Selasa, 17 Juni 2025

Pagi yang Lembut dengan Kelopak Bunga Berayun 🩷




Assalamualaikum wr wb...
Menghirup udara pagi dengan kabut tipis-tipis menemani. Membuka pintu, berjalan diantara kembangan dan tanaman hias, menikmati kelopaknya yang begitu menawan. Ah, betapa indahnya. Remang lampu di halaman sudah mulai dimatikan. Kini terangnya digantikan oleh sinar matahari pagi pukul 7. 






Pagi memang selalu begitu. Langit yang semula ungu perlahan berubah menjadi merah jambu lalu biru. Suara kokok ayam jantan mengudara, beberapa ekor unggas keluar dari kandangnya, burung-burung hinggap di dahan, sesekali terbang riuh rendah di atas pavingan. Kucing mendengkur pulas, merapatkan badan~mencari sisa-sisa kehangatan yang ada dengan bulu-bulu yang dimiliki. Menampilkan muka imutnya dengan ekor bergerak kesana kemari. Matanya yang bagai kelereng terpejam, namun sesekali mengintip mesra pemandangan di depan mata, kawanan ikan berwarna kuning diantara gurameh putih dan belida abu-abu loreng yang biasanya untuk membuat pempek.






Hari ini tanggal 17 Juni 2025. Aku bangun pada pagi pukul 04.30 WIB seperti biasanya. Menikmati subuh, lalu memerciki wajah dengan air dari pancuran. Kurasakan sejuknya air menyentuh setiap jengkal dari kulitku. Lembut memijit-mijit pipiku dengan busa-busa sabun yang menempel, mengangkat segala sisa-sisa kantuk yang ada. Sambil menunggu air hangat yang kujerang dari dalam subluk matang, sambil itu pula aku mengawalinya dengan membasuh muka dan menggosok gigi. Setelahnya baru aku wudhu dan sholat. Air yang kusiapkan tadi adalah air untuk keperluan mandi. A dan Adik masih lelap tertidur begitu pula dengan ayahnya. Aku ingin ketika mereka bangun, rumah sudah dalam keadaan rapi. 












































Jarum jam pada jam dinding merangkak naik ke angka 5 dan 12. Usai sholat, aku mandi sejenak, membiarkan air hangat mencumbuku dengan lembut, memberikan kesegaran ekstra dari wangi sabun cair yang kutuangkan di atas telapak tangan. Wangi busa-busa sabun ini selalu menenangkan. Memberikan perasaan nyaman setelahnya. Namun tidak membutuhkan waktu lama bagiku untuk mandi, hanya 10 menit saja sudah cukup untuk memulai hari. Rambut sudah kukeringkan dengan handuk. Berganti pakaian dengan yang lebih rapi walau hanya mengenakan midi dress selutut, berjalan ke arah taman, menghirup udara segar dan mengambil air untuk menyiram tanaman baik segayung dua gayung. 















































Kemarin Suamiku membeli beberapa macam tanaman hias lagi, salah satunya adalah philo katak berukuran raksasa dari Om-Om Pedagang Tanaman hias yang berada di provinsi lain dan diantarkan dengan menggunakan kargo. 2 pot philo katak yang tampak hijau tua seperti tanaman enceng gondok besar tapi menarik. Philo katak~philo kodok~atau Philodendron. Di sebelahnya lagi ada tanaman Sikas dan Anthurium. Suamiku bersemangat sekali dengan tanaman hiasnya. Ia juga senang mengajariku bagaimana cara menata tanaman yang apik, memberinya pupuk dan lainnya, ya taman ini adalah taman kesayangan kami, tempat dimana kami bisa menuangkan segenap cinta pada mereka yang memberikan oksigen pada paru-paru dan kehidupan. Kami menyenangi rumah yang seperti bernapas dengan adanya daun-daun dan pepohonan diantaranya.














































Usai menyiram tanaman, aku kembali masuk ke dalam. Aku mulai memikirkan hidangan apa yang akan aku masak untuk sarapan. Aku pun siap mengenakan celemek yang talinya kuikat pada bagian pinggang (menyerupai pita). Celemek yang dari bahan sisa gamis batikku yang kujahitkan tiap kali aku libur di desa. Ibuku bilang bagaimana kalau selembar sisanya untuk dibikinkan celemek saja. Celemek akan berguna untukku memasak. Jadi ya aku jahitkan saja sebagai celemek. Celemek dengan renda-renda yang manis.

Hari ini aku akan memasak bening bayam dengan tambahan kelor yang dipetikkan langsung oleh Suamiku dari pohon yang  tumbuh dengan sendirinya di samping rumah. Pohonnya rimbun dan sudah mulai muncul tunas-tunas baru. Walaupun semula tinggi, tapi kini dipangkas menjadi lebih pendek. Daunnya rimbun sekali. Warnanya hijau segar. Kaya akan zat besi dan baik untuk kesehatan. Memetik segenggam cukup untuk teman daun bayam dalam panci. Dimasak menggunakan bumbu kencur uleg dan bawang merah iris, sedikit garam, gula pasir dan kaldu jamur, kuahnya segar dan menghangatkan badan.

Aku juga menggoreng tempe dan ayam sebagai lauknya. Tempe papan yang dibungkus daun pisang kugaris-garis lalu kucelup-celup ke dalam bumbu bawang putih, garam dan ketumbar yang dikasih air. Kugoreng saat minyak sudah panas, tunggu sampai kedua sisinya berwarna kuning keemasan. Angkat, sajikan hangat dalam piring.

Ayam gorengnya aku goreng setelah tempe. Ayam sudah dimarinasi dari saat dijual dari Bapak Pedagang ayam potong yang nyanding ayam marinasi juga sebagai sadeannya. Aku dibelikan beberapa bungkus, ada bagian dada dan paha, kepala juga ceker. Tapi yang kugoreng duluan adalah paha dan dada untuk lauk pagi ini. Remasan lengkuas dan aneka bumbu marinasian ayam lainnya menjadi pelengkap yang menambah gurih. Nanti dimaem bareng nasi pulen dan sambal bawang yang kuuleg dadakan karena Suamiku minta disambelkan itu.









Semalam, Suamiku juga sudah mengupaskan separuh melon dan memotongnya menjadi kotak-kotak untuk kemudian ditaruh dalam piring. Pagi bisa kami santap setelah melonnya masuk kulkas semalaman. Melon yang pada bagian putihnya terasa begitu berair, manis dan segar. Terasa lebih nikmat apabila dimakan dalam keadaan dingin. Melon dimakan belakangan setelah sebelumnya kami menghabiskan semangka merah. 

Kami senang mencari buah-buahan jika Minggu tiba. Kami akan jalan-jalan sampai ke pasar becek atau kedai sayur dan buah. Melihat buah-buahan apa yang sedang musim. Tapi kalau yang selalu ada dan tak kenal musim adalah kates, pisang, dan semangka. Kami suka buah-buahan itu juga.





















Kemarin aku melihat jambu air dan pete tapi belum begitu banyak. Pete belum masuk musimnya jadi masih mahal. Padahal aku suka, dan yang mengajariku untuk suka pete adalah Suamiku (yang waktu itu tentu saja masih jadi pacar hehe~maklum sebelumnya aku belum pernah pacaran, satu-satunya pacarku ya cuma Suami hehe, dan saat itu aku masih usia sekolah), dimana saat makan bareng di sebuah restoran di dekat sekolahku yang berasrama, dia mengajariku untuk mencoba pete. Pertama kali mencoba kupikir rasanya agak bagaimana, tapi setelah mencobanya lagi, ternyata malah jadi suka hehe...

Jambu air mengingatkanku pada Juni tahun lalu saat Suamiku baru akan tiba di Indonesia dan aku menghabiskan beberapa bulan di desa sebelum dirinya datang menjemputku dengan sukacita. Alhamdulilah akhirnya hari itu terlalui dengan baik. Saat dimana aku selalu menghitung hari dan rasanya lama sekali. Saat berkabar, dia selalu menceritakan padaku tentang bagaimana malasnya ia makan masakan khas sana yang cateringannya serba rebus-rebusan dan panggang-panggangan. Akhirnya sering sekali tak dimakan. Terlebih cuaca di sana juga sangat panas. Sangat kering. Buah-buahan jika diletakkan di atas meja, maka keesokannya langsung layu saking tingkat kelembapan di sana kecil. Setiap hari diberi kol rebus, brokoli panggang, ayam rebus yang warnanya pucat, kalkun, dan nasi yang pera dan banyak kismis serta biji-bijiannya dll. Harusnya dimakan saja ya, hihi...itu bermanfaat untuk kesehatan Suamiku. Tapi Suamiku kangen masakanku. Dia ingin cepat-cepat pulang ke Indonesia dan digemukin lagi oleh masakanku. Katanya masakanku jauh jauh jauuuuh lebih enak dari masakan cateringan sana hihihi. Alhamdulilah rasa kangen terbayar sudah. Sebelumnya Aku, A dan Adik selalu bersemangat menantikan ayah pulang lalu menjemput kami dan membawa kami pulang ke kota lagi, ke rumah kami sendiri. Alhamdulilah Juni kami bisa ke kota. Sebelumnya, saat masih ada di desa, sering betul aku menceritakan masakan harianku di desa. Aku juga kerap membeli jambu air karena yang dibawa Bapak Sayur waktu itu seringnya jambu air. Tentunya setelah belanja bahan-bahan untuk masak lainnya seperti kembang turi, tangkil melinjo tempe gembus dan telor asin. Aku menceritakannya pada Suamiku dan dia lalu kangen masakanku. Ah, aku selalu mengingat moment itu dan merasa itu manis. 

Kalau di sini jambu airnya kebanyakan yang berwarna merah. Jambu darsono atau jambu jamaica. Atau ada pula yang warnanya hijau kemerah-merahan dan lebih manis dari jambu jamaica. Tapi apapun itu aku selalu suka jambu air. Sebenarnya di atas ada pohonnya dalam pot dan itu yang hijau kemerah-merahan, tapi belum berbuah lagi. Pernah berbuah sekali, rasanya manis sekali. Dan karena buahnya cuma satu jadi aku dan Suami akhirnya maemnya paroan, 1 jambu berdua hehe...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

I'm Mbul. Thanks for visiting here and dropping by. Your comments are always appreciated. Happy blogging ฅ(^・ω・^ฅ)