Selasa, 14 Januari 2020

Dongeng Majalah Bobo Tahun 90-an yang Masih Aku Ingat Sampai Sekarang





Puteri Kaca 
(Majalah Bobo No. 43, 1 Februari 1995, Cerita Rakyat Srilangka, diceritakan oleh Malya Lalita)

Bercerita tentang Pangeran Tissa yang harus menemui Putri Kaca yang sakti karena suatu sebab. Sebelumnya, dikisahkan ia dan ke-6 kakak lelakinya berniat mencari istri yang sama-sama bersaudari 7. Ketika sudah menemukan keberadaan putri-putri itu, hanya Pangeran Tissa yang enggan menjemput Rajamalar sang putri bungsu dan malah menggantikannya dengan pedang. Jika Rajamalar bersedia menikahi pedangnya, maka Pangeran Tissa bersedia menikahinya. Tapi jika tidak, Pangeran Tissa pun mempersilakan Rajamalar untuk tetap berada di negerinya. Padahal Pangeran Tissa sendiri belum pernah sekalipun melihat kecantikan paras Rajamalar. 



Suatu malam, ia bermimpi melihat rombongan kakaknya beserta istri sampai di sebuah kolam yang ditinggali seekor ular kobra besar. Karena sang kakak sulung meminum air di kolam itu, maka ular tersebut meminta salah satu dari mereka untuk tinggal. Jika tidak, ular tersebut akan membunuh semuanya. Akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan, namun Pangeran Tissa sudah lebih dulu sampai ke sana dan bersembunyi di balik semak-semak. Saat terjadi perdebatan diantara kakak-kakaknya, tiba-tiba Rajamalar menawarkan diri untuk tinggal bersama ular. Semuanya lantas menyayangkan keputusan Rajamalar, karena jujur saja dirimya paling cantik diantara yang lain. Tapi karena toh saat ini hanya ia saja yang tidak berpasangan, sementara kakak-kakaknya telah berpasangan semua, maka yang dirasa paling pas untuk menemani sang ular ya dia. Saat itu lah Pangeran Tissa langsung terpesona akan sifat dan kecantikan Rajamalar. Ia pun tidak ingin calon istrinya itu tinggal. Akhirnya muncullah ia dari balik semak-semak dan menggantikan Rajamalar. 

Karena melihat pengorbanan Pangeran Tissa, ular kobra itu memberikan alternatif agar korbannya itu bisa terbebas dari hukuman. Caranya, ia harus menyembuhkan bisul yang ada di kepalanya dan obatnya hanya bisa didapat dari putri kaca yang sakti mandraguna. Bahkan, menurut kabar burung, tidak ada seorang pun yang sanggup menemuinya karena ayahnya tidak rela jika ada yang mendekati putrinya. Bila ada yang nekad, maka ayahnya akan memberikan syarat yang sangat berat seperti harus mandi di dalam bak berisi air mendidih atau menebang pohon yang kayunya terbuat dari besi. Jika tidak mati juga, maka ia akan ditangkap dan dihabisi oleh prajurit-prajuritnya. Tempat putri kaca sendiri konon kabarnya tidak dapat ditembus oleh siapapun kecuali orang yang sama pintarnya dengan putri itu. 


Tapi, karena sudah bertekad kembali ke istana dan hidup bersama Rajamalar akhirnya Pangeran Tissa bersedia menempuh jalan apapun demi mendapatkan obat bisul itu. Saat sudah tiba di kota tempat Putri Kaca berada, ia bermalam terlebih dahulu di tempat seorang wanita tua yang ada di pinggir kota. Di sana ia bermaksud menceritakan tujuannya itu. Sang wanita tua hanya bisa memberinya nasihat, mungkin Putri Kaca akan mengabulkan permintaan siapapun yang berhasil memakan hidangannya selama 3 hari. Pangeran Tissa pun meminta tolong ratusan tikus yang pernah ditolongnya saat akan menyeberangi sungai untuk menggalikan terowongan yang lurus terus sampai menembus kamar putri kaca (tepat di bawah tempat tidurnya). Saat sudah mencapai kamarnya, Pangeran Tissa melakukan apa yang diperintahkan oleh wanita tua itu, yaitu mencuci tangannya dengan air dan sabun, memakan separuh nasi yang ada di piring, dan meminum setengah gelas susunya. Hal tersebut ia lakukan selama 3 hari berturut-turut sampai Putri Kaca mengabulkan permintaannya yaitu obat bisul ular kobra. Dari situ, bisul ular kobrapun sembuh dan Pangeran Tissa diperbolehkan kembali ke istana, hidup bahagia dengan istrinya Rajamalar selama-lamanya. 


Jujur gw baca ini tadinya rada khawatir Tissa bakalan berpaling ke Putri Kaca yang cuanet itu (cuantik aneth qaqa), tapi, untunglah deseu berkomitmen penuh pada cinta pandangan pertamanya yaitu Rajamalar. Aku sendiri membayangkan si Rajamalar ini bener-bener cantik....masa ya kadang terlintas mukanya kek Aishwaria Ray haha...pokoknya cantik yang ga ngebosenin gitu deh. Mana namanya keren banget lagi. Aku suka tuh namanya. Rajamalar, kayak ada kharismanya gitu.


Akal Si Anak Petani
(Majalah Bobo No. 7, 25 Mei 1995, Diceritakan kembali oleh Linda Tanuwiradjaja)


Bercerita tentang seorang anak petani bernama Abi yang dipasrahi untuk menggarap ladang ayahnya yang telah menua. Nah, si Abi ini sangat rajin sehingga tanaman yang ia tanam tumbuh subur. Namun ketika tiba saatnya panen, ayahnya memberitahukan bahwa selama ini setiap petani yang ada di kaki gunung tempat mereka berada selalu membagikan setengahnya kepada Heri si Pengganggu (sebagai ganti pajak upeti). Dari situlah Abi mencari akal supaya hasil panen yang sudah ia garap selama ini tidak jatuh begitu saja ke tangan Heri si Pengganggu. Misalnya ia menanyakan Heri ingin hasil panennya bagian atas atau bawah. Saat Heri bilang atas, Abi malah menanam kentang. Jadi dia dapat kentangnya, dan Heri dapat batang daunnya. Lain hari, Heri meminta bagian bawahnya. Dan kali ini Abi menanam gandum. Jadi Abi tetap mendapatkan butir-butir gandumnya. Sedangkan Heri bagian akarnya saja. Selanjutnya Heri meminta panen berikutnya adalah tanaman yang sama yaitu jagung. Dan kali ini Abi menanam jagung besi untuk bagian Heri, dan jagung betulan untuk bagiannya. Akhirnya, setelah dipermainkan Abi berkali-kali, Heri kesal dan tak pernah datang untuk mengganggu lagi. 

Cerita ini sangat membekas dalam ingatanku karena langsung kebayang tanaman-tanaman yang ditananm Abi, terutama pas bagian jagung besinya. Mikirku kok bisa timbul ide yang cukup ribet gitu ya. Bikin tiruan jagung, terbuat dari besi, kemudian dicat, kan sungguh ribet. Tapi ya namanya dongeng pastilah alurnya demikian biar pembaca bisa memetik pelajaran yang tertera di dalamnya. Selain itu, memang aku pribadi suka sih sama ilustrasinya. 

Seekor Gajah Putih
(Majalah Bobo No. 50, 21 Maret 1996, Malya Lalita)


Di sebuah hutan di India Utara, hiduplah seekor gajah putih yang sangat tampan bersama induknya yang buta. Sehari-hari ia merawat induknya untuk mencarikan makan walaupun seringnya dirampas oleh kawanan gajah lain. Akhirnya keduanya pindah ke goa yang ada di dekat lereng.

Suatu ketika, gajah putih itu mendengar suara isak tangis manusia. Saat hendak menolongnya, sang induk melarangnya mendekati suara tersebut karena khawatir kebaikan anaknya akan dibalas kejahatan oleh manusia. Sang anak tidak mendengarkan nasihat induknya. Ia pun bergegas menolong manusia tersebut yang ternyata sedang tersesat saat akan menuju ke Benares. Dari situ gajah putih segera memberikan tumpangan agar manusia tersebut dapat menaiki punggungnya serta membawanya ke Benares. Tak disangka, saat tiba di Benares, manusia itu mendengar kabar bahwa raja sedang kehilangan gajahnya yang mati di istana. Saat itu juga ia teringat akan gajah putih yang pernah menolongnya tempo hari. Maka diinformasikan lah hal tersebut kepada raja, sehingga gajah putih akhirnya ditangkap. Tapi setelah sampai di istana, gajah putih tidak mau makan sama sekali karena teringat induknya yang buta sendirian di hutan. Akhirnya, mendengar cerita pilu tersebut, sang raja pun bersikap arif dan bijaksana untuk segera membebaskan gajah putih dari kungkungan istana. Dari ditu, gajah putih pun berpikir bahwa tidak semua manusia itu jahat, tapi ada pula yang baik seperti raja.

Baca cerpen ini ku teringat tokoh manusia yang ditolong gajah putihnya yang penggambarannya mirip tokoh Sengkuni dalam serial pewayangan, hoho...

Si Gadis Kerang
(Majalah Bobo No. 51, 1 April 1993)


Bercerita tentang pemuda miskin yang bernama Untung. Orang tuanya memberinya nama demikian karena berharap suatu hari nanti hidup anaknya akan dipenuhi keberuntungan. 

Suatu hari, Untung pergi memancing. Namun tak satupun ikan berhasil ditangkapnya. Saat akan pulang, tiba-tiba ada sesuatu yang menarik-narik mata kailnya. Setelah diangkat, ternyata bukan ikan yang didapat, melainkan kerang. Namun tetap saja dibawanya pulang kerang itu dan digantungkannya di atap dapur yang terbuat dari ilalang.

Suatu hari Untung pergi berburu di hutan. Tapi saat sedang berjalan ke arah rumahnya, dari kejauhan pelita di gubugnya seperti sudah menyala. Dan ia melihat sepintas ada gadis cantik berjalan kian ke mari di sana. Tapi saat didekatinya gadis itu malah menghilang. Anehnya, di atas meja terhidang aneka lauk pauk dan nasi yang langsung dimakannya dengan penuh keheranan. 

Keesokan harinya, ia pergi berburu lagi di hutan. Tapi pulangnya ia lewat jalan lain dan bersembunyi di semak-semak. Tiba-tiba kerang yang ia gantungkan tempo hari itu mengeluarkan asap. Di dalamnya muncul seorang gadis cantik yang dilihatnya kemarin. Saat itulah, Untung muncul dan memecahkan kerang ke arah batu karang lalu menjadikan gadis itu sebagai istrinya. 

Sejak saat itu kehidupan Untung berubah. Ia menjadi kaya dan punya kesaktian. Raja di negara tetangga yang tamak mendengarnya. Ia bahkan berniat menjadikan istri Untung sebagai selir. Tapi berkat kesaktiannya, raja tersebut dapat dikalahkan dan malah Untung beserta istrinya diangkat menjadi raja dan ratu. 

Cerita ini sangat membekas karena aku terpesona pada ilustrasi si gadis kerangnya yang benar-benar cantik jelita. Mengingatkanku pada dongeng lain seperti keong emas.

Memancing di Hutan
(Majalah Bobo No. 51, 28 Maret 1991, Diceritakan kembali oleh Aan)


Bercerita tentang seorang petani miskin yang tiba-tiba menemukan kotak emas di ladangnya. Bukannya gembira, ia malah khawatir mengingat raja yang berkuasa saat itu sangatlah tamak. Pasalnya harta apapun yang ditemukan oleh warga harus diserahkan ke istana.  Apalagi istrinya suka cerita karena saking lugunya ia punya karakter. Maka diaturlah siasat agar saat mendengar desas-desus itu, raja tidak percaya begitu saja terhadap cerita istrinya. 

Suatu hari, petani tersebut menaruh ikan di hutan, menggantungkan kue-kue di pohon, dan menaruh kelinci di ujung mata kailnya. Setelah itu, ia mengajak istrinya pergi ke hutan untuk mencari ikan dan lain-lainnya itu. Istrinya pun terkejut dan berkata, mana ada ikan di hutan. Tapi setelah sampai di sana, ia melihat sendiri pemandangan yang tak biasa itu. Dari situ, barulah istrinya percaya pada cerita suaminya.

Keesokan harinya, raja akhirnya mendengar juga desas-desus tentang penemuan kotak emas itu. Tapi si petani kalem saja dan mengatakan supaya raja jangan percaya perkataan istrinya sebab istrinya memang dikenal suka berhalusinasi. Akhirnya untuk membuktikan perkataan petani itu, ditanyailah istrinya tentang bagaimana awal mula ditemukannya kotak emas yang menghebohkan itu. Lalu si istri petani menceritakan bahwa kotak emas itu ditemukan tepat sesudah kegiatan mencari ikan di hutan, mengambil kue-kue di pohon, dan memancing kelinci. Mendengar hal itu, raja pun merasa sependapat dengan perkataan si petani. Tapi untuk memperkuat perkataannya, ia pun memerintahkan pengawalnya untuk menggali tempat persembunyian kotak emas itu, yang tentu saja tidak ditemukan apa-apa karena si petani sudah memindahkannya di bawah jerami. Akhirnya raja percaya bahwa istri si petani benar-benar suka berhalusinasi. Dan kotak emas itu pun selamat tak jatuh ke tangan raja. 

Nah, aku baca cerita ini keingetan ama ilustrasinya yang beneran memorable banget. Ya sama kayak si istri petani itu, soalnya aku agak tercengang-cengang juga sih ama gambar ikan yang diletakkan di atas tanah yang ada di hutan, pohon kue, dan kelinci yang ada di pancingan.

Burung Bangau
(Majalah Bobo No. 2, 2 November 1995, Terjemahan WN, dari Kumpulan Dongeng Jepang)


Bercerita tentang seorang pemuda sederhana yang bernama Kenichiro. Suatu kali ia menolong burung bangau yang terluka sayapnya. Burung bangau itu mempunyai bulu yang sangat indah. Putih, bersih, dan berkilauan. Setelah benda yang menancap di sayap bangau itu dicabut, bangau pun mengucapkan terima kasih dan terbang ke langit hingga hilang di satu titik. 

Setelah peristiwa itu, datanglah seorang gadis yang sangat cantik dan meminta pekerjaan di ladang Kenichiro. Pemuda itupun setuju. Dia juga memperbolehkan gadis itu mengurus rumah seperti memasak, mencuci, dll. Sampai akhirnya keduanya saling jatuh cinta dan menikah. 

Namun ada masanya, ekonomi keluarga Kenichiro pasang surut. Untuk itu sang istri mencoba membantu membuatkan kain tenun yang sangat indah. Kain tersebut kemudian dijualnya kepada seorang menteri dan berhasil mendapatkan harga tinggi. Setelahnya, bahkan ada pesanan lagi yang kemudian ditanggapi agak ragu oleh istri Kenichiro. Tapi setelah titimbang-timbang, akhirnya disanggupi juga asalkan selama menenun tidak boleh seorangpun melihatnya. Berminggu-minggu hal tersebut dilakukan, sampai akhirnya Kenichiro penasaran. Iapun melanggar janjinya sendiri dan mengintip bagaimana cara istrinya menenun. Betapa terkejutnya ia karena yang dihadapinya adalah bangau yang pernah ditolongnya tempo dulu dan kini sedang mencabuti bulunya sampai gundul demi membuat kain tenun yang sangat indah. Melihat Kenichiro telah memergoki wujud aslinya, bangau tersebut lari dan terbang tinggi ke langit diiringi penyesalan Kenichiro.

Beruang Besar dan Beruang Kecil
(Majalah Bobo No. 44, 8 Februari 1996, Cerita Yunani Kuno/YOK)


Bercerita tentang Calisto, seorang wanita yang budiman dan disukai banyak orang kecuali Juno, istri Jupiter. Suatu kali saat Calisto pergi berburu, Juno mengubahnya menjadi seekor beruang dengan cakar yang sangat tajam. Calisto pun tak berani pulang dan menetap di hutan dengan penuh kesedihan. 

Beberapa tahun kemudian, Arcas anak lelaki Calisto telah berubah menjadi seorang pemuda tampan yang kegemarannya sama dengan Calisto yaitu memanah. Suatu kali ia mengejar rusa di hutan, namun yang dihadapinya adalah beruang Calisto. Saat dirinya hendak membidik Calisto, datanglah Jupiter yang kemudian mengubah keduanya menjadi bintang beruang besar dan bintang beruang kecil.

Sepotong Roti untuk Pancho
(Majalah Bobo No. 37, 22 Desember 1994, On Roll of Bread diceritakn kembali oleh Bambang Haryanto)


Bercerita tentang petani miskin bernama Pancho yang akhirnya menjadi pengemis karena uang hasil penjualan panennya tidak mencukupi kebutuhan seluruh keluarganya. Suatu hari, saat sedang mengemis di pinggir jalan, seorang pangeran yang berkuasa di negeri itu memperhatikan ia dengan seksama. Mulanya Pancho lari ketakutan, tapi kemudian diundang ke istana untuk diberi sedikit hadiah dan juga uang. Selain itu pangeran berpesan supaya Minggu depan Pancho datang lagi ke istana karena Pangeran ingin memberinya makanan untuk keluarganya selama 1 minggu. Benar saja, begitu Minggu tiba Pancho ke istana sesuai undangan Pangeran. Namun di sana hanya ada pembantunya yang memberinya sepotong roti. Pancho bingung karena sepotong roti itu jelas tidak cukup jika dibagikan ke seluruh anggota keluarganya selama satu minggu. Akhirnya dijuallah roti tersebut ke tukang roti di pinggir jalan untuk dibelikan biji jagung. Minggu depannya, ia menghadap ke istana lagi, dan lagi-lagi didapatinya sepotong roti yang dijual kembali ke tukang roti untuk dibelikan biji jagung. Minggu depannya lagi, beruntung ia bertemu Pangeran walaupun ujung-ujungnya tetap diberi sepotong roti yang kali ini Pancho sekeluarga harus menghabiskannya. Pangeran tidak mau tahu sebab jika nasihat itu dilanggar, ia sudah tidak mau membantu lagi. Mau dijual ke tukang roti juga percuma karena tukang rotinya juga sudah pindah dan hidup berkecukupan di kota. Mau tidak mau Pancho harus membagi sepotong roti itu untuk seluruh anggota keluarganya. Dan betapa terkejutnya ia tatkala dalam roti tersebut berisi keping-keping emas. Sumpah ya aku baca ini ikut geregetan karena kebodohan Pancho yang ga nurut nasihat pangeran. Coba aja dalam 3 minggu rotinya dimakan sendiri, tentunya ia udah kaya. Duhhhh, gemes deh gw hahah...

Kasih Sayang Seorang Ibu
(Majalah Bobo No. 15, 18 Juli 1996, Ahmad Tumaidi Daysi)


Bercerita tentang seorang ibu dari anak perempuan bernama Maya yang rela melakukan apa saja asal putrinya yang disekap di kubah kaca oleh peri bunga di dalam hutan dapat kembali. Syaratnya adalah ibu tersebut harus membuatkan mantel yang berasal dari rambutnya.

Baca ini keinget sama tokoh ibunya yang jadi berambut pendek ketika sedang menjahit mantel sambil menangis. Di depannya ada peri bunga dan anaknya disekap dalam kubah kaca karena kesembronoannya sendiri. Sungguh penggambaran setting hutan yang penuh misteri.

Baju dari Bulu Angsa 
(Majalah Bobo No. 49, 12 Maret 1992, Good Times Today and Tomorow, Ingrid J)


Bercerita tentang gadis angsa yang setiap hari menggembalakan angsa milik orang-orang desa. Suatu hari, utusan kaisar mengumumkan bahwa akan ada pesta dansa di istana dimana putra sulung bermaksud mencari istri. Gadis-gadis di seluruh desa amat sangat antusias untuk mendatangi pesta tersebut, termasuk pula gadis angsa. Sayang ia tidak punya baju bagus. Tapi saat memperhatikan bulu-bulu angsa yang berjatuhan, ia jadi terpikir untuk menjahitkan bulu-bulu tersebut di atas gaun abu-abunya. Nah, pada saat sedang menjahit, tiba-tiba seorang wanita tua berkata bahwa putra sulung sangat pemarah. Istri yang dipilihnya kelak tidak akan bahagia. Angsa-angsa pun berembug supaya tidak meneruskan kegiatannya menjatuhkan bulu-bulunya dengan harapan gadis angsa gagal pergi ke pesta dansa. Walaupun gadis angsa menangis tapi angsa-angsa berpikir ini untuk kebaikannya. Selang beberapa hari kemudian, lagi-lagi utusan kaisar mengumumkan akan ada pesta dansa lagi. Kali ini putra kedua yang akan mencari istri. Tapi kata wanita tua, putra kedua sifatnya manja. Calon istrinya kelak pasti susah. Lagi-lagi angsa pun menggagalkan niat gadis angsa menyelesaikan jahitannya. Barulah saat akan diadakan pesta dansa ketiga, dan putra bungsu yang akan mencari istri, wanita tua berkata bahwa kali ini hatinya baik, jadi angsa-angsa sepakat menjatuhkan banyak bulu supaya gadis angsa sanggup menyelesaikan jahitannya. Nah, setelah semuanya beres, ia tinggal datang deh ke pesta dansa putra bungsu yang ternyata di sanalah ia dinobatkan sebagai calon istrinya. Mereka pun hidup bahagia sampai akhir hayat. Bener-bener mirip cinderella wanna be. Tapi aku suka dongeng-dongeng kayak gini. Mengasah imajinasiku sama setting pedesaan di eropa dan penggambaran karakter gadis gembala yang sangat beruntung.

Gadis di Tepi Jendela
(Majalah Bobo No. 49, 12 Maret 1992, Mudjibah Utami)


Bercerita tentang bulan yang sangat penasaran dengan seorang gadis yang selalu menatapnya di tepi jendela. Gadis itu tidak seperti gadis lainnya yang hanya menantikan bulan pada saat purnama saja. Bahkan saat bulan berbentuk sabitpun, gadis itu dengan setia menunggunya. Sayangnya gadis itu tidak pernah membalas senyumnya. Bulan berpikir bahwa gadis itu sombong. Tapi kemudian timbul rasa penasaran kenapa si gadis itu begitu. Ternyata gadis itu buta sodara-sodara, dan bulan pun membantunya dapat melihat kembali sebagai kado di hari ulang tahunnya. Sejak saat itu, si gadis selalu tersenyum saat menatap bulan dari tepi jendela. 

Pas baca dongeng ini, yang tertancap jelas dalam ingatanku adalah setting Desa Cameo yang kayaknya kok syahdu banget. Soalnya diceritainnya pas abis ujan waktu embun-embun masih pada berjatuhan dan udara juga agaknya dingin menggigit.

Hadiah Ulang Tahun Sang Puteri
(Majalah Bobo No. 15, 18 Juli 1996, Endang Firdaus)


Bercerita tentang Bori, si bocah penggembala miskin yang nekad datang ke pesta ulang tahun Puteri Melur yang diadakan di taman istana. Di sana raja mengumumkan bahwa barang siapa yang dapat menghadiahi Putri Melur dengan hadiah terindah, maka ia akan mendapatkan imbalan berupa sekantung uang emas. Bori sendiri menghadiahi Putri Melur berupa piring kaleng bekas bekal makan siangnya yang ia cuci bersih di sungai dan ia lap menggunakan kain sutera. Hasilnya, piring tersebut sangat mengkilap dan begitu sang putri berkaca di depannya, maka terpancarlah kecantikannya. 

Sang putri kemudian meminta ayahnya untuk memberikan sekantung uang emas seperti yang telah dijanjikan. Tapi Bori sendiri menolaknya karena memang sudah berniat dari awal ingin menghadiahi Putri Melur supaya bahagia, bukan karena imbalannya. Semua penonton pun langsung berdecak kagum melihat ketulusan hati bocah penggembala itu.

Gw baca cerita ini malah langsung praktek dong nyuci piring sampe mengkilat banget, terus abis itu pura-puranya ngaca...#situ sehat Mbul hoho

Tukang Cukur dan Rahasia
(Majalah Bobo No. 48, 6 Maret 1997, Widya Suwarna)


Bercerita tentang pasangan suami istri yang ingin mengubah nasib dengan jalan membuka kios cukur. Tapi kios cukurnya bukan kios cukur biasa karena ada tambahan jasa berupa tempat menyimpan rahasia. Orang-orang pun tertarik. Salah satunya yang datang dari kota dan saat dicukur ia menceritakan bahwa sebelum kaya seperti sekarang, dulunya ia gemar makan telor asin yang digoreng pakai minyak jelanta. Si tukang cukur pun mendengarkan cerita tersebut dengan seksama dan meminta istrinya supaya menggorengkan pelanggan pertamanya itu telor asin yang digoreng pakai minyak jelanta. Sang pelanggan pun sangat puas dan memberikan harga tinggi. Akhirnya kios cukurnya mulai dikenal dari mulut ke mulut. Tapi kemudian ada tetangga yang meniru konsep kios cukurnya. Kali ini dengan tarif yang lebih murah dari kios cukur yang pertama. Namun usahanya itu tidak seramai kios cukur pertama. Akhirnya sang tetangga kesal dan menulis surat kepada raja bahwa di desanya ada kios cukur yang banyak menyimpan rahasia pejabat istana. Rajapun murka dan bermaksud menangkap pemilik kios cukur itu, tapi ternyata yang ditangkap malah yang menulis surat tadi. Sebagai pembelaan diri, saat dicecar tentang rahasia apa yang disembunyikan, si tetangga yang iri ini berkata bahwa ia cuma menyimpan rahasia orang desa biasa. Ia pun mengatakan bahwa raja justru salah tangkap. Bukan dirinya yang harus dibekuk, melainkan pemilik kios cukur yang pertama. Akhirnya, raja pun berhasil menemukan pasutri pemilik kios cukur pertama. Namun saat berusaha mengorek rahasia pelanggan-pelanggan pasutri tersebut, tak diceritakanlah satupun rahasianya karena pasutri tersebut sudah berkomitmen untuk menyimpan rahasia pelanggannya rapat-rapat. Dari situlah raja dibuat kagum dan akhirnya mengangkat mereka menjadi tukang cukur istana. 

Baca dongeng ini, gw malah fokusnya di telor asin yang digoreng pake minyak jelanta. Auto cleguk-cleguk dong w....

Tujuh Puteri 
(Majalah Bobo No. 24, 19 September 1996, Dongeng Rakyat Bali, diceritakan kembali oleh Lena D)


Bercerita tentang raja yang jatuh miskin karena gemar berjudi. Oleh sebab itu ia, permaisuri, serta ketujuh putrinya harus pindah ke kerajaan lain dan mencari penghidupan baru. Namun, untuk menuju ke tempat itu mereka harus menyeberang sungai yang berarus deras dan dipisahkan oleh titian bambu yang sangat licin dan menyebabkan ke-7 putrinya jatuh lalu bertemu dengan raksasa yang kaya raya. Nah, untuk memperdaya raksasa itu, ke-7 putri ini harus mengatur siasat dengan cara menyanyikan lagu sampai si raksasa tertidur pulas dan bisa dibunuhnya.

Ketulusan Tania 
(Majalah Bobo No. 18, 7 Agustus 1997, Agung Hariadi)


Bercerita tentang Tania, gadis miskin yang bekerja sebagai buruh cuci keluarga kaya. Setiap hari ia mengumpulkan gajinya untuk membeli mantel hangat yang bisa digunakan saat musim dingin tiba. Waktu uang sudah terkumpul ia pergi ke toko pakaian. Tapi karena mantel yang dikenakannya saat itu penuh lubang, pemilik toko mengira ia pengemis. Lalu dihardiknya supaya pergi karena ia yakin Tania tidak sanggup membeli pakaian di tokonya. Setelah itu Tania mengeluarkan semua uang yang dikumpulkannya. Betapa malunya sang pemilik toko yang sempat meremehkan Tania. Ia pun segera memberikan Tania mantel yang diinginkannya. 

Namun sesampainya di rumah, seorang wanita paruh baya datang mengetuk pintu. Katanya tak seorang pun bersedia membukakan pintu. Padahal ia sangat kedinhinan. Tania pun kasihan. Bahkan mantel yang baru saja dibelinya, ia berikan kepada wanita itu. Keesokan harinya, pintu rumah Tania diketuk lagi. Ternyata wanita yang datang ke rumah tempo hari, namun kali ini dengan penampilan yang sedikit berbeda. Rupanya ia adalah janda kaya raya yang bermaksud untuk mengangkat Tania sebagai anak dan mewariskan seluruh kekayaannya pada Tania.

Yang kuingat dari cerita ini, tentu saja mantel bulu pinknya yang sangat cute. Juga ilustrasi gaun yang dipakai wanita paruh baya itu. Bener-bener membekas dalam ingatan.

Katika
(Majalah Bobo No. 2, 18 April 1996, Cerita Rakyat Hongaria,  Sri Lestari K)


Bercerita tentang Katika, gadis gembala miskin yang setiap hari mengantarkan susu di puri Raja Muda Matyas yang kala itu memimpin Hongaria pada abad ke sekian. Suatu ketika Matyas mengadakan sayembara untuk memilih permaisuri yang cerdas. Sayembaranya berupa, barang siapa yang bisa mendekati Raja tanpa berjalan, mengucapkan salam tanpa berkata apa pun, serta memberikan hadiah kepada raja tanpa mengulurkan tangan, maka ia akan dipilih menjadi permaisuri raja. Katika pun mencoba mengikuti sayembara itu. Iya datang ke istana dengan menaiki keledai, menundukkan pandangan sebagai bentuk salam, serta membiarkan keranjangnya yang berisi burung terangkat tutupnya sehingga burung yang ada di dalamnya terbang sendiri ke arah raja. Melihat kecerdasan Katika, akhirnya ia diperistri sang raja. Sayang ibu sang raja tak merestui. Jadi ketika Katika dibawa berkeliling puri dan dilarang membuka satu ruangan diantara 99 pintu yang ada, maka Katika dipersilakan untuk meninggalkan puri, tapi masih dengan 1 syarat yaitu silakan bawa 1 barang berharga yang ada di istana. Ga taunya Katika malah membawa sang raja dengan cara dikasih obat tidur dulu, dan setelah raja bangun baru menyadari bahwa istrinya ini memang termasuk orang yang benar-benar cerdas dan menganggap barang paling berharga adalah dirinya.

Pembagian yang Adil 
(Majalah Bobo No. 2, 18 April 1996, Cerita Myanmar/YOK)


Bercerita tentang lelaki miskin yang memiliki ayam berbulu molek dan ia berikan kepada raja. Jika ia sanggup membagikan secara adil setiap bagian tubuh ayamnya kepada seluruh anggota keluarga raja yang berjumlah 6 orang, maka ia akan mendapatkan hadiah. 

Mantel dan Terompah Ebiet Kecil
(Majalah Bobo No. 47, 27 Februari 1997, Lena D)

Bercerita tentang Ebit Kecil, pemuda desa yang dulunya riang namun kini sakit-sakitan. Berbagai macam cara telah ditempuh kedua orang tuanya untuk mengobati anak lelakinya itu, termasuk dengan membuatkan mantel dan terompah hingga ia kembali sehat dan riang seperti dulu kala.

Perjalanan Kepiting Kecil
(Majalah Bobo No. 4, 11 Juli 1996, Renny Yaniar)


Bercerita tentang ngeyelnya seekor kepiting kecil yang ingin bertualang ke tempat-tempat baru. Ya kepiting kecil yang keras kepala padahal ibunya bilang saat ini tugasnya hanya belajar saja sebelum mengenal dunia luas yang penuh marabahaya. Dasarnya ngeyel, suatu ketika ia nekad nempel di badan gadis penyelam supaya nanti bisa mendarat di tempat lain. E pas tau tangannya digelantungin kepiting, gadis itu sontak mengibaskan tangannya. Si kepiting pun terlempar dan hampir dimakan burung juga masuk jaring nelayan. Kalau saja penyu tua tidak menceritakan betapa bahayanya di luar sana mungkin si kepiting kecil tidak akan kembali ke rumahnya. Ia pun sadar betapa nasihat ibunya yang menghimbaunya supaya belajar dulu sebelum mengenal dunia luas adalah benar adanya.

Sepatu untuk si Tukang Sihir
(Majalah Bobo No. 4, 11 Juli 1996, Endang Firdaus)


Bercerita tentang 2 bersaudara yang bekerja sebagai pandai besi bernama Ali dan Uzair. Keduanya adalah lelaki tampan yang berbadan kekar. Namun akhir-akhir ini sang adik yaitu Uzair kian hari kian kurus. Bahkan sakit berkepanjangan dan sepertinya akan menemui kematiannya. Setelah didesak Ali, Uzair pun bercerita bahwa setiap malam istri majikannya yang ternyata seorang penyihir melemparkan tali kekang ke arahnya sehingga ia menjadi kuda dan harus mengantarkan penyihir itu ke pertemuan para penyihir. Itulah sebabnya Uzair jarang istirahat karena siang harus bekerja, sedangkan malam harus menjadi kuda. 

Untuk memberi pelajaran kepada si penyihir itu, Ali pun menyamar menjadi Uzair dan tidur di kamar adiknya. Saat si penyihir datang dan melemparkan tali kekang ke arahnya, maka berubahlah ia menjadi kuda. Selanjutnya Ali harus mengantarkan penyihir itu ke tempat biasanya. Namun pada saat sedang ditambatkan, Ali berhasil melepas tali kekang yang menjerat lehernya. Ia pun kembali ke wujud semula. Ia bersembunyi sampai penyihir itu datang dan balik melemparkan tali kekang ke arahnya. Penyihir itupun gantian yang menjadi kuda. Namun sebelum benar-benar pulang, Ali bermaksud memasangkan sepatu kuda dulu ke kaki si penyihir. Sehingga pada saat tali kekang dilepaskan, kakinya masih berupa kaki kuda. Sumpah ya aku baca dongeng ini ga bisa membayangkan gimana itu kaki pas penyihirnya menjadi manusia lagi eeeh udah berubah jadi kaki kuda dan pake sepatu kuda pula....duh ngilu banget rasanya, sakiiit booook

Baca juga : Majalah Bobo Bundel