Dari situ terung akan menjadi layu meski ditumis atau digoreng alias tidak akan menyerap minyak terlalu banyak tapi masih terasa lembut di dalam. Teknik lain yang menarik perhatianku adalah teknik double coating yaitu teknik mengikat telur dengan nasi goreng sambil menggoyang-goyangkan wajan. Pokoknya banyak hal menarik yang aku dapat dari komik ini yang hampir kesemuanya diceritakan dengan penuh kehangatan.