Rabu, 23 Oktober 2024

2 Hari di Surabaya, 1/2 Hari di Madura




Assalamualaikum wr wb...
"Surabayaaaaaaaa !!!!!" Akhirnya Mbul nyampe juga di Surabaya. Udah lama banget Mbul pengen ke sini berempat sama Tamas, Kakak A dan Mas Montogh buat sekedar jalan-jalan. Alhamdulilah baru bisa kesampaian pas backpackeran kemarin ngepasin hari libur Natal 25 Desember 2023. Kami melakukan perjalanan via darat dari Tol Semarang masuk ke kota-kota di daerah Pantai Utara Jawa baru kemudian tembus ke Tuban, Lamongan, Gresik dan akhirnya bermuara ke Surabaya. Tapi jalannya santai aja kok. Soalnya aslinya emang ga ada itinerary. Kami jalan saktekane, saksenenge. Kemana kaki ingin melangkah, ya itu yang didatengin. Ga ada patokan yang berarti. Jadi lebih relax





Pas udah nyampe kotanya itu kira-kiranya sore. Liwat Ir. H Juanda yang ada ikon kapal selamnya. Abis itu jalan ke area kota, puter-puter Tugu Pahlawan, balaikota sama perpus, sementara di luar mulai ujan gerimis. Suasana nampak syahdu dan tenang. Tapi karena badan udah berasa lengket-lengket pengen mandi, akhirnya segera cabcus ke penginapan. Kamipun bergerak ke dekat Area Wisata Sunan Ampel. Nah, di sekitar situ banyak terdapat penginapan murah tapi bagus. Berbagai hotel dengan bangunan khas jaman dulu. Salah satunya adalah Arcadia by Horison yang pada bagian depannya terdapat kanopi-kanopi merah seperti toko es krim atau kue. Sebelahanama museum dan perkantoran yang masih setipe bangunannya. Parkirannya ada beberapa lantai. Tapi kami parkir di P1 yang ada temannya, cause di lantai atas bener-bener sepi. Bahan nyaris kosong. Kalau mau ke lobby musti naik ke tangga dulu yang bisa mengantarkan kami sampai lift. Soalnya kami dapat kamar di lantai 7. Nanti deh aku review hotelnya di post terpisah. 

Sekarang aku mau cerita jalan-jalannya dulu di Surabaya ya yang ternyata kami tetapkan selama 2 hari. Karena emang ternyata senyaman itu kami berada di sini. Kotanya cantik, tertata, lagi bersih. Jadi lumayan lama juga stay di sini meski esoknya kami pengen ngrandom ke Madura. Ya, karena tinggal nyebrang aja ke Jembatan Suramadu jadi cuma beberapa jam aja bisa nyampe ke Bangkalan sementara di bawahnya adalah laut.








Di Surabaya hari pertama itu kan jatohnya malam. Jadi agendanya cuma makan malam abis itu putar-putar balaikota kemudian istirahat. Untuk kulinerannya, Tamas merekomendasikan ke sambel-sambelan belut aja. Secara Beliau sama Mas Ang pernah dines di Surabaya dan maemnya sambal belut yang ndilalah rasanya enak. Yowes, karena Beby Mbul anaknya manutan, maka Mbul pun ngikud. Kami menuju ke Spesial Sambal Belut H. Poer yang terletak di Ruko Landmark Kav B, Jalan Kayon No. 40, Surabaya. Posisinya itu ada di depan toko florist dan tanaman hias. Malam-malam ujan gerimis, sekitaran abis magrib lah kami ke sana. Sampai lokasi, ternyata yang makan cuma kami. Mungkin karena sedang libur Natal jadi ga banyak yang keluar, kecuali para pendatang dari kota lain yang sama-sama sedang cari kulineran malam. 

Nah, agar makannya lebih nyaman, maka kamipun pilih naik ke lantai atas dan segera memesan menu apa yang sekiranya recomended, meski banyak menu yang sedang kosong juga kala itu sehingga yang tersisa tinggal belut dan bebek aja. Tamas sendiri pesan sambal belut basah, sambal belut kering, terung bakar penyet, dan bawang putih goreng. Yang penyetan udah disambelin, sedangkan yang lainnya belum. Yang belum, sambelnya ditaruh di leyeh terpisah. Nanti dia bisa disantap dengan lalapan kacang panjang, kubis dan juga mentimun. Aku sendiri pesan bebek goreng yang ga usah disambelin lagi karena ada yang buat aku sendiri, ada pula yang buat Kakak A dan Mas Montogh. Untuk minumnya es teh manis dan air mineral. 































Semua pesanan diproses kurang lebih dalam hitungan menit dan saat datang ke meja, tampilannya sungguh sangat menggoda selera. Bawang putih gorengnya sih terutama yang baru bagiku karena dia digorengnya bareng kulitnya. Jadi abis digoreng ada yang masih nempel ga nyoplok dari bawangnya. Yang ini ga disambelin. Jadi dicemilin juga enak. Yang disambelin itu belut basah dan belut keringnya. Meski di 2 lauk tersebut juga terdapat bawang putih gorengnya. Rasanya enak juga. Asin gurih dan ga umum karena ya itu tadi digorengnya masih dalam bentuk utuhan ga diiris tipis-tipis kayak taburan bawang goreng. Tapi ini asli enak banget dan bikin ketagihan. Kalau untuk belutnya, aku cobain yang basah. Kalau yang kering aku ga cobain. Yang belut basah ini rasanya empuk, asin, dagingnya tebal. Tulangnya kecil. Tapi yang jelas lauk utamaku tetep saja bebek hahahha...Punten ya, biarpun menu utamanya adalah belut, tapi yang aku pesen tetap aja bebek wkwkwk. 

Nah, untuk bebeknya sendiri, aku dapat bagian dada yang cukup montok dan kulit yang very very juicy. Dagingnya basah dan pulen karena kalau bebek goreng aku memang suka yang basah. Sambel aku ga gitu harus, paling nyumil dikit-dikit aja. Kami menikmati segala santapan yang ada dengan penuh kenikmatam karena emang lagi ngelih-ngelihnya. Untuk harganya sendiri termasuknya standar sih. Semua yang kami pesan totalnya Rp 150 ribuan. 

































Setelah mengisi perut dengan sambelan belut dan juga bebek goreng, kami ga langsung balik ke Arcadia karena masih pengen puter-puter area kota. Kami lewat daerah Plaza Tunjungan lalu balaikota karena di depannya itu ternyata ada taman cantik penuh dengan lampu-lampu dan dekorasi Natal. Bahkan ada pohon Natal yang terbuat dari lampion berwarna-warni bulat besar kecil dan saat malam tiba jadi kelap-kelip demikian semarak. Terus karena di dalam area balaikotanya itu ada taman dengan segala macam bonsai, pepohonan dan kembangan, maka akupun tertarik untuk masuk ke dalamnya. Ada juga burung merpati putih dalam sangkar yang ada di dekat pintu masuk di sisi gedung balaikotanya. Gedungnya ini tampak kokoh dan gagah dihiasi lampu-lampu taman bernuansa burung flaminggo yang tampak menyala jambon diantara rerimbunan pohon dan kembangan serta air mancur di tengah-tengahnya. Ah, meskipun gerimis masih turun rintik-rintik, tapi ga menyurutkanku dan Kakak A buat keluar sebentar sambil gandengan tangan. Sementara Bapaknya jagain Mas Montogh yang udah bubuk anteng dalam carseat. Nah, mumpung udah sampai Surabaya, maka Mbul dan Kakak A mau turun sebentar buat foto di sekitar balaikotanya, hihihi. Sayang kan kalau ga ngadem sejenak di sini. Lagipula suasananya juga enak bikin betah...

Puas menikmati suasana malam di Balaikota Surabaya, kamipun berniat kembali ke hotel untuk istirahat. Suasana hotelnya lumayan nyaman meski bangunannya agak klasik. Tapi biar klasik begini AC-nya duiniiiiind banget. Bikin pengen terus kekepan selimut. Ya, yang penting udah mandi air anget dan sabunan wangi, insyaAlloh bobok makin nglenther atau pules, hehehe...... Yup soalnya ada yang udah kadung pengen dipijitin ama tangan seorang Beby Mbul Nita yang selalu bikin ketagihan ini. Cause kalau udah pada abis dipijitin Mbul, boboknya pada pules-pules semua hihihi.
















































































Begitu pagi hari, aku bangun paling awal. Aku mandi dulu cebang-cebung pake shower, terus abis itu salin baju santai dan keliling sekitaran Arcadia karena banyak bangunan cantik tapi klasik di sekitar situ. Mumpung yang lain masih pada bubuk, jadi aku bisa jalan kaki sebentar sekalian mengabadikan suasana Surabaya pagi-pagi, terutama daerah Ampel. 

Aku jalan ga jauh-jauh sih. Cuma sampai sekitaran jembatan merah dan depan Kya-Kya juga gapura Kembang Jepun Surabaya dimana di situ merupakan area pertokoan pompa, besi dan alat-alat pertukangan. Ada juga beberapa tempat sarapan tapi aku ga beli, karen nanti ada breakfast kecil di hotelnya. Meski cuma maem dengan sedikit kwetiaw, buah dan teh hangat, tapi bagiku itu udah lumayan cukup. Cukup untuk memulai aktivitas jalan-jalan di Surabaya yang cerah ini. Oiya, karena abis jalan keliling itu aku merasa hot lagi, jadi abis balik ya mandi lagi hahahha


























































Nah, pas balik ke hotel, yang lainnya dah pada bangun. Kamipun segera sarapan dan menentukan acara hari ini mau kemana. Ternyata suami pengen ziarah ke Makam Sunan Ampel. Lokasinya ga jauh dari hotel cuma emang masuknya ke gang dalam yang depannya ada wisata belanjanya juga. Nah, di situ dijual aneka kurma, kacang arab, cokelat, manisan, permen, baju-baju muslim, kerudung, hijab, baju koko, sajadah, peci, mukena, tasbih, gelang manik-manik dll. Ada juga di depannya itu penjual makanan tradisional seperti geplak, onde-onde, dawet, enting-enting kacang, getas, dan lainnya. Subhanalloh bikin pengen yang manis-manis hihihi. Tapi aku di situ cuma beli mukena. 

Setelah dari Ampel, secara random Tamas mengusulkan ide bagaimana kalau kami ke Madura aja. Kan tinggal nyeberang Jembatan Suramadu jadi cepet. Ya, sekalian mau makan nasi bebek Madura langsung dari tempatnya. Kali rasanya bakal beda atau lebih nikmat, hihihi. Maka, ga pake lama kami pun langsung 'gas' ke sana sekitaran jam-jam habis dzuhur. 














































Kami menyeberangi jembatan Suramadu dengan mulusnya karena emang lancar banget bahkan langit di atas kami berwarna biru bersih. Indah berpadu dengan warna laut di bawahnya yang nyaris sama-sama birunya. Pas awal-awal melintas jembatan, emang belum kerasa menanjak, tapi pas udah di tengah-tengah, baru deh kerasa menanjak karena ada tiang pancangnya. Habis itu sampailah kami di Bangkalan dimana awal-awal itu kami udah disambut dengan banyak pedangan tahu dengan sepeda motornya, tukang rambutan dan tukang durian yang menaruh durian-durian tersebut dalam keranjang. Ada pula jajaran penjual cinderamata khas Madura termasuk kaos lorek-lorek merah putihnya. Sebenernya aku pengen beli buat Mas Montogh, soalnya kayaknya dia bakal lucu kalau pake itu, tapi karena pethukan pawai drum band atau marching band anak-anak SD di jalan, jadinya lupa deh hahhahah... Oiya, sebelum nyampe kotanya, yang area sini masih sepi sih. Bahkan antar rumah atau bangunan ada space lumayan panjang yang dikelilingi oleh kebun dan juga sawah. Sementara makin ke arah kotanya, makin banyak pula rumah makan bebek Madura dengan berbagai nama. Tapi akhirnya kami pilih makan di Bebek Suramadu Sambal Pencit Dari Singapore yang lokasinya ada di Jl Raya Ketengan Km 3, No. 50, Burneh Bangkalan. 

Meski cuaca Madura kala itu lumayan hot, tapi  kami merasa happy, apalagi maemnya pake menu kesukaan aku yaitu bebek Madura. Nah, di sini itu maemnya harus pesen dulu, baru digorengkan dan setelah pesanan matang langsung bayar. Habis itu pesanan bisa dibawa ke saungnya. Kami pesan Bebek Madura yang terdiri dari 2 sambal, yaitu sambal hitam plus sambal pencit atau mangga. Ada lagi tempe goreng, telur dadar, es jeruk, dan es teh manis. Bonusan lain masih dapat kacang goreng seplastik selain aku juga beli 1 bungkus kerupuk pedes karena lagi pengen ngemil kerupuk pedes...

Rasa bebek Maduranya ini enak deh. Bebeknya memang imut tapi kulit dan dagingnya itu pulen banget. Kulitnya mlenuk-mlenuk bikin pas dicocolin ke sambal hitam khas Maduranya tuh sedep. Ada juga sambal pencit atau mangganya yang biarpun asem tapi juga ada sedikit manis dan pedesnya juga.. Tempe goreng dan telor dadarnya juga enak. Telor dadarnya kruwil dan gurih, sedang tempe gorengngnya gurih banget.


























Nah, habis dari sini kami keliling-keliling dulu ke Kota Bangkalan. Bahkan Tamas ngajakin aku Asyaran di Masjid Shaikhonna Kholil Bangkalan. Masjidnya nampak megah dan ramai. Karena banyak juga rombongan bis yang terdiri dari bapak-bapak dan tiyang sepah yang sowan ke sini. Di depannya pas juga ada area cindera mata khas Madura. Kami ga sempat bebelian sih soalnya habis itu tiba-tiba hujan deras. Hujan langsung tumpah ruah dari langit mulai dari kota tapi pas menuju arah pulangnya ga ada ujan hahahhaha...Alhamdulilah berarti bisa balik ke Surabayanya lagi tanpa kuatir kedinginan hahaha. 

Sesampainya di Arcadia lagi, kira-kira kelar Isya, peyut pun akhirnya bunyi. Maklum terakhir maem jam-jam siang. Akhirnya karena lagi mager banget, kami cuma pengen cari maem di depan hotelnya pas. Cause nyeberang dikit ada beberapa mobil pick up yang jual nasi kucing dengan aneka lauk. Ada pula yang jual nasi goreng tek-tek jajaran sama pedagang jaket dan baju-baju. Nah, kebetulan ada pula yang diantara jajaran pedagang makanan itu pada gelar tiker di pedestrian belakangnya. Yaudah kami ngemper maem di situ aja, tapi belinya beberapa macam menu. Aku nasi goreng mawut + telor dadar, Tamas, Kakak A dan Mas Montogh nasi kucing dengan aneka lauk. Lauknya ada yang pedes, ada pula yang ga pedes. Yang pedes ada bihun, semur tahu sama telor bulet. Yang ga pedes itu ada ati ayam, sate telur puyuh dan tahu goreng. Terus Kakak A juga tetiba pengen mie godog tambah sawi dan telor. Mimiknya susu, es teh manis, air mineral dan soda gembira. Yaudah bareng-bareng kami maem di sana sambil menikmati malam di seberang Hotel Arcadia.

Aku sendiri paling suka dengan nasi goreng mawutnya. Karena dia dimasak dengan campuran mie lurus (mie telor yang biasa ada di kendurenan atau bakmie jawa). Itu loh model nasi goreng Magelangan. Terus ada acar timun dan cabe hijaunya juga. Cabe rawit di sini agak beda ya ama cabe rawit yang biasa ada di abang gorengan. Yang ini cabenya terlihat hijau muda dan pedes banget. Tapi enak loh nasi gorengnya. Bikin selalu terngiang akan rasanya hihihi.















































Besok paginya kami langsung berniat ke kota selanjutnya karena kami mau ke daerah yang dingin-dingin. Makanya hari itu juga langsung pamit walau tetep sarapannya cari di Surabaya. Mulanya kami pengen maem di Bubur Surabaya yang ada di Pasar Atom Jalan Bunguran. Tapi pas udah nyampe sana, belom pada buka, akhirnya sarapan dialihkan ke tempat lain walau sempet ga nemu-nemu juga karena sepenglihatanku pedagang kaki lima di Surabaya itu jarang ya atau bahkan ga ada? Pokoknya tuh bersih, tertib dan rapi. Ga semrawut kayak kota besar pada umumnya, hahahha. Tapi untunglah rasa ngelih ini bisa segera teratasi karena ga lama kemudian kami memutuskan untuk maem di Rawon dan Pecel Ponorogo Hj. Boeyatien di Jalan Ketabang Kali No. 51 Surabaya. Tempatnya ini cukup adem karena dikelilingi pepohonan rindang dengan konsep seperti halaman rumah Eyang. Nah, di situ itu kami pesen nasi pecel dengan lauk pauk yang beraneka ragam. Ada perkedel jagung, tempe goreng, paru goreng, endog asin, dan rempeyek kacang. Untuk pecelnya sendiri terdiri dari rebusan kembang turi, bayem, kangkung, tauge/kecambah, timun dan kemangi yang disiram langsung pake sambal kacang kental. Sambalnya bisa request pedes atau ga pedes sama sekali. Nah, aku karena ga suka pedes maka pilih yang terakhir aja, dimaem bareng perkedel jagung, tempe, paru, endog asin dan rempeyek enak banget. Sambil itu pula datang pengamen bergaya emo tatoan dan tindikan yang tiba-tiba menyanyikan lagu romantis untuk memeriahkan suasana. Satunya kebagian menggitar, satunya lagi vokalis. 






























Alhamdulilah selesai makan, kamipun segera beranjak dari nasi pecel ini karena tujuan selanjutnya kami mau ngadem di kaki Gunung Arjuno...Mau ngapain aja kami di sana? Tungguin aja postinganku selanjutnya ya. See you and dadaaaah...