Rabu, 03 Agustus 2022

Review Warung Ingkung Sambilegi Bu Yadi



Oleh : Mbul Kecil
Assalamualaikum wr wb....

Seperti janjiku tempo lalu setelah sedikit cerita tentang Warung Ingkung Sambilegi Bu Yadi, Yogyakarta di post sebelumnya, maka sekarang saatnya untuk mengulasnya lebih dalam. Karena kan sebelumnya cuma spill sedikit ya. Udah gitu kecampur ama rentetan cerita yang lain. Jadi sekarang aku mau tuliskan dengan agak panjangan dari sebelumnya.



Okey, di suatu hari yang cukup cerah, kira-kira setelah dzuhur, kami dadakan cap cip cup mandeg di tempat makan karena udah pada lapar, kecuali Mbul sih sebenernya. Karena waktu itu Mbul masih tuwuk...bukan kucing kuwuk lho ya, tapi tuwuk alias kenyang...kalau kucing kuwuk baru yang mirip ama luwak...(((hemmb))). 

Tapi karena suara terbanyak dah pada lapar, akhirnya melipirlah kami ke suatu warung makan atas rekomendasi dari ramane...Tadinya diledekin mau ke Sop Ayam Pak Min ga...."Sop Ayam Pak Min Mbul...sop ayam Pak Min..." Hemmmmmb...Tapi karena di deket rumah dah sering ngesop ayam Pak Min, dan cabangnya pun banyak betul, maka diputuskanlah nyobain menu lain yaitu ingkungan yang ternyata jadi menu andalannya Warung Ingkung Sambilegi Bu Yadi, Yogyakarta ini. 




Menurut informasi yang Mbul dapat dari buku menu, ayam ingkung adalah ayam utuhan yang dibentuk seperti posisi wanita yang duduk bersimpuh. Posisi seperti ini menggambarkan seseorang yang sedang menekung. Hal ini sesuai dengan makna ingkung yang berasal dari kat ing (ingsung/aku) dan kung (menekung/berdoa). Sehingga makna dari ingkung adalah ungkapan rasa syukur sebagai manusia ciptaanNya melalui doa-doa yang kita panjatkan kepadaNya.

Rasa gurih atau kaldu santan pada bumbu ingkung juga mempunyai makna yang sangat dalam sebagai salah satu perlambang orang yang sedang mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Dan memberikan rasa enak itu bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang sekitar sehingga hubungan dengan Sang Pencipta dan manusia harus selaras. Dalam juga ya bagaimana makna dan filosofinya. Itulah yang aku suka dari kuliner nusantara, selalu banyak nilai-nilai indah di dalamnya.






Tapi, di Warung Ingkung Sambilegi ini ga cuma terdapat ingkung loh. Ada juga menu lainnya yang ternyata cukup banyak. Khususnya masakan rumahan khas Jawa Tengah atau Jogja yang cenderung banyak manisnya. Konsep restorannya sendiri mengambil design jawa klasik ya. Meski bangunannya sepertinya tadinya adalah rumah di dalam perumahan. Karena memang lokasinya masuk ke arena dalam, walau depannya itu masih terdapat sawah sih. Kalau sebelah-sebelahnya ada laundry dan juga gedung sekolah keguruan. 

Area depan terdapat plang besar bertuliskan nama restonya. Lalu masuk ke gerbang disambut pelataran yang sangat asri dengan berbagai macam pohon dan tanaman bunga. Ada pohon kamboja yang cantik sekali saat difoto dari atas dengan latar belakang langit biru, juga ada bunga adenium merah jambu yang sedang bermekaran di dekat tembok sebelah kiri. Nah, pelataran ini berfungsi pula sebagai tempat parkir. 












Lalu dimana area makannya? Ada di belakang dan harus melewati sedikit lorong yang atasnya terdapat hiasan dinding semacam keranjang rotan yang diselipkan lampu. Mungkin kalau malam akan tampak bercahaya kelap-kelip kali ya. Cakep deh. Di dindingnya juga ada ornamen yang menyerupai jendela berdaun kayu yang seperti terdapat dalam rumah jaman dulu. Di tengahnya itu baru ada tanaman hias gantung. Nah, jalan ke belakang terus baru ketemu area makannya. Areanya ini dibagi menjadi beberapa tempat. Ada yang di pendopo dekat meja kasir dan dapur. Ada yang di saung-saung, dan ada pula yang di dalam rumah joglo klasik. Nah, yang terakhir ini baru tempatnya lesehan. Sementara itu di sekeliling area makannya terdapat taman yang dipenuhi dengan bunga warna-warni, kolam ikan, dan berbagai pernak-pernik yang semakin mempercantik taman. 

Kami sendiri memilih tempat makan yang di lesehan dalam rumah joglonya ini. Nah, yang di sini dalemnya ternyata lebih keren lagi. Karena banyak sekali ornamen-ornamen jawa klasik yang membuat kita bernostalgia dengan rumah nenek jaman dulu. Konsep rumah joglonya sendiri dari kayu ya, baik dinding maupun lantainya. Di terasnya itu ada bangku panjang untuk duduk-duduk sambil menikmati kicauan burung dalam sangkar. Sambil itu pula bisa menikmati hijaunya pohon jambu kluthuk yang beberapa tangkainya sudah muncul buah walaupun masih pentil. Melihat ke samping, ada kebun sayur, sukun, kluwih dan rumput yang biasa digunakan untuk pakan ternak di kampungku. 











































Setelah mengetag meja yang ada di dalam rumah joglonya, tak lama kemudian, mas-mas pramusajinya mengampiri dan memberikan buku menu. Dengan sopan dan keramahtamahan khas penduduk Jogja yang tutur bahasanya alus kayak Mbul #eheum, akhirnya kami ditawarkan beberapa opsi menu spesial. Diantaranya tentu saja ayam ingkungnya. Tapi kami ga pesan ayam ingkung saja mengingat sebagian besar dari kami lebih menyukai ayam goreng kremes. Jadi pesen setengah ekor ayam ingking, begitupula dengan ayam goreng kremesnya. Pelengkap lainnya ada lodeh kluwih, tumis godong kates, bakwan jagung, wader goreng, tempe garit goreng, lalapan, sambel, nasi, es teh manis, teh tawar, kunyit asem, dan jus jambu biji merah.

Pesanan :

Ayam Ingkung
Ayam kampung goreng kremes
Lodeh kluwih
Tumis Daun Pepaya
Bakwan Jagung
Wader Goreng
Tempe goreng
Teh Manis
Teh tawar
Air mineral
Kunyit asem
Jus jambu
















Sambil menunggu pesanan dimasak, sambil itu pula menikmati pemandangan di sekitar taman depan rumah joglonya. Sumpah asri dan nyaman banget. Karena kebetulan pas lagi sepi jadinya posisi wenak Mbul makannya hehehe. Sebab Mbul paling seneng mam di tempat sepi. Ga riweuh ngeliatin banyak orang. Meski kata Bu Yadi sendiri kalau weekend atau Minggu selalu ramai sih. Apalagi musim liburan. Oh ya, kami ketemu langsung sama ownernya loh yang ternyata ramah banget. Bu Yadi dan juga Pak Yadi orangnya gemrapyak dan nyemedulur. Memang kalau ramah itu jadi point plus seorang enterpreneur bukan...usaha di bidang apapun termasuk kuliner. Biar customernya pada betah dan jadi langganan. Apalagi yang tutur bahasanya halus maka itu akan selalu yang diingat sama customer. Bahkan kami ditanyain lampunya kepetengan nda, sebab kan beliau liat aku mau foto menu untuk dokumentasi blog. Aku bilang penerangannya pas kok. Jadi everything will be fine hehehehe.

Singkat kata, setelah 10 menit kemudian, menu-menu yang kami pesan pun diantarkan mas-mas pramusajinya di atas meja. Pertama minumannya dulu, baru habis itu dishnya. Okey, tanpa perlu berpanjang-panjang kata lagi, langsung aku review ya gimana rasanya.













Pertama adalah ayam ingkungnya nih. Ayam ingkung adalah lauk kesukaan ramane. Apalagi kalau di kampung memang beliau sering dapat ingkung paron-paron setelah kenduri usai. Ayam ingkungnya ini seperti kataku tadi minta yang porsi setengah ekor ya.  Dia dimasak dengan areh atau santan kental yang gurih dan nikmat. Ayamnya ini punya daging yang padat meskipun dari ayam kampung bukan pedaging. Kuahnya juga nikmat banget cocok buat penyuka gurih.

Kedua favoritku, ayam goreng kremes. Pesennya yang setengah ekor dan ayam kampung juga, bukan pedaging. Mbul mau paha dan juga dada. Digorengnya nyampe golden brown dan atasnya baru distaburi kremesannya yang cukup banyak juga...#sukaaaa. Ayamnya ini terasa betul gurihnya. Rupanya bumbu marinasinya sampai meresap ke dalam sebelum digoreng ke dalam minyak panas. Maem ni ayam, disuirin daging dan kulitnya lalu ditutul-tutul sambel dan lalap mentimun, hmmmmmmm...... ga ada ubaaat... enak tenan...hohoho...Sambelnya juga kebetulan pedes banget..tapi seger sih...bikin 'gersang' seger merangsanggg.....oh merangsaaang tenggorokan hihi...mantulll.















































Nextnya adalah lodeh kluwih. Lodeh kluwih janganan ndeso ning nikmate eram...hwahahahha... Dulu saat ku masih kecil sempat mengacuhkanmu. Tapi setelah dewasa, ku malah suka. Sebab rasanya pedes-pedes nikmat. Gurihnya santan berpadu dengan potongan kluwih yang lebih lembut atau amoh ketimbang nangka adalah kunci kelezatannya. Apalagi kalau dibikin pedes huhah...aduh...bikin pengen nyendok terus. Lodeh kluwih ini sebenernya udah sering kumakan saat berada di rumah ortunya Tamas... Bahkan berkali-kali sampe dingat-nget-ngat-nget sampai beberapa hari. Ditambah daun so kalau di sini mah... Nah kalau di resto ini ditambah dengan kacang panjang. Di tempat Alm Mbah Buyutku dulu juga sering dimasakin kluwih santen karena kan di sana ada pohonnya. Apalagi kalau inget nginep di tempat Alm Mbah Buyut, waduw memori makanan langsung tertuju pada kluwih yang dimasak di pawon berlantai tanah masih pake tungku. Bahan bakarnya kayu bakar dan klari atau daun kelapa kering, itu sensasi rasanya bikin kek ada semangit-semangitnya yang which is enak banget, hihihi. Kalau dah matang ya biasanya ditaruh di rantang atau panci enamel yang ada gambar buah atau bunganya...

Selanjutnya adalah tumis godong kates atau daun pepayanya. Ini warnanya masih ijo cantik ga kegelapan loh. Bahkan teksturnya dah lembut ga keras. Rasanya pedes dan ala ndeso tapi ya itu justru yang jadi favorit lidahku karena seriusan ini enak banget. Aku kalau disodorin menu hewani ama sayur godhong kates, malah milihku lebih banyakan nyemilin si godhong kates. Lha ancene enak teniiiin loh, Sayangkuu. Mantab!




























Selanjutnya bakwan jagung. Seporsi isi 6. Digoreng kriuk di pinggir dan lembut di tengah. Di permukaannya bertebaran biji jagung yang manis. Hwaaa...nagih sangat. Untuk wader gorengnya juga enak banget. Dia digorengnya pake tepung pada saat kering ya jadi renyahnya itu tak nggedable hahhahah...Kalau tempe goreng garitnya juga ini enak banget. Tempe model gini emang udah biasa kumaem sejak masih kecil dulu. Tempe yang modelnya dibuntel godong pisang sama kertas koran itu loh lalu ditali... Yang kotak-kotak gitu. Bukan yang memanjang dan diirisin. Jujur tempe sederhana gini aja enak. Aku mah khatam kalau suruh goreng tempe gini sejak SD dulu. Soalnya kebagiannya kalau bantuin ibu di dapur ya bagian goreng tempenya. Dan kata Ibu juga semua anggota keluargaku tempe goreng bikinannya Mbul paling enak diantara yang lain hahahha...

Kalau minumannya, aku review khusus yang pesenanku aja ya, yaitu kunyit asem. Ini enak banget. Seger dan beneran bikin sendiri. Mana dikasih es lagi jadi maknyes begitu kuteguk glek glek glek....Manis asemnya pas...dan lagi kata orang tua jaman dulu sering konsumsi kunyit asem bisa bikin perut tetap singset dan badan juga tetap wangi...ahhahahha...mantab












Secara keseluruhan, aku suka banget ama rasa menu-menu di Sambelegi Bu Yadi Yogyakarta ini. Apalagi ditambah suasananya yang juga homey sekali bisa merasakan nostalgia saat kecil dan singgah di rumah nenek. Aduh mantab lah pokoknya. Untuk rate harganya sendiri menurutku sepadan ma rasanya. Dan untuk semua pesanan  kami di atas totalnya hanya Rp 230 ribu saja sudah bisa mencicipi menu yang demikian autentik. 

Review Pribadi dariku

Tempatnya nyaman
Parkiran lumayan luas
Asri, banyak bunga dan pohon-pohon
Terdapat spot taman dan tempat untuk santai yang cantik dan tertata
Dikelilingi kebun, sawah dan ladang
Konsepnya jawa klasik
Area makan ada yang meja kursi biasa di pendopo, saungan, atau masuk lesehan di rumah joglonya
Menunya banyak dan variatif
Pramusajinya ramah 
Pemiliknya juga ramah banget
Ada mushola dan toilet
Harga relatif, tapi sesuai ama rasa masakannya yang menurutku pribadi enak bangettttt...






"Review Warung Ingkung Sambilegi Bu Yadi"
Jalan Rambutan No.17, Maguwoharjo, Depok, Sambelegi Kidul, Maguwoharjo, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Jam buka : 09.00-22.00 WIB

4 komentar:

Rivai Hidayat mengatakan...

Pagi-pagi belum sarapan dan sudah baca postingan ini. Kadi langsung kenyang. Ga perlu sarapan lagi kayaknya...hahahaha
Bener banget, kalau ada kendurinan, biasanya ada ingkungnya. Dibagi-bagi ke tamu yg datang. Ini beneran enak sih. Dan aku baru tahu makna ingkung itu sendiri. Emang leluhur kita kalau kasih nama memang selalu ada filosofinya. Ga sekadar kasih nama aja.

Konsep bangunan dan restonya sesuai dengan menunya. Mengajak para tamu makan menu jawa dan sekaligus menikmati suasana jawanya. Apalagi pemiliknya juga ramah. Jadi bakal betah dan nyaman kalau makan disni.

Aku juga suka godong kates. Banyak yg bilang pahit,, tapi bagiku itu sangat enak..hahahaha

Saleho mengatakan...

itu yang hijau2 di piring apa ya? apakah daun singkong? atau daun pepaya Non ya. Langsung sikat habis saja menunya. kepincut sama lauknya soalnya

Naia Djunaedi mengatakan...

Enak banget suasananya.. Btw ayam ingkung itu sama gak sih dengan ayam yang ditarik sama mempelai pas acara resepsi pernikahan?

Nurul Sufitri mengatakan...

Waduuuh, kok aku mendadak pusing yach? Pussing jadi kepengen icip semua menu yang tersaji di meja tapi jauuuh hahaha :D Ini warung Bu Yadi ciamik banget, super bersih dan nyeni ya. Penataannya oke, menu bererot, interior dan eskterriornya kece abis. Itu kremesannya banyak ya di ayam kampung. Bisa nambah di sana makannya dan betah seharian kayaknya hehehe :D