Oleh : Beby Mbul
aku mau cerita tentang halaman samping. Ini adalah sudut favorit yang amat berbeda dari dulu pas aku masih kecil. Bedaaaaaaa banget perbandingannya dengan yang sekarang. Ya iya lah. Masa kan sama terus. Kan ada berapa kali episode tuh Bapak sempet nukang. Pokoknya waktu kecil itu seriiiiing banget nukang. Dari rumah yang tadinya cuma seukuran berapa x berapa. Sekarang uda memanjang. Dari yang awalnya masih batu bata dan lantai cor-coran semen sampe udah tembok putih dan keramikan. Ga gede, cuma ke belakangnya itu panjang. Terus satu yang ga berubah dari orang tua, terutama ibu, beliau suka banget bunga. Apalagi sekarang....itu tuh sudut favorit yang uda menjelma bagaikan tukang jualan anggrek. Bagaimana ga kayak tukang anggrek, macemnya aja ada banyak. Pembibitannya dengan cara distek. Berbagai warna dan motif. Walaupun yang kutahu cuma anggrek bulan aja sih. Padahal mah ini cuma buat hobi dan iseng-iseng aja, hihihi. Bukan buat komersil.
Oh ya, tadi
Halaman samping ini ya, bisa dibilang dulunya cuma buat nampung gunungan pasir keperluan nukang. Belom ada keramik apalagi 'payonnya' kayak sekarang. Full pasir thok. Walaupun tetep spot pohon jeruk (yang biasa dipake buat bikin jeruk peres) tetep ada. Juga kolam ikan kecil di bawahnya. Tapi, sebagian besar cuma buat nampung pasir. Ga jarang sering pula dijadikan tempat nongkrong 'kucing', yang mana besokannya ada aja moment ketemu 'kembang pasirnya'. You know what i mean kan Guys apa itu 'kembang pasir'?
Pernah ada moment, saat itu di halaman samping ada tanaman cabe yang tumbuh subuuuur banget. Kalau ga salah ini cabe liar ya. Timbang nyebar biji doang, jadi tuh taneman cabe. Nah dia ada di sampingnya gunungan pasir ini. Iya, gunungan pasir yang mau buat ngaduk jenangan bersama semen untuk keperluan para tukang. Nah, pada waktu itu kan aku disuruh ibu untuk metikin cabenya ya. Kebetulan cabenya emang lagi 'ndadi' banget. Wohnya huakehhhh. Terus saat itulah salah seorang tukang tiba-tiba lewat. Dia bilang : "Badhe nebas lombok nopo Dek!" Aku 'lola' dong? Loading lama. Nebas? Dalam hatiku langsung berkata apa itu nebas? Karena kan waktu itu aku masih bocah banget ya, ya pantaran SD awal lah.... jadi ga tau apa arti nebas...wkwkwk. Barulah ku tahu setelah kelas berapa dan mempelajari arti kata sinonim. Padanan kata. Ya sama aja kan dengan metik dalam jumlah banyakan alias panen. Soalnya kapan hari juga pernah dengar, di tempat Simbah yang ada pohon rambutannya dan kebetulan sedang berbuah lebat banget ada yang nyemlong : "Heee...awas ojo ning ngisor wit-e, kui lagi ono sing nebas rambutan." Okey, jadi denger kata nebas 2 kali ya. Berarti artinya memanen kan? Haha...tapi ya adaaa aja ya cerita jaman bocah. Tapi serius waktu itu cabenya emang banyak banget. Ga jarang pula ada yang dijadikan sebagai teman untuk ceplusan gorengan. Misalnya tahu berontak atau bakwan sayur yang dijadikan untuk pacitan tukang.
Balik lagi ke bahasan kebun mini.
Sebenarnya ga cuma anggrek aja sih yang ditanam di sini. Ada banyak tanaman hias, cuma aku ga apal namanya apa. Yang jelas daunnya beda-beda corak maupun warna. Cuma kalau dikumpulin dalam pot ya bisa nyampe berpuluh-puluh. Dari yang besar hingga yang kecil. Komplet.
Kabar terbaru, malah ada 1 akuarium kecil yang kini nangkring di situ. Akuarium hiburannya Bapak Ibuku. Diisinya ikan cupang. Ga akuarium mahal sih. Akuarium lawas (udah ada sejak aku masih SMP) Tinggal dibersiin aja tuh lalu dihias sekedarnya. Nah, kalau malam dinyalain lampunya jadi kan kelihatan padang.
Terus kalau di rumah ya, aku itu suka banget ngerasa masak sayur atau lauk tuh asa ada yang rasanya. Apa ya? Kok kayak sayurnya lebih seger gitu. Ya ga semuanya berkat nanem sendiri sih. Tapi ada juga yang beli. Kalau yang nanam sendiri sebenarnya ada beberapa. Misal kangkung pake media pralon. Pokcoi juga. Bayem pun sama. Tapi itu 3 jenis doang. Yang lain? Tetep beli sih. Ya masa kan mau mbening bayem ga ada gandengannya. Kan biasanya ada jagung manisnya juga ya. Wortel, tomat, dll. Jadi yang lain-lain itu beli. Termasuk kalau mau masak yang lainnya juga misal sop-sopan, kulit melinjo, kacang panjang, dll. Di ibu tukang sayur langganan yang ngider pake sepeda sih belinya. Dan kalau kami lagi pengen request apa bisa sms sebelumnya ke si ibu sayur supaya sebelum ngider bisa belikan di pasar. Nah kalau uda dateng (biasanya pantaran jam 09.00 WIB) nanti aku ikutan kepo, barangkali ada jajanan pasar apa yang sekiranya enak. Aku suka banget kalau nemu cenil, grontol (pipilan jagung rebus yang dikasih parutan kelapa), dan kentang ireng (kentang yang kecil-kecil, direbus, dan kulitnya berwarna hitam). Cenil itu yang dari pati kanji warna-warni biasanya antara pink muda, pink tua, dan putih. Bentuknya kayak lidah soalnya bulat tipis kan...terus nanti di atasnya ada parutan kelapa dan guyuran gula merahnya yang di tempatku disebutnya juruh. Selain cenil dalam satu tum-tuman itu juga biasanya ada klepon dan lopisnya. Masing-masing 1 tapi justru ini yang lebih kucari dibandingkan dengan cenilnya. Soalnya kalau makan klepon dan pas kegigit gulanya serasa muncrat di lidah itu kayak dapat apa gitu hahhaha.Kalau lopis aku suka karena dia ketan ya, makanan apa sih yang dari ketan aku ga suka, seringnya suka semua #dasar ya si Mbul emang omnivora.
Eh tadi kan mau bahas sayur dan lauk ya, kenapa malah jadi jajan pasar? Wkwkwkwk...
Di halaman samping yang kini menjelma bagaikan kebun mini (kebun anggrek lebih tepatnya), biasanya lebih kerasa asyik tuh ngracik-ngracik calon masakan. Bisa petik-petik sayur, nguleg bumbu, atau bikin lauk yang sekiranya tahan lama. Misalnya memanfaatkan telur unggas piaraan yang kapan hari dibikin telur asin. Ga musti pake telor bebek. Pake telur ayam atau telur menila alias sebutan lain dari mentog juga pernah. Biar makin mengasah kreativitas gitu. Selain itu, kalau ada budin nganggur ...eh la kok budin ya...kalian tahu budin ga? Bahasa jawanya singkong sih. Ini juga bisa diakali dengan dibikin penganan sederhana. Misal dikolak, dikasih gula (kalau di Banyumas sebutannya Cimplung), atau direbus dan digoreng doang. Paling simpel sih yang terakhir itu ya, hahaha. Lauknya? Kalau pas Pak Agus lagi sering mancing dan perburuan ikannya banyak ya tinggal ngolah itu aja buat digoreng. Ikan lunjar aja sih, dibumbuinnya yang beneran bumbu ulegan sendiri biar remesep sampe ke dalem. Udahannya digoreng sampai gariiiiiiiing banget biar enak dimakan dengan nasi panas. Terus ikan gorengnya disanding dengan masakanku collab with mamine. Yang lain tinggal makan, hihi. Ntar ya kujembrengin aja pake fotonya. Biarkan foto yang kan berbicara...:XD. Sementara Paksuami masih bubuk di samping anak-anak ^^
Ternyata setelah dilihat-lihat lumayan banyak juga ya masakan yang tercipta setelah nongkrong di sudut favorit ini (baca : kebun mini). Ya soalnya hawanya seger. Klutak-klutik-klutak-klutik mainan sayur ga kerasa dapet banyak. Mau bikin penganan apa juga pewe sembari nongkrong.
Selamat berakhir pekan!
Have a great day semua...