Assalamualaikum wr wb...
Dari Madiun, kami bablas terus nyampe Magetan. Kira-kiranya sorean nyampe sana yang ternyata kotanya cukup panjang dan tenang. Kalau Madiun cantik dan rapi, kalau Magetan itu panjang dan tenang. Lengaaaang banget jalanan. Lampu-lampu juga jarang. Malam-malam itu jalanan gelap. Antar satu rumah dengan rumah lain berjarak lapang. Pasti ada kebun atau sawah di sela-selanya. Pertokoan juga jarang. Mungkin karena daerah kabupatennya kali ya? Makanya agak sepi. Lampu cuma nyala kalau ada bangunan atau rumah aja.
Berbanding terbalik dengan Madiun yang penataan lampu di pusat kotanya full. Bahkan tertata nyeni banget, ditambah dengan keberadaan pepohonan yang kembang ungunya sedang pada tumbuh, rasanya tuh kayak masih pengen lamaan di Madiun. Tapi sayang, perjalanan harus segera dilanjut sebab kami ada rencana ke Tawangmangu. Jadi rute tercepat itu ya bablas Maospati lanjut Magetan. Nah, Magetannya itu luruuuuus terus (walaupun jalannya agak berkelok-kelok juga sih), nanti ujung-ujungnya adalah Sarangan yang deket Telaga Sarangan. Tapi kami ga mampir sana. Kami cuma nginap aja semalam di sebuah penginapan yang ada di sekitar situ.
Yup, karena nyampe Sarangan itu menuju magrib ya. Kalau dipolke sampai Tawangmangu atau Karanganyar ga memungkinkan. Sebab kabut. Malam-malam naik pegunungan dan cuaca berkabut, pandangan mata jadi berkurang. Makanya biar pas naik itu jalannya kelihatan, paling ga besok pagi kami musti cabutnya. Sekarang, karena udah malam lebih baik ngaso aja. Dadakan pesen penginapan murah (Rp 290 ribu aja hahaha) dan dapat di Citra Rasa. Itu seberangan sama rumah makan yang kami singgahi pas sarapan paginya.
Lumayan juga nginap di sini meski air mandinya sedingin es, wwkkwkkwkw... Ampe menggigil aku waktu mandi. Tapi seger banget sih, bikin capek dan pegal-pegal ilang. Berganti dengan badan wangi, bersih dan siap dibawa jalan-jalan. Oiya sebelum nyampe di penginapannya ini aku sempet belikan Rocket Chicken buat Kakak A dan Mas Montogh karena siapa tahu di sana ga ada makanan. Habis itu sholat magrib di mushola pom bensin sebelum tanjakan. Sesampainya di penginapan, kami merasa lumayan surprise. Karena memang sederhana banget. Ya, rumah warga jadi guest house. Tapi alhamdulilahnya si Mas Penjaga yang kontekan ma Suamiku orangnya ramah. Bahkan abis kami rebahan di kasur karena pantad saking pegelnya, pintu kamar langsung diketok-ketok. Mas penjaganya datang. Pake kupluk dan juga sarung karena hawa tuh adem banget, Beliau mau ngantarin 2 gelas teh manis anget pake baki, sabun batangan dan juga handuk. Kalau ada perlu apa-apa bisa tanya ke Masnya. Tapi sejauh ini semua berjalan oke kok. Maklumlah rasanya dah pengen bobok biar badan dibawa jalan tuh besok fresh. Jadi kami bobok gasik meski uwel-uwelan kayak iwak pindang dalam 1 kasur kecil wkwkkw. Apalagi Tamas suka banget bantalan pake pantad aku yang demplon ini wkwkkw...Jare dia, yaitulah fungsi punya bojo empuk seperti Beby Mbul Nita hahahah...
Pagi harinya pun tibalah, suasana jalan raya masih berkabut. Kabutnya lumayan tebel. Dan itu membuat danau yang ada di bawah undak-undakan RM Citra Rasa seberang penginapannya ga kelihatan. Gunung yang ada di depannya juga masih ketutup kabut. Udara duiniiiiiind banget, nyampe bikin aku bulak-balik kebelet pipis wkkwkwkw.... Nah, oleh karenanya aku jadi sekalian mandi aja. Begitu juga yang lain. Jadi kami bisa sante-sante sejenak buat sarapan.
Abis mengunci pintu kamar, kami beriringan menyebrang ke jalan raya karena mau sarapan ke rumah makannya. Ternyata ga sangka tempatnya asyik juga. Sepagi itu yang datang baru kami. Karena masih jam 7 pagi hahahhaha. Dan rumah makannya itu jadi satu sama pusat oleh-oleh. Ada banyak klethikan atau cemilan ada di sana. Mulai dari yang manis hingga yang gurih. Lalu di balkonnya menghadap pemandangan danau yang ada di bawah juga bukit dan gunung yang ada di atasnya. Cantik sekali.
Kami pun segera duduk di area lesehan. Lesehannya berkarpet hijau, jadi rasanya anget betah buat duduk berlama-lama di situ sambil menunggu masakannya matang. Kami pesan indomie godog dengan sayur dan kopyokan telur, sop ayam, nasi, tahu krispi, juga tempe mendoan. Mimiknya susu putih dan teh manis anget. Ya, sembari menunggu itu aku jalanlah ke arah balkon. Pengen liat pemandangan di sana. Tamas bilang "Dek kabutnya dah ilang, itu pemandangannya kelihatan bagus, Adek ga foto." Eh mau banget aku...Tapi ga lama kemudian kabutnya balik lagi...kabutnya main cilukba...Lucu deh, padahal pemandangan di baliknya indah sekali. Ladang sayur di kemiringan tertentu dan juga jalanan menuju pegunungan.
Singkat kata, pesanan kami pun datang. Ada semangkok indomie godog campur sayuran dan telur kopyok juga sop ayam. Sop ayamnya ini sebenarnya request Suamiku. Sebab bisa dinikmati bareng Kakak A dan Mas Montogh juga kan. Soalnya porsiannya gede. Sewadah sop gede. Sop ayamnya ini terdiri dari ayam dada, potongan kentang, wortel dan daun bawangnya gede-gede. Lauknya tempe mendoan daun bawang dan tahu krispi. Terus ada sambal kecapnya juga. Nah, karena porsinya gede-gede maka bisa dimaem buat berempat nih, hihihi. Biasa sebelum maem, Mbul itu bakal nacklein Kakak A dan Mas Montogh dulu. Baru abis itu bisa maem sendiri.
Usai maem dan beberapa kali melihat pemandangan di sekeliling, kami pun bersiap-siap buat pamitan, mumpung hari masih pagi. Jadi nanti sampai Tawangmangunya ga gitu terik. Masih adem. Ya, jalanan di pegunungan begini kalau naik matic Tamas baru berani pagian. Sebab kelihatan. Kalau malam kan takut kabut dan ga tau naik turunnya itu setinggi apa. Mana pinggir jurang lagi. Jadi udah paling pas kalau ke Tawangmangunya pagi atau siang. Yeaaay! Kami menuju ke Grojogan Sewu. Tempat terakhir yang kukunjungi saat darmawisata SMP dan baru pertama kalinya aku maem stroberi, hihihi. Sekarang aku mau ke sana lagi tapi bareng-bareng sama Tayank-Tayankuw heheheh.
Kamipun bismilah berangkat dengan melewati rute Magetan yang bersisihan dengan kaki Gunung Lawu. Indahnya pemandangan membuatku takjub. Berulang kali kuungkapkan kekagumanku akan kebesaran Sang Pencipta. Gunung yang selama ini selalu kunikmati lewat channelnya teman-teman pendaki, kini kulihat langsung dengan mata kepala sendiri meski dari bagian lerengnya saja. Tapi sungguh indah dan syahdu ia berdiri. Kokoh dan kuat menancap pada bagian dari bumi Jawa. Dipenuhi dengan hutannya yang lebat dan mempesona sebagai porosnya. Flora dan fauna khas pegunungan. Serangga gunung, bunga-bunga gunung, ah betapa agung. Suara garengpung (tonggeret) bersahut-sahutan merdu diantara tinggi dan besarnya pepohonan. Bunga-bunga terumpet pun seperti menyambut, berayun-ayun dibelai sang angin, basah dan indah dengan warnanya yang merah jambu, oranye, serta ungu. Beberapa kali kami juga sempat bersisihan dengan ladang sayur yang ditanami kubis, wortel, sawi, daun bawang, dan kentang yang begitu subur menyejukkan mata.
"Mas...mandeg bentar. Mbul mauk foto tebing-tebingnya itu Mas...kayak ada di film the lost world Jurasic Park, cakep banget masih berkabut...huhu..." Mbul minta kendaraan menepi sejenak. Dan ingkang Romo pun membolehkan.
"Kudune dinikmati karo dieling-eling ning pikiran Sayang. Dinikmati pake rasa, hehehhee..."
"He em itu juga iya. Tapi Mbul mau motret juga biar ada kenang-kenangannya di blog."
"Yodah...tapi ati-ati yo Dek, pinggir kui akeh truk en kendaraan melintas."
"Siap Bossque!"
Akhirnya di beberapa spot, dimana pemandangannya kelihatan cakep banget, Mbul pun abadikan sejenak buat kenang-kenangan yang akan kutaruh di blog ini. Buat kubaca-baca sendiri karena perjalanan ini begitu berkesan buatku pribadi hihihi.
Habis itu kami lanjut lagi hingga di kanan jalan melewati pos 1 pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu dan sebelumnya Cemoro Kandang. Tapi aku ga sempat fotokan Cemoro Sewunya karena emang jalanan ramai. Banyak pendaki yang akan mendaki di Malam Tahun Baru jadi kulihat pos pertama itu begitu banyak orang. Ya, Mbul menikmati dari bawahpun sudah merasakan sangat Alhamdulilah. Dikasih kesempatan melihat Gunung Lawu yang gagah, rasanya tentu bungah. Ternyata Lawu dari Magetan itu cakeeeeeeeep banget. Aku sampai ga berhenti mengaguminya karena emang dari bawahpun udah seindah itu, huhuhu...
Kendaraan terus menggelinding karena udah sampai turunan dan menuju ke Karanganyar. Kamipun harus mengatakan dadaaaa sama Provinsi Jawa Timur karena selanjutnya udah memasuki Provinsi Jawa Tengah. Good Bye to East Java, Welcome to central Java. Berbeda dengan area Lawu dari Magetan yang bersiiiiiih, alami, jarang pedagang, di Karanganyar justru sebaliknya. Dah mulai banyak tempat makan atau tempat wisata jadi kesyahduannya lumayan berkurang. Masih jauh jauuuh jauuuuuuh lebih syahdu pas area Magetan hihihi. Tapi meski demikian ga mengapa, sebab kami emang mau mampir sejenak ke salah satu wisata yang dulu saat SMP aku ke sana. Apalagi kalau bukan Grojogan Sewu di Tawangmangu. Hal ini udah ditandai dengan banyaknya bakulan stroberi yang ranum-ranum itu berwarna merah dibentuk gunungan menyerupai pohon cemara. Aku sempat beli se-cup kecil sih buat cemilan di jalan. Rasanya manis dan segar...bentuknya pun besar-besar, menggugah selera...enak dicucupin langsung kalau ga dibekukan dulu nanti dijus tambah gula.
Nah, untuk perjalanan kali ini Tamas pake jalur alternatif rekomendasi google maps sehingga ketemunya jalur yang ga terlalu rame. Meski jalanannya cukup sempit dan turunan serta kelokan tajam, tapi alhamdulilah pemandangan di kanan kiri Subhanalloh indahnya... Ah itulah kenapa aku selalu suka dengan aroma gunung. Perasaan yang begitu mendamaikan. Serasa pengen agak lamaan.
Tak terasa sejam pun berlalu, setelah beberapa kali melewati kebun sayur, villa-villa gunung, dan lain sebagainya, tibalah kami di area parkir Wisata Grojogan Sewu Tawangmangu. Nah, begitu parkir, muncullah satu persatu Bapak penjaja kuda keliling yang langsung menghampiri dan merayu kami agar naik kudanya, nanti diantar keliling area. Tamas dan Kakak A tentu saja antusias, apalagi saat melihat salah satu kudanya dicat rada pink hahaha, tapi Mbul takut naik kuda soalnya pake rok. Kalau pake rok ga bisa duduk melangkah bukan nyimpluk. Jadi yang naik kuda itu Kakak A dan Ayahnya aja. Aku dan Mas Montogh nungguin, ntar mereka balik lagi ke parkiran dan kami bakal sama-sama turun ke area wisata Grojogan Sewunya yang harus menuruni 1250 anak tangga. Jadi siap-siap elus-elus betis mulus dan dada nih karena bentar lagi bakalan olah raga ekstrem turun tangga sebanyak itu, belum lagi nanti baliknya musti naik lagi. Itu pasti bikin jantung deg deg ser berdebar kencang hahahhaha... #siap-siap aja.
Nah, singkat cerita, tibalah saatnya kami berempat jalan ke pintu masuk Grojogan Sewunya. Tapi pindah parkir dulu ke area yang deket loketnya. Sebab parkiran awal itu kejauhan dari loketnya kalau kata Tamas pas muter naik kuda tadi sama Bapak pawangnya. Kalau parkiran yang belakang ini kan ga secrowded yang awal. Di sini juga lebih adem lagi karena depannya ada mushola dan toilet, kalau pengen sholat atau pipis bisa langsung ke situ.
Nah, lucunya adalah gerimis langsung turun begitu kami hendak jalan. Akhirnya kami ditawari payung oleh seorang Mbah pemilik warung sebelum pintu loket masuknya, seberang penambatan kuda. Kami bawa 2 buah payung dan bayar Rp 10 ribu kepada Beliau, nanti pulangnya tinggal kembalikan lagi. Ya, siapa tahu gerimisnya makin deras dan kalaupun ujannya reda bisa buat cekelan pas turun tangga. Takutnya tangganya lunyu atau licin wkwkw.
Setelah membayar tiket masuk ke Grojogan Sewu, kami dengan semangat memulai acara turun tangganya ini. Awalnya emang belum kerasa. Pas nyampe tengah-tengah udah mulai...... dag dig dug dag dig dug serrrrrrr bunyi jantung kenceng banget hahahaha...Beberapa kali akhirnya kami milih ngaso biar bisa mengatur ritme pernapasan. Tapi Kakak A malah semangat banget, meski ia minta aku gandeng soalnya beberapa kali kongek (bahasa bayi (baby talk bikinan Mbul buat Kakak dan Adik dari onye) dari hutan Tawangmangunya muncul menyapa kayak ngajak dibecandain. Ih lucu-lucu amat Kongeknya ya Kak, ada yang gemuk seperti babon dalam Nat Geo, ada yang sedeng dan juga kecil. Yang gemuk besar itu para pejantannya. Ya mungkin Kongek yang gemuk itu kingnya. Mereka ga jahil sih, cuma kadang bikin kaget aja tau-tau ada di jalan atau duduk di tangga turunannya. Kadang gelantungan di dahan-dahan, meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya. Namanya penghuni situ jadi ya kita pengunjung harus maklum. Tapi yang di sini jauh lebih santuy monyetnya....ga selincah yang ada di Sangeh Bali hihihi. Cause mereka adalah satwa yang dilindungi ya jadi diperhatikan betul kenyamanannya oleh pengelola wisata. Areanya dibiarkan sealami mungkin sesuai dengan habitat aslinya hehehe...
Setelah nyampe anak tangga paling bawah, rasanya pengen kompakan bilang alhamdulilah....berasa olahraga banget karena emang kerasa hahhahaha...Senud senud senud pahaku njarem semua...huhu. Perut kenceng dada berdebar....Makanya abis itu Tamas ajakin buat duduk dan ngaso sejenak. Pesen mie rebus ama mie goreng. Maemnya barengan, karena sebenernya pengen duduk aja, ya biar ga sungkan amat sambil pesen mie goreng dan mie rebus. Nanti maem benerannya abis dari sini aja..
Oiya, yang ke area grojogannya cuma Mbul aja. Ramane ga sanggup mau tiduran di tikar sambil ngawasin Mas Montogh dan Kakak A. Soalnya kacian biar para toddler ga capek. Di grojogannya Mbul juga cuma bentar aja kok, jalan beberapa tanjakan dan beberapa menit doang, abis itu balik lagi dan memilih duduk-duduk di atas tiker lagi sama mereka. Sambil menikmati suasana yang adem, kami menikmati gurihnya mie rebus dan mie goreng yang sudah kami pesan. Pasangan Pakdhe dan Budhe dari Semarang yang duduk di sekitar tikar kami ikut nimbrung mengajak ngobrol. Dan mereka terkejut mendengar trip santai kami keliling dari satu kota ke kota lainnya tapi ga dalam rangka apa-apa, hehehe....menyambut tahun baru juga ga. Ada tujuan kemana juga ga. Cuma pengen aja. Spontanitas dan buat seneng-seneng. "Namanya masih muda ya Mbak...Mas jadi jiwa-jiwa petualang itu masih gini 👍." "Njih Pak Bu....biar ngerti kota-kota lain kayak apa, hehehe.." Kamipun akhirnya ngobrol dengan asyik dan bercerita tujuan selanjutnya akan kemana. Kalau Pakdhe dan Budhe tersebut tetep stay di Tawangmangu sampai tahun baru, sedangkan kami bergerak ke Solo Kota.
Kurang lebih sejam ada di situ, tak terasa sudah cukup puas kami menikmati keindahan alam Grojogan Sewu. Kami akhirnya berniat untuk pamitan dan segera ancang-ancang siap olahraga naik tangga lagi dengan semangat. Kali ini malah yang paling antusias adalah Kakak A dan start paling duluan sambil menggodaku agar cepetan menyusulnya juga. Kalau Tamas gendong Mas Montogh karena Mas Montoghnya capek wkwkwkkw, terus riyep-riyep mau bobok.
Akhirnya setelah melalui 1250 buah anak tangga, kelar juga perjalanan kami nyampe ke atas. Pas menuju sana ada bunga bougenville pink indah banget menjuntai diantara sulur-sulur pohon lainnya. Tapi agak ke dalam. Kami langsung kelarin aja acara di anak tangganya ini abis itu ga lupa mencuci muka di pancuran dekat loket masuk. Ga taunya malah dimesemi Om Penjaga Tiketnya yang ngeliat diri ini kayak abis olahraga hahahhahah...
Menuju pintu luar, kami pun mengembalikan payung ke warung Mbah yang tadi, lalu nyeberang bentar ke mushola untuk sholat dzhuhur dan sekalian pipis di sana. Pas wudhu itu rasanya seger banget. Emang airnya anyes banget bikin mata jadi jreng. Jadi habis dari sini biarpun perut jadi kenceng bener, tapi rasanya jadi seger. Alhamdulilah jalan-jalan happy ke Tawangmangu kesampaian juga. Selanjutnya kami ke mana? Karena masih ada yang pengen main ama kelinci, akhirnya kami ke Kebun Kelinci yang di daerah Karanganyar abis itu lanjut ke Solo dan nginap semalam di sana. Tungguin keseruan kami ngapain aja ya sebelum ngendon di Solo dan bermalam di ndalem yang serasa kayak keraton hahhahahha...See you and bye bye...