Assalamualaikum wr wb....
Rabu, 3 Desember 2025. Cuaca lumayan hangat. Matahari bersinar penuh menyapa pagi dengan semangat. Kubuka pintu depan rumahku, dan kucing di halaman sudah mengeong keras meminta makan. Kusodorkan ke arah mereka 3 genggam biskuit kucing dan menempatkannya di beberapa wadah serupa tatakan kecil. Suara meongan mereka bertambah keras lalu tanpa tedeng aling-aling langsung sikat habis seluruh biskuit kucing yang kuberikan. Mengunyah keping demi keping biskuit dengan gerakan lucu, kepala miring ke kiri dan ke kanan. Terutama anak kucing jantan yang diberi nama William oleh Suamiku. Makannya paling cekatan. William adalah anak kucing jantan warna hitam dan putih yang sudah menunjukkan tanda-tanda akan menggembul di kemudian harinya.
Kedua saudaranya yang lain yaitu Cemeng Putih Gonzales dan Kembang Telon yang lebih kecil cara makannya lebih kalem. Baru aku pahami bahwa ketika mereka makan, kepala mereka akan bergerak seperti itu, miring ke kiri dan ke kanan, sementara gigi-geligi mereka dengan sibuknya mengunyah biskuit kucing dengan bunyi-bunyian yang cukup ramai. Begitu pula ketika aku sedang memberi mereka pindang kukus, lele maupun ayam goreng. Pasti gerakan mereka akan seperti itu lagi. Satu kaki bagian depan bahkan maju untuk ikut serta memegang makanannya, memastikan bahwa makanannya tidak akan dimakan oleh kucing lain. Mengamati kebiasaan mereka ternyata bisa menjadi semacam hiburan buatku. Sahabat bulu yang baik hati dan selalu ramai di jam-jam tertentu, utamanya ketika jam pemberian makan...
Jarum jam terus berdetak ke angka yang lebih tinggi. Jarum pendek pada angka 6, jarum panjang mendekati angka 12. Menandakan hari sudah mulai petang. Hari itu aku merasa lega karena persediaan jengkol yang dibelikan Suamiku sudah menuju habis. Jengkol, si pulen favorit, meskipun tidak semua orang suka, tapi bagi kami rasanya enak. Disemur, digoreng ataupun dibelado, rasanya sama-sama enaknya. Kali terakhir sebelum hari ini benar-benar habis, jengkolnya kata Suami suruh digoreng saja Dek, lalu diuwuri sedikit garam. Nanti maemnya sama oseng kangkung dan sambel goreng tongkol bikinanku. Uhmmm.... nikmatnya. Tapi masa-masa mengolah jengkol sudah mulai mereda di hari-hari berikutnya karena sudah mengantre lauk lainnya yang siap untuk dimasak. Sebagai gantinya aku akan membuatkan menu requestan Suamiku yaitu pecel sayuran.
Malam-malam, usai Suamiku kondur kerja, aku dibawakan sekantung penuh isi sayuran untuk piranti mecel. Pecel adalah sayur-sayuran rebus, bisa berupa apa saja, tergantung selera, dan nanti terakhiran bakal diguyur dengan sambal kacang kental. Rasanya enak, meski aku seringnya bikin dengan sambal kacang homemade yang sudah jadi. Karena masih ada stoknya di kulkas. Dan itu lumayan praktis. Aku lebih suka yang tidak terlampau pedas, jadi lebih banyak manisnya ketimbang pedasnya hehe.
"Dek, bikin pecel kayaknya enak, nih dah taktumbaske beberapa macam sayuran, kono direbuske Cah Ayu." pinta Suamiku padaku yang langsung kuanggukan kepalaku tanda bersiap memasakkan Beliau requestan pecel dadakan. Pecelnya pake sayur kangkung, kacang panjang, dan labu siam kecil yang biasa untuk lalapan dengan cara direbus saja.
Tak lama diriku bersiap untuk mengolah segala sayuran yang ada untuk kemudian aku rebus dan kujadikan sayuran pelengkap pecel. Ada kangkung, kacang panjang, juga labu siam. Semuanya aku rebus sampai teksturnya empuk. Kangkung aku siangi dan aku cuci bersih bagian daun serta tangkainya, lalu aku masukkan ke dalam panci ketika air sudah dalam keadaan mendidih. Tak lupa kukasih dengan sedikit garam supaya nanti kangkungnya ada rasa gurih-gurihnya. Setelah kangkung, berikutnya adalah kacang panjang. Kacang panjang aku puntesin bagian ujungnya, tapi sengaja tidak aku potong pendek, melainkan masih rada panjangan, beda ketika kacang panjangnya kujadikan menu oseng-oseng yang kupotong agak pendek, khususon pelengkap pecel kacang panjangnya tetap kubiarkan dengan potongan panjang. Meski kupotong menjadi beberapa bagian, tapi lebih panjang daripada ketika aku menjadikannya sebagai bahan untuk oseng-oseng. Nah, kacang panjang aku cuci bersih kacang panjangnya, aku rebus sampai teksturnya empuk. Setelah empuk, angkat dan tiriskan, baru terakhiran yang kurebus adalah labu siam atau waluh jipangnya. Ini yang berukuran kecil dan ketika direbus akan terasa lebih manis dari yang biasanya.
Aku lalu membuat sambal kacang untuk pecelnya dengan sambal kacang yang sudah jadi tinggal disiram saja dengan air panas. Lumatkan sambal kacangnya, dan kalau bisa jangan terlalu encer. Karena aku lebih suka yang teksturnya kental, jadi ngeblend dengan sayuran rebusnya. Tak lupa aku juga menggoreng tempe supaya ada lauk hangatnya. Tempenya fresh jadi enak ketika dijadikan lauk pauk. Aku garit-garit bagian permukaan tempenya baik yang atas maupun bawah, baru setelah itu aku celup sebentar ke dalam bumbu bawang+garam+air lalu habis itu aku goreng sampai berwarna kuning keemasan. Jadi deh, sajian sedap pecel sayuran dan tempe goreng.
Kamis, 4 Desember 2025, cuaca lumayan dingin dan berangin. Mendung seharian ditemani hujan deras di sore harinya. Lampu teras kunyalakan. Puluhan laron langsung datang mengerubung, berputar-putar di bawah temaram lampu, kucing di sudut halaman tampak meringkuk lucu seperti bayi. Jam masih menunjukkan pukul 5 kurang, tapi hawanya sudah seperti mau magrib. Sore yang begitu tenang dengan sedikit aroma basah pada bagian-bagian tertentu dari kebun mungilku. Beberapa macam tanaman tampak kuyup. Kuping gajah kuyup, begitu pula dengan tanaman hias lainnya yang ditanam Suamiku di balkon atas rumah kami. Yang ada di bagian pinggir-pinggirnya itu kuyup semua, memang sengaja atap bening di kebun tidak kami polkan sampai ke ujung. Jadi masih ada area dimana ketika hujan, airnya akan tetap jatuh di kebun mungil kami. Nanti alirannya akan masuk ke celah pipa lalu jatuh ke parit depan rumah kami. Sementara yang berada di tengah seperti anggrek aman dari tampias. Suasana di sekitar kebun mungilku kini agak becek dengan air hujan yang menggenangi. Jika sudah begitu, rasanya adem betul ketika melihat tanaman disirami langsung dari langit. Seperti perasaan nyaman yang tiba-tiba datang menghinggapi. Mendengar suara hujan, indah bergemericik bagaikan gerojokan kecil yang meluncur deras ke dasar parit. Sayup-sayup terdengar suara angin berdesau, berebut suara dengan hujan. Hujan terus bergemuruh. Angin terus mengikuti. Rupanya hari itu ditutup dengan baik oleh hujan yang awet namun bunyinya cukup menentramkan hati.
Di dalam rumah, lampu juga sudah kunyalakan. Duduk bersimpuh di atas karpet ruang depan, aku mulai menyiapkan menu makanan untuk hari ini. Aku akan membuat bening bayam dan beberapa macam lauk saja, juga tak lupa sambal dadakan. Menyiangi bayam, mengupas wortel, kencur dan bawang merah. Karena bumbu sayur beningku cukup simpel, kencur yang diuleg dengan masih ada tekstur, juga bawang merah iris. Nanti pelengkapnya adalah sedikit garam, gula pasir, dan kaldu jamur. Sementara lauknya akan kubuatkan udang goreng tepung panir/tepung roti atau biasa kusebut ebi pangko. Lainnya adalah tempe goreng saja. Sambalnya sambal bawang dadakan. Menu simpel dan pastinya kesukaan keluarga. Sebelum berangkat kerja, Suamiku sudah mengupaskan melon untuk kemudian ditaruh di dalam kulkas. Nanti begitu Beliau pulang kerja, melonnya bisa dimaem sama-sama, entah pada saat santai nonton teve ataupun setelah makan. Kami biasanya memang makan buah bersama karena kami suka sekali buah-buahan, hehe.
5 Desember 2025. Si Kecil hari terakhir ujian di sekolah. Ternyata mata pelajarannya adalah menggambar. Pulang-pulang ia tunjukkan gambarnya padaku, ternyata gambar kelinci, hehe. Wah lucunya. Kelinci gembil putih satu diantaranya adalah aku, itu kata Kakak, hahahha. Manisnya. Kakak selalu menganalogikan begitu. Kakak suka sekali memirip-miripkan kami semua dengan binatang kesayangannya yaitu kelinci. Alhamdulilah, ujiannya sudah kelar ya Kak, saatnya bisa lebih santai dari hari-hari sebelumnya setelah 5 hari kemarin sibuk dengan urusan belajar.
Sore hari, usai hujan gerimis yang hanya sebentar, kudengar Nia, Induk Kucing 3 warna (kaliko) yang biasa ngetem di teras mengeong keras ke arah taman depan dekat pohon mangga. Nia biasa mengeong jika ada kucing lain ingin main ke rumahku. Ternyata setelah kuperhatikan lagi, di balik tanaman jeruk, ada seekor kucing jantan gemuk yang menyembulkan kepalanya sedikit. Kucing itu berwarna putih dengan sedikit lorek abu atau pun hitam, pokoknya warna diantara itu, sementara hidungnya agak mbangir dikit berwarna merah jambu. Perawakannya lebih gemuk dari Kucing Putih Oranye yang bernama Staythis. Bulu di bagian kakinya agak sedikit berlumpur, sepertinya ia baru saja menginjak genangan air. Jadi aku putuskan untuk membawanya ke rumahku karena aku ingin memberinya makan. Tak kusangka ternyata ia mau. Ia mau lho aku gendong. Kucingnya klulut dan imut, hehehe. Berat kurasakan karena bobotnya yang demikian fantastis untuk ukuran kucing jantan. Mukanya juga bulat mbethem mengingatkanku pada varietas kucing pallas yang pernah kulihat di serial Nasional Geographic. Aku bawa sejenak kucing tersebut ke dalam rumah. Kupikir kasihan juga karena hujan masih tak juga reda. Nanti kalau sudah reda, baru kubiarkan ia main di luar lagi. Kukasih biskuit kucing ternyata mau. MasyaAlloh. Dan pas aku bilang sama Kakak, bahwa ada kucing jantan gemuk lainnya selain Staythis main ke rumah, Kakak langsung antusias ingin melihat. Kutanya padanya, mau dipanggil siapa Kak kucing ini? Kakak bilang Lele saja karena Kakak suka lele jadi dengan jenaka ia sebutkan nama itu untuk kucingnya. Ya Alloh Kucing jantan gemuk bernama Lele. Sungguh sangad kocag sekali. Pastinya maemnya brokoh heheh. Dan, benar saja dikasih makan biskuit lahap lho dia. Setelah kenyang, kucing itupun hanya ndekem-ndekem saja di dalam rumahku, menemaniku dan Kakak menunggu Ayah pulang dari kantor. Sementara Adik masih terlelap di dalam kamar. Baru setelah hujan agak redaan aku bolehkan Lele bermain lagi di luar. Karena sejatinya ia adalah kucing tak bertuan jadi memang kebanyakan jalan-jalan. "Dadahhh Kucing Lele, kapan-kapan main lagi ya. Kalau mau mampir, Mbul dan Kakak siap mengasih biskuit kucing untuk Lele, sampai jumpa lagi Lele yang gemuk dan sehat, juga imut-imut hehe." Aku dan Kakak amat menyukai kucing jadinya tiap kali ada kucing liar melintas selalu senang memberi mereka makan.
Oiya, siang tadi aku sempat bikin oseng kacang panjang. Tapi karena kacang panjangnya tinggal sedikit, jadi siang harinya sudah habis. Malamnya baru dibelikan Tamas pecel lele, sate kulit dan bebek goreng di warung tenda langganan. Tak lupa ngejus buah-buahan supaya tercukupi vitamin C di tengah cuaca berangin seperti ini. Suami yang ngejuskan buahnya hehehe...
Keesokan harinya, Tamas pulang dan kepengen maem lauk telor dadar dicampur maizena, jadi lauknya adalah itu. Sayurnya aku osengkan kangkung karena di kulkas masih ada seikat kangkung. Usai maem, bercengkrama sejenak sambil nonton film action di teve sama-sama. Lampu dimatikan, serasa nonton di bioskop hehehe...
Okay, sampai di sini dulu tulisanku kali ini. Sampai jumpa lagi di tulisanku selanjutnya tentunya dengan menu masakan lagi hehe. Oiya, sebelumnya aku juga turut berempati dengan adanya bencana alam yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Doaku untuk yang terdampak semoga diberikan kesabaran dan segera mendapat penanganan yang tepat dari pihak-pihak terkait dan kompeten di bidangnya. Dan untuk kita semua, semoga selalu berada dalam lindungan Alloh SWT...Amin...Allohumma Amin..
Okay sampai jumpa lagi. See you and bye bye...









































































