Senin, 24 Mei 2021

Sinopsis Kiki's Delivery Service (1989)




Sinopsis Kiki's Delivery Service (1989)

Oleh : G Nita 

Di atas padang rumput yang berangin, seorang gadis kecil berpita merah tengah sibuk mendengarkan prakiraan cuaca di radio sambil rebahan. Di sana, ia mendapatkan informasi bahwa malam ini cuaca akan cerah. Bulan akan bersinar penuh, dan ini merupakan sebuah pertanda yang baik untuk melakukan perjalanan.

Sinopsis Film Kiki's Delivery Service (1989), sumber gambar : imdb


Kiki, begitu ia biasa dipanggil kemudian berlari menuju ke rumahnya yang tak jauh dari situ dan harus menyeberang sungai kecil dengan pepohonan di kanan kiri. Sebuah rumah bergaya klasik yang dikelilingi oleh bunga-bunga dengan atap penuh dengan sulur-sulur tanaman. Di sana, ia mendapati Ibunya sedang membuat ramuan ajaib karena beliau memang seorang penyihir. Keahliannya adalah meracik obat seperti yang dikerjakannya saat ini yaitu meracikkan obat rematik untuk seorang nenek yang tengah menjadi tamunya. Sambil menyapa nenek itu, Kiki bilang bahwa sudah saatnya ia pergi ke kota untuk menjalani pelatihan seperti halnya tradisi penyihir yang sudah menginjak usia 13  tahun. Ibunya yang teramat sangat melindunginya merasa hal tersebut apakah tidak terlalu cepat? Karena ia sendiri khawatir kemampuan terbang anaknya itu masih belum seberapa. Namun karena yakin bahwa prakiraan cuaca yang mengatakan bahwa malam ini cerah, maka Kiki bersikeras untuk pergi. Lagipula untuk bisa bertemu dengan bulan purnama lagi masih jauh. Jadi ia putuskan untuk berangkat tanpa pikir panjang lagi. Ia pun pergi ke kamarnya untuk berkemas. Sambil ditemani Jiji, kucingnya, ia bertanya pada ibunya apakah boleh membawa radio kecil milik ayahnya. Ibunya pun memperbolehkan. Dilemparkannya radio itu hingga Kiki dengan cepat menangkapnya. Ayahnya sendiri tak bisa berkata banyak selain melepas putrinya untuk latihan mandiri di kota lain. Padahal sebelumnya ia sudah merencanakan akan mengajak putrinya itu kemping, namun terpaksa batal karena tiba-tiba Kiki memutuskan untuk pergi merantau.


Mendengarkan prakiraan cuaca di radio sambil rebahan di atas padang rumput yang depannya danau, sumber gambar : imdb

Rumah Kiki sebelum merantau ke kota lain, banyak bunga-bunganya, cantik ya? sumber gambar : imdb


Saat Kiki telah siap dan mengenakan jubah hitamnya, Ayahnya langsung berkata bahwa ia mirip sekali dengan ibunya dulu. Waktu pertama kali ibunya datang ke kota ini. Ya persis dengan Kiki ini. Kiki lalu bertanya maukah ayahnya menggendongnya seperti saat ia masih kecil dulu sebelum ia pergi. Dan tentu saja hal tersebut dijawab iya oleh ayahnya.

Malamnya, keluarga dan tetangga Kiki berkumpul di halaman untuk melepaskan kepergiannya meski sebelumnya sempat diwarnai adu mulut antara Kiki dan Ibunya. Kiki ngeyel ingin menggunakan sapu terbang buatannya sendiri sedangkan ibunya mengharuskannya menggunakan sapu terbang yang sudah ia siapkan. Sapu terbang tersebut diklaim ibunya mampu bertahan dalan badai meski Kiki bilang prakiraan cuaca menyebutkan bahwa malam ini cerah. Namun karena tidak ingin berdebat lagi, maka ia pun menurut saja pada perkataan ibunya sembari pamit.

Saat terbang, Kiki sempat beberapa kali menabrak pepohonan. Ibunya pun bergumam apakah Kiki akan baik-baik saja karena sebenarnya belum begitu bisa mengendalikan sapu terbangnya. Tapi ayahnya bilang everything just fine....karena begitu melewati danau tidak ada suara apapun, maka bisa dipastikan bahwa perjalanan Kiki akan lancar.

Kiki dan Jiji kucingnya berencana akan pergi ke selatan, sebuah kota yang dekat dengan laut. Ia berharap di sana ia akan menemukan tempat tinggal yang nyaman, dan tentu saja belum ditempati penyihir satupun. Untuk meramaikan suasana, Kiki meminta Jiji untuk menyetel radio yang dibawanya hingga terdengarlah sebuah lagu yang mengantarkan perjalanan mereka di udara. 

Di tengah jalan, Kiki bertemu dengan gadis penyihir lain yang sama-sama sedang terbang. Gayanya yang sedikit angkuh membuat Jiji melirik sebal. Bagaimana tidak, gadis itu meminta Kiki agar mematikan radionya karena ingin acara terbangnya lebih tenang. Tidak seperti Kiki yang masih pemula, tampaknya ia sudah menjalani masa akhir pelatihannya di kota kecil yang tidak begitu menarik tapi ia suka. Di sana, ia bercerita bahwa kemampuan meramalnya semakin terasah terutama ketika meramal masalah percintaan. Ia pun bertanya pada Kiki, kira-kira kemampuan apa yang dimilikinya. Kiki lalu menjawabnya dengan ragu-ragu sebab naik sapu terbang saja ia masih kesulitan. Tapi meski demikian, ia tetap optimis semoga suatu saat nanti kemampuannya akan terlihat dan pelatihannya lancar. Setelah itu si Gadis Penyihir itu pamit karena kota tujuannya sudah terlihat di bawah. Kiki pun meneruskan perjalanannya dengan  tenang.

Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.  Beberapa kali kilat menyambar-nyambar membuat Kiki dan Jiji kebasahan. Ia pun bertanya-tanya tentang prakiraan cuaca yang didengar tadi siang. Apakah prakiraan cuacanya meleset? Kebetulan di bawah sana ada rangkaian gerbong kereta yang tengah berhenti karena bersimpangan dengan kereta lainnya. Segera saja Kiki dan Jiji masuk ke atap gerbong yang terbuka dan berteduh di dalamnya. Bajunya yang basah segera ditanggalkan agar keesokannya kering sementara ia dan Jiji akan tidur beralaskan jerami. 

Pagi hari, kawanan sapi yang sedang makan sarapan paginya mendapati kaki Kiki terjuntai ke bawah. Segera dijilatinya kakinya itu hingga Kiki merasa geli. Ia pun menengok ke bawah, kira-kira mahluk apa yang ada di sana. Ternyata kumpulan sapi. Kiki minta maaf karena sudah menduduki sarapan pagi mereka. Ia dan Jiji segera mengecek keadaan di luar kereta yang ternyata sudah melewati pinggiran laut. Setelah itu, mereka pun bersiap terbang menuju ke kota tujuan.

Sesampainya di kota, Kiki merasa takjub dengan suasana yang sangat berbeda 180 derajat dengan tempat tinggalnya. Ia melihat kota ini memiliki menara jam yang sangat bagus dan berharap belum ada penyihir yang tinggal di sana. Semakin menukik, semakin ia menjumpai penduduk yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ia ingin memberikan kesan pertama yang baik agar cepat diterima masyarakat sebagaimana pesan ibunya. Kuncinya adalah senyum selalu. 

Namun karena meleng, tiba-tiba saja ia hampir menabrak kendaraan dan menyebabkan kekacauan di jalan. Ia pun memutuskan turun ketika sudah menepi di tempat yang agak sepi. Saat dirinya turun dari sapu terbangnya, ia lalu mempenalkan diri sebagai Kiki si Penyihir meski kemudian tidak begitu mendapat sambutan hangat dari orang-orang di sekitarnya. Ia juga dihampiri polisi yang kemudian memarahinya karena terbang melawan arus hingga hampir membuat kecelakaan. Polisi itu tidak peduli, mau Kiki itu penyihir atau bukan tetap saja ia harus taat aturan. Saat hendak ditilang, tiba-tiba ada yang berteriak : "Maliiing!" Sontak orang-orang menengok ke asal suara itu termasuk Polisi itu. Ia pun beranjak pergi dari hadapan Kiki meski Kiki dimintanya untuk tetap menunggunya di sana sampai acara tilang-menilangya selesai. Tapi hal tersebut digunakan Kiki untuk kabur dan melanjutkan perjalanan.

Kiki pun berjalan gontai dengan memasang wajah lesu. Tak disangka kesan pertama yang diberikannya tidak begitu baik. Ia merasa orang-orang kota yang ditemuinya tidak ramah sehingga membuat semangatnya hilang. Saat ia menyusuri jalan setapak di deretan toko yang ada di sampingnya, seorang anak laki-laki seumurannya tiba-tiba bersepeda dan menghampirinya. Ia bilang bahwa ialah yang berteriak 'maling' hingga Kiki bisa terlepas dari acara tilang Pak Polisi. Ia terus mengikuti Kiki dan bilang bahwa ia sangat takjub dengan kemampuan terbangnya. Namun sayangnya suasana hati Kiki sedang kesal, dijawabnya dengan ketus segala perkataan anak itu yang ternyata  bernama Tombo. Ia bilang Tombo kurang sopan karena sudah mengajaknya bicara tapi belum memperkenalkan diri terlebih dahulu. Ia juga bilang tak meminta bantuan Tombo sebelumnya saat dimarahi Polisi tadi. Tapi Tombo tetap bersikap tenang. Berbeda sekali dengan Kiki yang jutek sekali terhadapnya, terlebih karena di ujung gang kawanan anak laki-laki lain kemudian meledek Tombo bahwa ini masih terlalu pagi untuk berburu wanita. Kiki pun bertambah sebal dan ia memilih terbang meninggalkan Tombo. 

Kiki menghabiskan hari di taman dengan roti di pangkuannya. Jiji sedikit khawatir karena sebentar lagi hari mulai petang dan mereka belum dapat tempat tinggal. Keduanya lalu memutuskan untuk terbang lagi melihat-lihat suasana.

Osono, pemilik toko roti Gutiokipan, yang akhirnya menampung Kiki dan memberinya pekerjaan sebagai pengantar barang, sumber gambar : imdb

Pekerja di toko roti Osono, dia kocak pas pamerin skillnya di hadapan Jiji, sumber gambar : imdb


Kiki akhirnya turun di sebuah pemukiman yang di depannya terdapat toko roti. Nama Toko Rotinya adalah Gutiokipan. Ia melihat pemiliknya yang sedang hamil tua sedang mencemaskan sesuatu. Salah satu pelanggannya meninggalkan dot bayinya di toko dan ia khawatir nanti bayinya itu akan rewel. Ingin sekali rasanya ia menyusul ke bawah tapi tidak mungkin sebab posisi mereka sudah jalan cukup jauh. Kiki akhirnya datang menawarkan bantuan untuk mengantarkan dot itu ke si pemiliknya. Ia berkata bahwa ia dapat terbang sehingga mampu menyusul si pemilik dot dengan cepat. Si pemilik toko pun merasa tertolong. Tak lama kemudian Kiki terbang dengan sapu terbangnya dan pemilik toko itu langsung terkesima. Bagaimana bisa ada gadis kecil yang bisa terbang kalau bukan karena penyihir. Kiki pun melesat secepat kilat mengantarkan dot itu sampai ke tangan yang empunya barang.

Sang pemilik toko roti yang bernama Osono tengah sibuk melayani pembeli ketika Kiki kemudian datang kembali  mengetuk pintu tokonya. Melihat gadis kecil itu datang, Osono sangat gembira. Ia mempersilakan Kiki masuk. Kiki pun menyerahkan secuil kertas yang diberikan Nyonya pemilik dot kepada Osono. Di sana tertulis ucapan terima kasih sudah mengembalikan dotnya, terlebih karena kurir yang mengantarkan sangatlah unik. Nah, sebagai tanda terima kasihnya, akhirnya Osono mengajak Kiki untuk ngopi-ngopi dulu di area dapur. Ya sambil ngobrol-ngobrol gitu.

Setelah mendengar penjelasan Kiki bahwa ia sedang mencari tempat tinggal untuk melakukan pelatihan sebagaimana tradisi penyihir yang sudah mulai akhil baligh, ia pun menawari gadis itu kamar yang sudah lama tidak ditempati sekalian bantu-bantu toko. Kiki pun mengangguk setuju, karena ia sendiri memang sedang mencari tempat tinggal namun sudah sepetang ini belum menemukan juga. 

Kamar yang ditempati Kiki sangatlah besar. Meski awalnya berdebu dan penuh dengan karung tepung, tapi setelah dibersihkan lumayan juga. Apalagi ketika jendela dibuka, terdapat pemandangan laut yang mengarah ke sana. Suara deburan ombak, angin pesisir dan burung-burung camar, tentu sangat indah bukan?  Mereka kemudian melihat jendela rumah tetangga sebelah yang sedang dibuka juga. Ada seorang wanita cantik yang konon berprofesi sebagai desainer pakaian di sana. Ia tinggal dengan kucingnya yang berwarna putih, yang kelihatannya berbeda ras dengan Jiji. Saat Jiji melihat ke arah kucing itu, kucing itu pun melengos bersikap angkuh dan membuat Jiji agak-agak menggerutu. Ia lalu bertanya apakah benar mereka akan tinggal di tempat Osono ini, tidak akan mencari kota lain lagi? Kikipun sebenarnya masih bimbang. 

Malam harinya, sebelum tidur Kiki bergumam akan tinggal sementara di sini. Siapa tahu kelak bertemu Osono-Osono lain yang baik dan menerimanya dengan hangat. Setelah itu ia tertidur dengan pulasnya. Tengah malam, ia terbangun karena ingin pipis. Iapun turun ke bawah menuju ke kamar mandi yang ada di luar. Saat selesai, ia mendapati pekerja di toko roti Osono berjalan ke area belakang. Karena masih canggung, Kiki pun cepat-cepat kembali ke kamar dan melanjutkan acara tidurnya. Ia berharap agar esok menjadi hari yang menyenangkan dan penuh dengan semangat.

Saat pagi menjelang, dibukanya jendela dan sudah ada pemandangan laut di sana. Sambil menyisir rambutnya ia sedang merencanakan apa yang akan dikerjakannya hari ini. Ia kemudian menghitung tabungannya, rencananya ia akan mendirikan bisnis delivery barang dengan kemampuan terbangnya itu.

Kiki dan Jiji kemudian turun ke bawah karena untuk membantu Osono mengurus roti. Osono mempersilakan Kiki dan ia mengerjakan aktivitasnya dengan semangat. Ia lalu menceritakan idenya bahwa ia ingin membangun bisnis delivery itu pada Osono dengan kemampuan terbangnya. Untuk itu ia berencana ingin memasang telepon di kamar atas. Osono sendiri tidak setuju karena untuk memasang telepon butuh biaya. Ia menawarkan saja teleponnya di bawah. Ya sekalian agar Kiki bisa membantu Toko dengan benefit bahwa ia tidak usah membayar lagi sewa kamar, telepon, dan  dapat makan gratis pula. Nanti ia juga akan diupah oleh Osono. Mendengar hal itu Kiki tampak gembira dan menyanggupinya. Ia berjanji akan melakukan pekerjaannya sebaik mungkin. 

Kiki lalu bersih-bersih kamar dan melanjutkan belanja untuk keperluan sehari-hari dengan uang tabungannya. Di perjalanan ia mengamati anak-anak perempuan seusianya tampak sangat modis. Lalu saat melintasi sebuah toko, ia melihat sepatu merah tergeletak di balik etalase kaca. Sepasang sepatu yang sangat cantik. Ia berharap bisa secantik anak-anak perempuan itu hingga dapat diterima dengan baik oleh siapapun. Saat itulah Tombo dan geng lewat dengan mobilnya namun sekali lagi diacuhkan oleh Kiki.

Sesampainya di Toko Roti Osono, ada satu pelanggan yang ingin menggunakan jasa layanan antar Kiki. Ia meminta Kiki mengantarkan boneka kucing hitam yang sangat mirip dengan Jiji. Boneka itu dikirimkan untuk ulang tahun keponakannya di kota lain. Kiki pun menyanggupinya dan ia mendapatkan upah yang sangat banyak.

Saking semangatnya bekerja di hari pertama, Kiki sampai terbang lumayan tinggi untuk menghindari tilangan Pak Polisi. Ia juga menyeberangi pesisir dan pemandangan lain yang tak kalah indahnya. Sekawanan bangau terbang di sisinya walau akhirnya tiba-tiba mereka berbunyi aneh seperti sedang mengindikasikan sesuatu. Jiji pun menerjemahkan hal itu sebagai akan adanya angin kencang yang berhembus sebentar lagi. Benar saja, ketika angin berhembus Kiki kehilangan keseimbangan sehingga jatuh diantara pepohonan. Celakanya ia jatuh di sarang burung gagak dan dikira akan mencuri telurnya. Kawanan gagak itu pun marah. Kiki segera minta maaf dan menjelaskan bahwa ia tidak sengaja ada di sarang mereka. Bukannya mau mencuri telur, tapi ia tetap diserang. Sapunya dicucuki, sampai akhirnya ia menyadari bahwa sangkar bungkus kadonya terbuka dan boneka kucing hitam yang harus mereka antar jatuh di tempat gagak tadi. Karena sudah tidak ada waktu lagi, Kiki terlintas ide untuk sementara membiarkan Jiji menyamar menjadi boneka kucing itu sementara ia akan segera mencarinya di tempat gagak. 

Lucunya, saat sudah diantar ke tujuan, si keponakan Nyonya pengirim kado amat antusias dengan boneka kucing itu. Gawatnya, di lantai juga ada anjing yang kini tengah tertidur pulas walaupun hidungnya seperti sedang mengendus sesuatu. Jiji yang diletakkan di dekatnya merasa gemetaran. Ia takut anjing tersebut bangun. Benar saja, begitu si keponakan beranjak pergi, Anjing itu tiba-tiba meraih jiji dan mengeloninya. Jiji berdoa dalam hati semoga Kiki cepat menemukan boneka kucing yang terjatuh di sarang gagak agar ia bisa selamat.


Kiki dan burung gagak di atap rumah Ursula, sumber gambar : Imdb

Kiki diserang kawanan gagak, sumber gambar : imdb


Sementara itu, saat mencari boneka diantara pepohonan dimana sarang gagak itu berada, Kiki tak menemukannya. Namun ketika melewati sebuah rumah yang berdiri sendirian di tengah hutan, boneka itu terpajang di depan jendelanya. Kiki yakin boneka itu lah yang dicarinya. Jadi, tanpa menunggu waktu lama lagi, ia pun segera memanggil sang empunya rumah yang pintunya dibiarkan ngablak dengan pemandangan di dalamnya cukup berantakan. Ternyata sang empunya rumah yang bernama Ursula itu sedang sibuk melukis kawanan gagak di atas atap. Kiki pun diajaknya menemuinya di sana. Gadis itu terpana dengan hasil lukisan Ursula si perempuan tomboy yang gayanya mirip lelaki. Lukisannya natural sekali dan sepertinya ia harus menunggu agak lama untuk mengutarakan maksudnya yang ingin mengambil boneka kucing itu. 

Singkat kata, akhirnya lukisan Ursula rampung. Ia pun mempersilakan Kiki mengambil boneka kucingnya. Sayangnya, ternyata leher boneka itu robek karena digigit gagak sewaktu jatuh ke sarangnya. Kiki panik dan bingung harus bagaimana agar bonekanya layak antar  karena tak mungkin ia meninggalkan Jiji di sana selamanya. Melihat hal itu, Ursula pun menawarkan kesepakatan, bonekanya akan ia jahit tapi sebagai bayarannya Kiki harus membersihkan rumahnya. Kikipun setuju. Tak lama kemudian bonekanya sudah rapi lagi dan Kiki berpamitan kepada Ursula untuk segera menukar Jiji dengan boneka itu.

Di lain hari, Kiki mendapati beberapa telepon untuk mengantarkan 2 barang dalam satu waktu. Pertama, sekardus besar yang harus ia antar ke sebuah flat. Kedua sesuatu yang harus ia ambil sendiri di rumah yang memiliki atap biru. Ia juga tiba-tiba mendapat undangan dari Tombo untuk menghadiri pesta klub penerbang jam 6 petang. Rencananya nanti Tombo akan datang menjemputnya di toko. Tombo berharap Kiki bersedia menemaninya pergi. Awalnya, Kiki ragu karena ia tidak punya gaun bagus untuk pesta. Tapi setelah diberitahu Osono bahwa gaun yang dikenakannya saat ini juga sudah teramat bagus, Kiki pun jadi percaya diri. Warna gaunnya yang gelap mengesankan bahwa dia gadis yang misterius. Ia minta ijin pergi mengantarkan barang dulu sebelum akhirnya pergi ke pesta usai magrib.

Setelah mengantarkan pesanan yang pertama, ia segera menuju ke rumah kedua yakni rumah yang memiliki atap biru. Rumah itu sangat indah dan dikelilingi taman bunga yang luas. Ketika pintunya dibuka, seorang pelayan yang sudah uzur bernama Barsa mempersilakan Kiki masuk dan menemui Nyonya rumah yang ingin mengatakan seuatu. Ternyata Nyonya rumah tersebut juga sudah berusia senja meskipun wajah cantiknya tak lekang oleh waktu. Wajah cantik seorang wanita bangsawan. Ia sebenarnya ingin sekali mengantarkan kue ikan haring labu pada cucunya yang sedang ulang tahun nanti malam, tapi sayangnya ovennya sedang rusak. Ia berniat membatalkannya tapi tetap akan membayar Kiki karena anak itu sudah susah payah datang menemuinya. Sambil melihat jam, Kiki kemudian berpikir sesuatu. Rasanya sayang saja kalau tak jadi mengantarkan pesanan sementara upah masih ia terima. 

Ia pun berspekulasi bahwa seharusnya si kue ikan haringnya masih bisa dipanggang dengan menggunakan oven tradisional satunya yang menggunakan kayu bakar. Maka ia utarakan saja idenya itu. Toh di rumah ia juga terbiasa membantu ibunya menyalakan oven tradisional. Nyonya rumah pun setuju. Setelah menggotong beberapa bilah kayu bakar yang tersimpan di gudang, Kiki menyalakan pemanggangnya dan ternyata berhasil...kue matang dengan sempurna di detik-detik menuju petang. 

Sebelumnya sambil menunggu kue matang, Kiki juga turut membantu memasangkan lampu di rumah itu hingga akhirnya ia dijamu minum teh. Tak terasa waktu ternyata berjalan begitu cepat, dan jam yang ada di sana ternyata terlambat beberapa menit. Sontak saja Kiki kaget karena ia teringat akan undangan Tombo. Ia pun ijin pamit dan bergegas terbang untuk mengantarkan kuenya ke cucu sang Nyonya. Tak disangka, saat tiba di rumah sang cucu, cucu tersebut sombongnya bukan main. Bahkan ia menggerutu mengapa neneknya masih saja mengiriminya kue kampungan itu. Melihatnya berkata kasar tentang Nyonya rumah yang menurut Kiki sangat baik hati itu, Kiki pun menjadi ilfeel dengan cucunya ity. Tapi ia tidak punya waktu lagi karena ia harus segera tiba di pesta dalam kurun waktu 15 menit. Sementara Tombo sudah cukup lama menunggunya di eperan toko.

Di tengah jalan, ternyata hujan turun. Kiki pun merasa tak yakin bisa berangkat pesta dengan penampilannya seperti ini. Ia pun kembali ke toko dengan wajah lesu. Osono yang melihat kedatangannya bilang tadi Tombo datang untuk menjemput, tapi sekarang sudah pergi.  Kiki sendiri sudah tidak semangat lagi untuk pergi. Ia pun memilih tidur di kamar untuk menghilangkan rasa sedihnya.

Keesokan harinya Osono memanggil-manggil Kiki tapi anak itu tidak turun-turun. Dari jendela, Jiji mencakar-cakar permukaan kacanya seperti ingin memberitahukan sesuatu. Osono pun naik ke atas dan memeriksa bagaimana keadaan Kiki. Ternyata saat dicek suhu tubuhnya, Kiki demam. Osono pun segera merawatnya dan memasakkan bubur agar ia sehat kembali.

Keesokan harinya, badan Kiki sudah jauh lebih enak. Osono memanggilnya untuk turun karena ada pesanan yang harus diantar meski tidak jauh dari situ.  Nama yang tertera di kertasnya adalah Koppori. Dan Osono tetap membayar Kiki meski awalnya Kiki menolak. Osono bilang kerja ya tetap kerja. Meski Osono yang pesan tapi terhitungnya ia juga harus membayar jasa layanan antar Kiki.

Sambil jalan kaki karena tujuannya dekat, Kiki pun akhirnya sampai di rumah Koppori. Tak disangka ia bertemu dengan Tombo yang ternyata nama aslinya adalah itu. Kiki pun langsung membatin pasti Osono yang telah mengatur semua ini agar ia bertemu Tombo. Saat itulah ia minta maaf pada Tombo karena kemarin kehujanan jadi tidak datang ke pesta padahal sebelumnya Tombo sudah lama menunggunya di eperan toko. Seperti ingin melupakan hal yang telah lalu, Tombo malah mengajak Kiki untuk melihat sepeda rancangannya yang sudah ia pasang dengan baling-baling agar bisa terbang. Mereka juga mengetesnya dengan berboncengan dan jalan agak jauh. Setelah sampai taman, mereka duduk-duduk dan mengobrol. Ternyata Tombo orangnya asyik juga. Mungkin karena usianya yang sudah puber, Kiki pun jadi ada ketertarikan tersendiri dengan anak laki-laki itu. 

Sayangnya, setelah bercengkrama agak lama, datanglah kawanan anak perempuan teman Tombo yang naik mobil. Mereka menyapa Tombo dan menanyakan Tombo sedang apa. Salah satunya kelihatan seperti cucu nenek pemilik rumah beratap biru. Melihat Tombo agak akrab dengan anak-anak perempuan itu, timbul rasa yang aneh dalam diri Kiki. Ia seperti kurang suka begitu Tombo bercanda ria dengan mereka. Mungkin cemburu...hohoho. Akhirnya saat dipanggil untuk dikenalkan pada teman-teman perempuannya, Kiki memilih pamit pulang dan tak ingin bicara lagi dengan Tombo.


Di kamar Kiki ada dapurnya, sumber gambar : imdb

Di suatu pagi, Kiki kehilangan kemampuan membaca bahasa kucingnya Jiji, sumber gambar : imdb


Keesokan harinya, saat Kiki sarapan dan Jiji datang, ia mengomeli kucingnya itu agar jangan suka terlambat sarapan mentang-mentang sudah punya pacar (kucing putih bernama Lili yang tempo hari Jiji katakan sombong). Jiji pun hanya mengeong padanya. Aneh? Tidak seperti biasanya Jiji mengeong. Biasanya kan banyak bicara. Dari situ Kiki sudah merasakan kejanggalan. Apakah ia suda tidak menguasai bahasa kucing lagi? 

Iseng ia mencoba menaiki sapu terbangnya. Dan tebak apa yang terjadi? Ia tidak bisa terbang seperti biasanya? Gawat!!! Apakah kemampuan sihirnya sudah hilang? Kiki pun stress tak tahu harus berbuat apa. 

Review Kiki's Delivery Service (1989)

Film lawas Ghibli, tapi aku baru nonton kemarin. Sungguh wadidaw sekali.

Begitu nonton...alamaaak cressss.... hangat hati ini langsung dibuatnya. Cerita yang sangat simpel, tapi ngena di hati. 

Karakter Kiki yang manis seperti admin #eh, yang diharuskan mandiri karena sebuah tradisi di usianya yang menginjak 13, digambarkan polos dan baik hati, juga tidak pernah perhitungan membantu orang, tapi di sisi lain ia juga pemalu terutama saat pertama kali diajak bicara oleh lawan jenis yang mencoba mengakrabinya. Khas cerita jaman SMP gitu deh, hihi. Ia juga agak perasa karena paling anti ketika menghadapi orang yang suka berkata sinis atau tidak ramah padanya.

Tapi terlepas dari itu, yang paling kusukai dari film ini tentu saja dari segi penggambarannya. Warna-warni 'khasnya' Ghibli. Aku suka banget setting toko roti milik Osono yang mengekspouse gambaran rotinya yang gemuk-gemuk dan kelihatannya wangi sekali ketika habis dikeluarkan dari panggangan. Kamar Kiki yang letaknya ada di rumah sebelah juga bayangable banget (eh bahasa apaan ini ya bayangable banget wakakka). Kamarnya peteng, lantainya kayu, dipannya kayak dari besi dan banyak karung tepungnya di situ. Bahkan Jiji bilang kalau ia seharian ada di situ, bisa-bisa besok ia jadi kucing putih. Wakakakka!!! Jiji emang frontal banget kalau ngomong, tapi suka bener loh dia...mirip siapa ya...mirip admin (Lol). Terus di kamarnya itu ada dapur mini dan meja makannya juga. Termasuk luas banget sebenarnya kamarnya ini. Mungkin kalau dibikin indekos bisa nyampe jutaan kali ya per bulannya hihi...Untung Kiki dapat gratis. 

Aku juga suka sama karakter Osono yang periang dan helpfull. Meski aku selalu bertanya-tanya dalam hati, dia kan sedang hamil ya, tapi ga terlihat dimana suaminya. Yang ada di toko itu hanyalah Pekerjanya yang berbadan kekar seperti Popeye yang hobinya makan bayam, hihihi. 

Setting rumah beratap biru milik Nyonya pembuat kue ikan haring labu juga cantik. Kerasa klasik dan ada panggangan tradisionalnya yang masih menggunakan kayu bakar. Aku suka banget sama bentukan kue ikan haring labu yang sudah matang. Kelihatan lezat...huhuhu.

Aku juga suka setting rumah Ursula yang di tengah hutan, yang untuk melaluinya harus melewati serangkaian trek yang agak jauh sampai harus berganti-ganti jalur transportasi. Malah setelah dari bis, ganti numpang ke mobil yang lewat. Itu loh pas masuk jalur pedesaan meski ia sempat dicueki karena penampilannya yang tomboy seperti lelaki, hahaha...Kan kalau yang nyegat cewek biasanya sopir-sopir pada cepat mandeg ya,....Nah, ini keduanya dilewatin begitu saja dong oleh beberapa mobil. Soalnya kelihatan dari spion yang nyegat kayak cowok, terus satunya masih anak-anak (kali), jadi auto dilewatin #pedih #Dasar sopir pilih-pilih, hahahaha. 

Oh ya, kupikir tadinya Ursula ini penyihir juga loh, soalnya wajahnya aja udah pantes, ternyata ia hanya pelukis tok. Malah yang wajahnya seimut Kiki lah yang ternyata penyihirnya.

Karakter kucing hitam Kiki yang bernama Jiji juga kocak. Dia kalau ngomong terlampau jujur. Kadang lawak juga sih jadi bikin fun suasana. Contohnya pas dikasih bubur Osono waktu Kiki sakit, uda dibilangin ati-ati ntar kepanasan eh dia main sruput aja, ya auto berdiri lah bulu-bulunya, wakakkakak. Tapi paling epik sih pas dia nyamar jadi boneka kucing buat jadi pengganti sementara kado ulang tahun keponakan Nyonya pelanggan yang ga sengaja ilang di sarang gagak. Pas dikelonin anjingnya, Jiji auto keringetan...Tapi alhamdulilahnya anjingnya baik sih, hihihi. Ga musuhin Jiji yang sebenernya adalah kucing betulan.

Over all, aku suka banget ama film ini. Ini jauh lebih ringan dari cerita khas Ghibli tentang pencarian jati diri yang ini. Tapi lebih kompleks dari cerita Ghibli tentang kucing yang ini. Kalian udah pernah nonton film ini belum? Tonton yuk...Filmnya nyenengin banget...

Nah, berhubung ketikanku sudah panjang, kiranya segitu dulu updateanku kali ini. Nanti kalau sudah kumpul amunisi buat nulis sinopsis lagi, maka aku bakal kembali. Sampai jumpa di sinopsis film selanjutnya ya. Mau request sinopsis film apa wes, tulis di kolom komentar boleh loh, Kakak!


Xoxoxo
Embul