Sabtu, 10 September 2022

Review Rumah Makan Pari Gogo



Sehabis renang, Mbul diketeng Tamas ke RM Pari Gogo, Cabang Tangerang. Tadinya mau makan di Pondok Lauk. Cuma karena di sana jam 3-an, restonya masih istirahat (buka lagi jam 5 sore), maka tujuan pun berubah haluan ke resto lain, ntar saknemunya apa ya itu yang disinggahin.




Ternyata setelah cek-cek review di interned, Tamas ngajakin akooooh buat nyubain RM Pari Gogo yang Cabang Tangerang. Baru denger sih aku resto ini. Dan surprisingly, katanya ini khasnya makanan Gunung Kidul. Okey, penasaran kan? Soalnya di review-review orang di sana itu yang paling menarik adalah jangan lombok ijonya. Nah, kayak mana pula tuh penampilannya? Secara lombok dijangan (disayur) kan bagiku baru ya. Biasanya mah cuma buat tambahan bumbu aja atau katakanlah bumbu inti. Nah ini jadi bahan utama masakannya. Jadi rasa penasaran tuh menjadi-jadi hingga kami akhirnya memutuskan untuk, deal mari kita kemon!

Setelah nyampe sana, kebetulan yang makan cuma kami. Sepi sih. Tapi ga pa pa, kan aku sukanya maem di tempat sepi, biar ga sumug hehehehe. Jadilah kami tetep menuju ke sana dan segera memilih tempat makan yang area lesehan dekat latar. Sebenarnya ada lagi area makan lainnya yang ada bangku kursinya selain tentu aja ada ruang ber-AC-nya. Tapi Embul lebih milih yang lesehan di deket latar biar bisa dibelai-belai angin sepoi-sepoi gegeggegegk #ngadem...





Begitu masuk, suasana yang kutangkap memang njawani ya. Ada 2 patung punakawan yang menyambut dekat meja mas-mas kasirnya. Lalu di dindingnya banyak pula pernak-pernik bernuansa wayang. Senengnya di sini adalah, per area lesehannya itu gede. Mejanya juga gede. Jadi kerasa lega walau saat itu yang makan cuma kami ya. 

Ga lama kemudian, Mas-Mas pramusajinya datang ke meja kami sambil membawakan buku menu. Ramane pun langsung pesan ikan karena dimanapun ditemukan Beliau ya suka mempengariku agar gemar makan ikan, karena kan ikan penuh gizi ya. Tadinya mau cari kerapu, tapi ternyata ga ada. Jadi hanya bisa pesan bawal bakar. Yang lainnya ada pula cumi asam manis, jangan lombok ijo, pete, trancam dan tempe goreng. Minumnya jus wortel dan teh.




Pesanan :

Gurame Bakar
Jangan lombok
Cumi Asam Manis
Trancam
Tempe Goreng

Kira-kira 10 menit berlalu, pesanan pun satu-persatu uda bisa dianter ke meja oleh seorang Bapak-Bapak yang kuperkirakan mungkin tang empunya resto kali ya. Nah, pertamanya itu minumannya dulu, en then ikan bakar, jangan lombok, tempe goreng, cumi asam manis, dan terakhir trancam.

Aku review satu-satu ya. Ini maemnya bareng-bareng kok. Tapi khusus yang ikan gede itu bagiannya Ramane dan Mas Montogh. Kakak A tempe goyeng barengan sama Mbul. Dan yang pedes-pedes tentu aja bagian akoooh. Ikan bakarnya sih aku cuma nyumil dikit. Dia ukurannya sedeng ya. Ga yang gede banget, tapi juga ga yang kelecilan. Warnanya cantik emas kemilauan gitu, hihihi. Sambalnya pake sambal kecap dengan potongan cabe rawit di dalamnya. Cuma memang karena aku jarang maem iwak, jadilah itu bagiannya Ramane dan Mas Montogh. 













Mbul itu tertariknya justru ama trancam dan oseng lombok ijonya loh. Kenapa bisa begitu karena 2 ini masuknya sayur. Dan Mbul emang lebih suka sayur kalau pas maem di luar tuw wkwkkw. Lauk hewani jarang. Palingan ngancani Kakak A maem tempe hehehe. 

Untuk trancam, dia itu sinonimnya urap ya. Kalau di tempat lain biasanya disebut dengan kulupan atau kluban. Tapi di kampungku lebih familier ama sebutan kluban sih. Yaitu sayuran mentah (bisa juga rebus sih) yang dicampur sama kelapa parut pedes manis. Sayurannya bisa apa aja, tapi yang kudapat kali ini adalah irisan kubis, wortel, buncis, dan timun yang atasnya ditaburi bawang goreng. Rasanya enak. Aku suka banget sama trancam atau kluban or kulupan ini. Seger kubisnya. Ngingatin aku sama menu kendurenan di kampung Tamas kalau ada sayur kubis-kubisnya gitu.













Nah, kalau jangan lombok ijonya ternyata ga sama kayak bayanganku sebelumnya. Karena ternyata dia bentuknya kuah ya. Sedangkan bayanganku semula adalah oseng atau tumisan. Eh ternyata kuah hihihi. Di dalamnya itu ga cuma lombok ijo gede aja yang dirajang, tapi juga ada potongan tempenya. Ini sih mirip ama menu kendurenan di kampung kami juga. Tapi rasanya enak sih..secara kalau ada sayur aku selalu suka sih. Seger buat maem nasi secara becekan gegeggek.

Terakhir, adalah cumi asam manis. Cuminya menul-menul dengan kuah asam manis berwarna cantik. Bawang bombaynya banyak dan ada irisan rawit serta taburan bawang gorengnya. Enak sih menurutku, sebab kan aku lebih memilih cumik ketimbang ikan gurame yang big size, kegedean buat lambungku yang mungil ini wkwkkwk.






















Review Dariku :

Restonya gede
Parkiran luas
Menunya masakan rumahan khas Gunung Kidul
Paling khas Jangan Lomboknya
Sebelahan ama Warung Soto

Untuk minumannya, ya standar sih, cuma memang jus wortelnya seger karena aku cuma icip dikit. Selebihnya disruput Mas Montogh. 

Untuk harga, udah aku sertakan di foto daftar menunya ya. Silakan dikepoin ndiri. Tapi lumayan lah, menurutku harganya masih tengah-tengah.





















Okey, segitu dulu update-anku kali ini. 
See you next time....
Dadaaaah !!

Rumah Makan Pari Gogo
Cabang Kota Tangerang
Jl. Veteran, RT.003/RW.004, Babakan, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118
Jam Buka : Senin-Minggu (10.00-22.00 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Panggil aja aku Mbul. Happy blogging ^___^ Tiada kesan yang lebih bermakna selain kehadiran Teman-Teman/Sahabat Blogger baik yang sengaja atau tak sengaja mampir. Semoga tulisanku bisa menghibur Teman-Teman semua. ฅ(^・ω・^ฅ)