Assalamualaikum wr wb
Apa kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan baik ya. Kali ini Mbul nemu hidden gem kuliner di daerah Bruno, Karangduwur, Kemiri, Purworejo. Namanya adalah Warung Makan Pojok Mbah Tinah yang punya spesialis menu ayam kampung panggang dan ayam kampung goreng. Sederhana bukan? Seperti layaknya warung makan spesialis ayam pada umumnya. Tapi di balik kesederhanaannya itu tersimpan suatu kenikmatan luar biasa karena mengingatkanku akan masakan rumahan dengan sensasi smooky-smookynya gitu pada menu ayam panggang maupun ayam gorengnya, termasuk juga ayam opornya. Penasaran seperti apa? Yuk langsung simak ulasan kuliner Beby Mbul sampai rampung ya.
Kami ke sana usai membeli durian di Pasar Kutoarjo, dan setelah hari beranjak siang, ternyata weteng ini sudah mulai terasa ngelih pemirsa. Kami pun tercetus ide secara random untuk pergi ke Warung Pojok Mbah Tinah yang sebelumnya belum pernah kami datangi. Berbekal review dari google, kami merasa tertarik untuk mencobanya karena katanya model masakannya itu khas banget, dimasak ala ndeso dan tentunya dari hati sehingga menghasilkan cita rasa yang wuenak tak terlupakan mengingatkanku akan rasa masakan pawonnya Simbah. Soalnya masaknya itu masih pake tungku di pawon yang klasik jaman dulu. Jadilah ga heran rasa masakannya ada smooky-smooky sedepnya.
Singkat kata, setelah muter ke area belakang Pasar Kutoarjo dan bablas Kemiri, sampailah kami di daerah Mbruno Karangduwur yang dekat dengan tanjakan. Si Warungnya ini percis ada di pinggir jalan raya sehingga gampang dikenali. Terutama karena di depannya sudah ada spanduk besar bertuliskan "Warung Makan Pojok Mbah Tinah" yang legendaris itu.
Bernuansa coklat kayu di segala dindingnya, juga atap seng dan meja kursi panjang dari kayu pula, kami pun tiba di dalam warung. Nah, di sana ternyata model lauknya sudah setengah matang (yang sudah dimarinasi bumbu) nanti tinggal minta digorengkan atau dipanggangkan dengan Mbah Tinahnya di pawon mburi warung. Ada berbagai macam lauk yang tersedia di situ diantaranya ayam kampung, ati ampela, iwak melem, telor asin, tempe kemul (tempe berselimut tepung maksudnya), juga aneka sayur kuah matangan. Ada lodeh rebung, lodeh tempe, opor ayam kampung, juga gulai daun singkong. Tersedia pula nasi putih yang bisa diambil sendiri dan thiwul yang sudah dibentuk bola-bola. Untuk sambal bawang, nanti akan dibikinkan langsung secara dadakan.
Nah, setelah takematin, ada bangku lesehannya juga lho di pojokan, makanya kami langsung melipir ke situ biar maemnya bisa pewe. Sementara pengunjung lain yang kebanyakan Mas-Mas dan Bapak-Bapak daharnya di meja kursi panjang.
Menu yang kami pilih sendiri ada beberapa macam. Diantaranya ayam kampung goreng, iwak melem, opor kepala, ati ampela goreng, dan telor asin. Nasinya ambil nasi putih aja, soalnya kalau sego thiwul belum terbiasa hihihi. Meskipun si thiwul bentuknya unyu ya kayak bola-bola. Malah takkirain tadi sego jagung. Ternyata jarene Mbah Tinah itu Thiwul. Iya Thiwul unyu hehheheh. Untuk sambel, seperti yang kukatakan tadi nanti dibikinke secara dadakan seleyeh sedeng.
Sambil menunggu masakan matang, sambil itu pula aku melihat suasananya. Bener-bener warung makan jadoel dan legendaris. Terbukti banyak tanggalan atau kalender yang terpasang di dindingnya. Konon jika banyak kalender ada di suatu warung makan, maka bisa dipastikan warung makan tersebut udah famous alias legend dari masa ke masa. Terbukti saat kami ke sana, banyak juga yang makan di situ (kesemuanya adalah Mas-Mas dan Bapak-Bapak yang kuprediksi kerja di deket situ dan menghabiskan jam makan siang di Warung Pojok Mbah Tinah ini).
Setelah 10 menit menunggu, minuman yang kami pesan diantarkan. Begitu pula lauk ayam goreng, ati ampela goreng, opor ayam kepala, iwak melem, dan juga sambel. Lho kok nda ada lalapnya ya Tamas? "Yo iyo dunk Dek Nit Nit, ini kan warung Jawa Tengah. Bukan warung Sunda to Dek." Ow iya ya ya ya....tapi biar begitu rasanya pun ga usah diragukan lagi. Hanya ada 1 kata dan itu A-nya panjang banget. Yaitu Enaaaaaaaaaaaaaaaak bangaaaaaaat. Et...itu mah dua kata ya...enak dan banget Hahhahahha....
Ayam kampung gorengnya itu asin gurihnya remesep sampai ke tulang-tulang. Kulitnya juga glowing dan shining. Mbul bagian paha yang mana memang ngarah kulitnya. Kalau dada kan kebanyakan dagingnya ya hahhaha... Ga pa pa lah sekali-kali hihi. Sebab kulit hayam kampung itu Mbul suka banget. Apalagi disandingkan dengan sambal bawangnya yang haucek parah...itu pedesnya bikin merem melek tapi yang dalam artian keenakan, hihi. Satu cawuk nasi anget, ditambah potekan ayam paha, ditambah kulitnya yang melimpah, ditambah sambel bawang nyaaaaaamm....Wuenak tenan....sampai gemobyos keringetan hihihi..
Terus opor ayam kepalanya juga ngendikane Ndoro Kakung rasanya laiker. Ada sensasi asap-asapnya tapi ntah kenapa enak. Soalnya Beliau dimanapun ditemukan suka banget ama yang namanya opor kepala ayam jago...hehhehe. Selain kepala, si opornya juga ada telor buletnya juga loh. Rasanya mantab.
Yang lainnya juga enak. Iwak melem gorengnya apalagi. Ini juga ada asap-asapnya walaupun digoreng. Asin bumbunya kerasa. Pas banget ama sambel bawangnya. Kami sendiri ga cobain sayur kuah lainnya, karena terutama Beby Mbul aka admin blog ini lagi pengen menghayati yang namanya maem nasi sama ayam paha sama sambel bawang. Udah deh...hahahahah..
Terus di sini juga ada dawet irengnya juga lho. Tapi kami ga minum di tempat dong, melainkan dibungkus untuk Ibuk di rumah. Habis itu waktunya bayar-bayar. Pas bayar itulah, Tamas merasa tercengang karena segini banyaknya dengan rasa menu ayam kampung goreng yang enak bangat ternyata hanya dibanderol Rp 70 ribu. Bahagia ga tuh? Pantesan legend ya. Kalau di kota mah mana dapat hihi...
Habis itu kami pamit dan tetiba saat menunggu dawetnya dibungkuskan si Mbahnya, aku melihat pemandangan lain yang menghibur mata. Apakah gerangan? Yap pohon rambutan. Aaaaaaaaaak. Udah tau dong, bahwa aku pernah nulis bahwasannya aku sangat kangen dengan yang namanya pohon rambutan dimana buahnya itu sedang lebat-lebatnya. Nah, karena kebetulan di pinggir jalan nyebrang itu ada pohon rambutan, maka ga pake lama aku langsung nyebrang bentar buat mengabadikannya hihihi. Cuma motret pohon rambutan aja dah senang bangat diri ini hahahhaha...Biarpun di depan pekarangan rumah Tamas ada pohon rambutan juga, cuma yang di sana lebih tinggi sehingga rambutannya ga kejangkau kamera. Nah, kalau yang di seberang jalan ini pohonnya pendek, jadi bisa take a photo deh. Ya, walaupun sesampai rumah yang dibawa adalah buah durian Pasar Kutoarjo sih, sedangkan rambutannya cuma foto doang hihihi.
Okey, sekian dulu dariku
See you and dadaaaah...
"Warung Pojok Mbah Tinah, Karangduwur, Purworejo"
Jl. Raya Kutoarjo - Bruno, Bedono, Karangduwur (Bedono), Kec. Kemiri, Jawa Tengah
Jam buka : 07:00-18:00 WIB