Minggu, 10 Juli 2022

Review Buku Da Vinci Code (Dan Brown)



Sedikit Sinopsis Novel Da Vinci Code (Dan Brown)

Galeri Agung, Museum Louvre pukul 10.16 malam, dicekam oleh rasa takut. Seorang kurator bernama Jacques Sauniere ditodong pistol oleh seorang lelaki berbadan tinggi tegap, berkulit pucat serta berpupil mata merah gelap dengan ancaman akan dibinasakan seperti yang dilakukannya pada ketiga senechaux-nya jika tak mengatakan rahasia kuno persaudaraan mereka. Dengan segala cara, Sauniere berusaha melindungi apa yang seharusnya dilindungi meski harus mencari cara supaya ada yang terus menjaganya, paling tidak beberapa detik sebelum ia mati. 




Praktis, begitu pistol dinyalakan, pria berusia 76 tahun itu tersungkur karena tetap kekeuh dengan pendiriannya itu. Berguling ia menatap si penembak yang kulitnya sepucat hantu sampai akhirnya suara magasin yang kosong bergema melintasi koridor. Ia berpikir, pintu galeri tidak akan terbuka lagi sampai 20 menit ke depan dimana tubuhnya pasti diketemukan mati. Maka dari itu, dengan segala cara, ia berpikir untuk mewariskan rahasia tersebut pada orang yang tepat, sebuah rantai pengetahuan yang tak pernah putus.

***

Acara tidur Robert Langdon harus dikacaukan oleh suara dering telepon tengah malam saat ia menginap di Hotel Ritz Paris usai melakukan ceramah di bidang simbologi karena ia adalah pakar simbologi dari Universitas Harvard. Lelaki berusia 40 tahunan itu memang semakin tenar saja setelah keterlibatannya dalam insiden di Vatikan beberapa tahun silam hingga kini ia sering didapuk sebagai pembicara dalam forum-forum resmi serta dialog bersama para ahli sejarah, pecinta seni, dan juga mahasiswa-mahasiswanya. 

Tapi semua itu membuatnya lumayan repot dan jadi sering terlibat suatu kasuus yang nyerempet bahaya, tak jarang yang mempertaruhkan nyawa. Seperti halnya yang terjadi pada malam itu yaitu berawal dari sebuah telepon misterius yang mengganggu acara tidurnya. Terus terang saja hal tersebut membuatnya jengkel karena ia pikir siapa orang yang tak sesopan ini berani meneleponnya tengah malam. Bayangkan saja, ditelepon pada pukul 12.32 dini hari. Harusnya ia bisa tidur seperti bayi di kota penuh cahaya, Hotel Ritz Paris seperti yang terdapat dalam sampul Buku Tamu di tepi ranjangnya. Tapi kini ia sadar bahwa hal tersebut adalah mimpi. Ia menatap ke dalam cermin, dan merasa sekarang dirinya adalah orang asing, berantakan dan juga loyo. Ia butuh liburan. Matanya yang biasanya biru jernih dan tajam tampak kuyu malam itu. Juga brewoknya yang menghiasi rahang yang demikian kokoh hingga Boston Magazine menobatkannya sebagai 10 tokoh pria paling menggoda saat ini meski rambut-rambut putih mulai menghiasi beberapa bagian dari kepalanya. Tapi ia adalah pria yang menarik tentu saja.

Dan telepon sialan itu kembali berbunyi. Memecah kesunyian malam yang demikian tegang malam itu. Saat diangkat, ternyata dari penerima tamu yang mengabarkan bahwa akan ada orang yang mendatanginya sebentar lagi. Orang yang tidak akan ada yang bisa menghentikannya karena pengaruhnya dalam sekali jentikan jari. Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketok. Ada Letnan Jerom Collet berdiri di sana yang mengabarkan bahwa atasannya Kapten Bezu Fache ingin bertemu. Hal tersebut dikarenakan nama Langdon tercatat dalam daily planner milik Jacques Sauniere yang dijadwalkan akan ada makan malam hari itu sembari bincang-bincang santai usai melakukan ceramah. Tapi karena sang kurator tak muncul juga, maka makan malam tersebut dibatalkan. Bahkan, Letnan Collet memperlihatkan foto polaroid yang diambil satu jam yang lalu di dalam Museum Louvre. Sampai beberapa saat menatapnya, Langdon langsung merasakan ada sesuatu yang ganjil di sana. Gambar itu betul-betul mengerikan dan aneh. Terdapat suatu simbol dengan penataan tubuh tertentu yang terlihat sangat aneh. Bukan orang lain yang melakukan hal setega itu pada si korban, tetapi si korban sendirilah yang melakukannya beberapa saat sebelum tewas. Ya Sauniere sendiri yang melakukan pada tubuhnya sendiri sebelum ia tewas.




Review Pribadi dariku

Aku tulis reviewku pendek-pendek aja ya. Sepengamatanku sebagai pembaca dengan bahasa orang awam. Jujur ini buku Dan Brown yang paling rumit buatku. Rasa antusiasku buat baca buku ini jadi geser ke nomor sekian setelah Angel and Demon, Digital Fortress, ama Deception Point. Kalau Angel and Demon jelas aku suka karena seru (kapan-kapan aku review juga deh bukunya), apalagi Digital Fortress itu juga keren banget tegangnya. Nah, Deception Point tuh lebih ke politik sedang Da Vinci Code menempati urutan paling keri. Lho kok paling keri Mbul? Iya karena paling rumit, dan lumayan technical sekali bahasanya. Jadi kudu takematin banget beberapa istilah di dalamnya, biar aku ga loading. Padahal bisa dibilang, ini yang paling terkenalnya ya. Dan yang jadi international best seller juga. Cuma emang dari segi ketegangan dan alur, aku lebih suka pas baca ketiga judul Dan Brown yang dah kusebutin di atas. Baru abis itu Da Vinci Code. Cuma secara gaya bahasa sih Dan Brown juaranya. Aku suka lah. Karena dia mainnya di tempo cepet. Das des das des gitu, jadi kayak kita pas bacanya berasa kayak diajak nonton film dengan tokoh-tokoh yang ada dalam bayangan sendiri, hahahha...Soalnya dalam bayanganku jelas bukan Tom Hanks yang jadi Langdonnya hahahha. 

Aku jadi ingat, pertama kali yang perkenalin aku buat baca buku-bukunya Dan Brown termasuk Da Vinci Code adalah kawanku di asrama saat aku bersekolah di salah satu kota paling syahdu di Indonesia. Nah, karena sekamar ada beberapa orang, maka biasanya kami saling sharing atau cerita-cerita bacaan apa yang disuka. Dan salah satunya adalah Mbak Lin, karena dia yang paling temuwo diantara kami semua, sedangkan aku dipanggilnya enjus-enjus, hehe....Soalnya aku dah dianggepnya sebagai adek sendiri, atau adek paling bontot di kamar. Karena aku yang paling muda. Nah, Beliau kan dulunya anak pondok, meskipun bener-bener agamis, tapi dia hobi baca buku kayak gini. Yang topik suspense atau konspirasi. Jadi direkomendasiinlah aku buat baca Da Vinci Code ini walau sekamar ga ada yang punya ya. Katanya itu ceritanya tegang Njus. Terus ada bagian yang si kulit pucetnya ini~yang aslinya bernama Silas (aku jadi kebayang kalau di film dia kayak Gin (ketua Jubah Hitamnya Komik Detectif Conan hahah). Nah, pas bagiannya Silas, ada part dimana di dalam kepercayaannya itu, mengharuskan penganutnya pada saat-saat tertentu harus mengenakan ikat pinggang cilice yang mana menancap ketat di area pahanya. Dan itu sampai berdarah. Pas diceritain bagian itu tentu saja aku jadi penasaran sekaligus ngeri. Habis itu aku berniat suatu saat nanti ingin membeli bukunya agar bisa membaca cerita lebih lengkapnya kayak apa. 







Terus suatu kali, akhirnya aku pergi ke mall untuk pertama kalinya dalam rangka diapelin pacar. Karena waktu itu LDR. Bener-bener pertama kalinya di salah satu kota besar yang cukup syahdu di Indonesia hahahahha....sebelumnya aku juga baru kali itu makan hokben. Aku makan menu paket yang ada ekado sama eggrollnya dengan semangat. Soalnya enak banget pas disumpitin bareng nasi lengket dan mayonesnya hokben ditambah salad lobak, kubis dan wortel. Serius aku suka banget menu paketan itu. Ga tau sekarang masih ada pa ga. Soalnya emang waktu sekolah aku anaknya polos, taunya cuma kosan-kuliah dan taman bacaan (sewa komik dan buku-buku). Makanya pas diajakin Mas ke mall rasanya kok ya ku lugunya minta ampun. Ampe dia geleng-geleng kepala saking pacarnya ini kok ya polos lugu bin ndeso yang ga pernah kemana-mana. Tapi justru di situlah jadi terkenang sampai sekarang. Abis dari makan hokben, aku diajak Tamas naik ke atas, karena di sana ada Gramedianya si mall BS ini. Nah, di situ aku pertama kalinya beli buku dari duit hasil nabung beasiswa yang kukumpulkan selama ini. Salah satunya emang kupake buat duit hore-hore yaitu beli buku. Jadi aku di situ beli buku Da Vinci Code....adudududuh senengnya. Dan kalau ga salah waktu itu juga pertama kalinya aku nonton bioskop. Ditraktir Tamas nonton The Mechanic 1 yang ada Om Jason Stathamnya wkwkwk...norak banget ya Alloh diriku. Tapi alhamdulilah jadi ada cerita untuk yang serba pertama kalinya itu tadi. Baik, beli buku Dan Brown di Gramedia, pergi ke mall, dan makan hokben hahahhaha....


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

I'm Mbul. Thanks for visiting here and dropping by. Your comments are always appreciated. Happy blogging ฅ(^・ω・^ฅ)